Peran Media Sosial

ROBERT ADHI KSP

Hari Senin, 20 Oktober 2014, Joko Widodo resmi menjabat presiden ketujuh Republik Indonesia. Joko Widodo hadir di era media sosial yang mendapat dukungan melalui media sosial, antara lain Facebook dan Twitter.

Linimasa Twitter di Indonesia sejak Senin pagi sudah diramaikan dengan hashtag atau tanda pagar (tagar) #PresidenJokowi. Tagar ini sempat menjadi topik tren (trending topic) Twitter dunia. Selasa ini, tagar itu menjadi tren topik Twitter di Indonesia. Lebih dari satu juta kicauan di dunia maya menyebut nama Joko Widodo dalam waktu 24 jam terakhir.

Dari berbagai kicauan, ada kesan, jutaan pengguna media sosial ikut mengawal dan mengantarkan Jokowi ke Istana.

Para pengguna media sosial menyampaikan selamat bertugas dan berharap presiden baru Republik Indonesia mampu membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju.

Jauh hari sebelum Jokowi berkantor di Istana, media sosial sudah diramaikan dengan dukungan terhadap Jokowi. Ketika pada 2012 Jokowi menjadi calon gubernur DKI Jakarta, sudah muncul akun media sosial Facebook dan situs (blog) pendukung Jokowi. Banyak relawan media sosial turun tangan membantu Jokowi menghadapi kampanye hitam dan fitnah yang tersebar di dunia maya.

Kegairahan pengguna media sosial makin terasa selama masa kampanye calon presiden 2014. Tiada hari tanpa kicauan dan komentar tentang Jokowi. Berulang kali tagar yang berkaitan dengan Jokowi masuk dalam topik tren dunia dan Indonesia.

Bahkan, pertandingan sepak bola Piala Dunia di Brasil kalah riuh dibandingkan dengan kampanye pemilihan presiden Indonesia. Pengguna media sosial lebih tertarik membahas calon presiden yang didukung daripada tim-tim sepak bola yang berlaga di Brasil.

Ketika Jokowi berulang tahun ke-53 pada 21 Juni 2014, misalnya, tagar #JokowiUltah meramaikan topik tren Twitter dunia. Bersamaan dengan itu, tagar #AkhirnyaMilihJokowi yang dipelopori dan dipopulerkan artis dan seniman Indonesia, di antaranya Mira Lesmana dan Sherina, menjadi topik tren dunia.

Menjelang hari pencoblosan 9 Juli 2014, tiga topik tren di Indonesia yang berkaitan dengan pemilihan presiden dan Jokowi masuk dalam daftar topik tren teratas, di antaranya #Jokowi_utkNKRIHebat, #9JuliJanganSalahPilih, dan #PilihNo2_utkNKRI Hebat.

Yang unik, sejumlah artis dan selebritas kondang dari mancanegara ikut berkicau di Twitter memberikan dukungan kepada Jokowi, termasuk penyanyi Sting dan pesepak bola Radja Nainggolan yang bermain di Liga Italia Serie A.

Bukan hanya media sosial Twitter yang gegap-gempita dengan kicauan seputar Jokowi, melainkan juga Facebook, Youtube, dan media sosial lain. Di Youtube, pendukung Jokowi di mancanegara mengunggah video deklarasi dukungan mereka.

Peran media sosial

Sebenarnya fenomena dukungan rakyat di media sosial terhadap calon presiden, seperti yang terjadi di Indonesia, sudah terjadi dalam kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat. Barack Obama adalah contoh presiden yang meraih dukungan besar dari jutaan pengguna media sosial di AS.

Obama yang sebelumnya senator di Negara Bagian Illinois sukses memanfaatkan internet untuk menjaring pendukung dan mengumpulkan dana kampanye secara online ketika menjadi calon presiden AS tahun 2008. Ketika Obama mencalonkan diri sebagai presiden, penetrasi internet di AS sekitar 71,9 persen dari 303,8 juta penduduk.

Pada masa itu, Obama memiliki akun media sosial Facebook, Twitter, LinkedIn, Friendster, dan MySpace. Obama menyapa rakyat AS melalui media-media sosial yang populer di negeri itu. Hasilnya, Obama mencatat sejarah baru, menjadi orang kulit hitam pertama yang tinggal di Gedung Putih dan memimpin negara demokrasi.

Pada pemilihan periode kedua 2012, Obama masih mengandalkan media sosial sebagai alat utama menjangkau pendukung. Media sosial Google Hangouts yang populer belakangan juga dimanfaatkan secara maksimal. Penetrasi internet di AS pada 2012 tercatat 78,3 persen dari 318,8 juta penduduk.

Obama dan Jokowi memiliki persamaan, mendapat dukungan dari pengguna media sosial. Keduanya juga memiliki tim media sosial yang piawai memanfaatkan semua jenis media sosial secara maksimal.

Tahun 2000-an memang era media sosial sehingga banyak pemimpin bangsa, termasuk pemimpin daerah, memanfaatkan media sosial untuk menyapa rakyat. Siapa yang menguasai media sosial, dialah yang akan memimpin negara. Dan itu sudah dibuktikan Obama di AS dan Jokowi di Indonesia.

Jauh sebelum media sosial populer, Franklin Delano Roosevelt yang menjabat Presiden AS (1933-1945) memanfaatkan kejayaan radio untuk menjangkau pendukung. John Fitzgerald Kennedy yang menjabat Presiden AS (1961-1963) memanfaatkan televisi untuk menyapa pendukung.

Jokowi tentu saja tidak hanya didukung di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata. Syukuran rakyat sepanjang Senin kemarin membuktikan hal itu. Ribuan orang rela berpanas-panas disengat matahari berjalan kaki di sepanjang jalan utama di Jakarta untuk sekadar melihat Jokowi dari dekat. Ribuan orang rela menunggu Jokowi muncul di Lapangan Monas sore hari untuk mendengarkan pidato.

Fenomena Jokowi memang luar biasa. Presiden yang lahir dari rakyat, didukung sebagian besar rakyat, dan mengabdikan diri untuk rakyat. Seorang pemimpin sederhana yang rendah hati, yang tidak menonjolkan ego, dan lebih mengutamakan dialog untuk menyelesaikan berbagai persoalan.

Pengguna media sosial tetap akan mengawal Jokowi dan Jusuf Kalla memimpin bangsa dan negara Indonesia selama lima tahun ke depan. Selamat bekerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saatnya bekerja, bekerja, dan bekerja!

SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SELASA 21 OKTOBER 2014