ROBERT ADHI KSP

Beberapa tahun yang lalu, aku berinisiatif membagikan 50 eksemplar buku yang aku tulis yaitu berjudul “Sofjan Wanandi dan Tujuh Presiden” secara gratis. Aku mengumumkan bagi-bagi buku gratis itu di Facebook-ku dan hanya kurang dalam dua jam, 50 eksemplar buku cetak itu langsung habis dipesan. Sebagian besar yang memesan buku itu ternyata tinggal di luar Jawa.
Yang dapat aku pelajari dari sini adalah (1) saudara-saudara kita yang tinggal di luar Jawa dan timur Indonesia membutuhkan buku-buku bacaan bermutu tetapi akses ke dunia perbukuan relatif kurang (2) biaya ongkos kirim buku ke luar Jawa dan ke pelosok timur Indonesia relatif tinggi.
Aku berpikir sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia tidaklah rendah tetapi akses ke dunia perbukuan yang masih relatif rendah. Aku membayangkan mereka yang tinggal di pelosok Indonesia dan haus membaca buku tetapi buku bermutu tak tersedia. Kalaupun ada, harganya mahal. Lalu misalkan e-book tersedia tapi jaringan internetnya lemot.
Pemerintah Indonesia harus menggairahkan dunia perbukuan dan tulis-menulis. Pajak buku mesti dibuat serendah-rendahnya. Pajak penulis pun hendaknya dibuat serendah-rendahnya agar makin banyak penulis berbakat bersemangat melahirkan karya-karya sastra indah dan menulis buku-buku bermutu. Masih banyak lho penulis Indonesia yang mengandalkan royalti — yang nilainya tak seberapa pun masih juga dipajaki relatif tinggi.
Saat aku masih remaja, aku rajin ke kios buku ‘M Alwi Rais’ di kota kelahiranku di Palembang, untuk melihat buku-buku bermutu tapi kalau harganya mahal, aku tidak jadi membelinya. Tetapi pemilik kios itu mengizinkan aku untuk membaca beberapa halaman.
Merawat minat membaca sejak usia muda inilah yang tetap menumbuhkan keinginanku untuk menjadi penulis sampai hari ini. Tapi bagaimana dengan anak dan remaja yang tinggal di desa, di pegunungan dan di hutan misalnya? Untuk biaya hidup sehari-hari saja sudah sulit, bagaimana mereka bisa membeli buku –apalagi harganya relatif mahal?
Seiring perkembangan zaman, di mana penggunaan internet kian mudah, mengapa Indonesia tidak memanfaatkan teknologi ini dengan memperluas jaringan internet super kencang agar saudara-saudara kita di luar Jawa dapat mengakses bacaan bermutu dalam format buku elektronik (e-book) tanpa terbebani ongkos kirim yang relatif mahal? Paling tidak, Pemerintah Daerah, Kanwil P dan K atau pun Perpustakaan Daerah menyediakan akses internet gratis yang relatif kencang agar masyarakat Indonesia makin mudah mengakses buku-buku bermutu. (Semoga Presiden baru ikut memikirkan dunia buku dan dunia penulis).
Berkontribusi Perkuat Literasi
Terlintas dalam pikiranku jika suatu hari aku punya penerbit sendiri, aku akan memberikan akses gratis sebagian buku-buku elektronik (e-book) bermutu agar dapat diakses banyak orang atau setidaknya harganya relatif terjangkau oleh khalayak agar dapat memberi kontribusi kepada negeri memperkuat literasi.
Sebenarnya memiliki penerbit sendiri sudah menjadi cita-citaku sejak masih duduk di bangku kuliah. Saat itu aku bermimpi menjadi penulis buku dan alangkah idealnya jika aku juga punya penerbit sendiri yang menerbitkan buku-buku yang aku tulis.
Pada akhir November 2022 lahirlah Pustaka KSP Kreatif. KSP adalah singkatan dari nama belakangku: Kusumaputra. Jangan bayangkan penerbit ini penerbit besar. Pustaka KSP Kreatif adalah penerbit indie yang dikategorikan sebagai UMKM non-PKP atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah non-Pengusaha Kena Pajak. (Terus terang, sejak punya penerbit sendiri, aku semakin memahami istilah-istilah perpajakan, atau dengan kata lain: aku tertib membayar pajak lhoo).
Pustaka KSP Kreatif adalah penerbit indie yang didirikan untuk ikut berkontribusi dan berperan memperkuat literasi di Indonesia. Sebagian buku yang diterbitkan Pustaka KSP Kreatif dalam format e-book digratiskan (tidak berbayar) karena tujuan utamanya adalah agar makin banyak orang Indonesia, terutama di pelosok Indonesia, dapat mengakses buku-buku berkualitas secara gratis, sekaligus menyerap ilmu pengetahuan dari buku-buku tersebut. Sebagian lagi berbayar karena bagaimanapun penerbit ini harus tetap bisa hidup mandiri.
Perusahaan penerbitan sendiri ini setidaknya membuat aku bangga. Apalagi dalam enam bulan, penerbit ini sudah menerbitkan empat buku. Sebagian buku adalah buku yang pernah aku tulis dan pernah diterbitkan sejumlah lembaga/instansi, kemudian diterbitkan ulang agar bisa diunggah di Google PlayStore (Google Book) dan nantinya juga di Gramedia Digital.
Beberapa buku yang diterbitkan Pustaka KSP Kreatif (sampai akhir Juni 2023) adalah
- “Membangun Indonesia Melalui Industri Properti” ditulis Robert Adhi Ksp, terbit April 2023.
- “Belajar Mencintai Papua: Menantikan Paskah” ditulis oleh Ferry Sutrisna Wijaya (editor: Juan Sumampouw), Mei 2023
- “M.R. Karliansyah, 30 Tahun Menekuni Pengendalian Pencemaran – Dari Amdal sampai Pemulihan Lingkungan” ditulis oleh Robert Adhi Ksp (2021), diterbitkan hasil kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
- “40 Tahun Alumni Fikom Unpad Angkatan 1982 – Kumpulan Tulisan Ilmiah Populer dan Kenangan“, 2022 (editor: Robert Adhi Ksp)
Buku-buku dalam format e-book dapat diakses di Google PlayStore dan (dalam waktu dekat) di Gramedia Digital.
Dari empat buku tersebut, satu-satunya buku yang berbayar dan versi e-booknya dapat dipesan di Google PlayStore. adalah “Membangun Indonesia Melalui Industri Properti” (yang diluncurkan pada 10 April 2023) silam.
Beberapa buku lainnya segera diterbitkan pada tahun 2023. Nantikan kabar berikutnya di situs pustakakspkreatif.id. dan di Facebook Pustaka KSP Kreatif.

Aku ingat pesan Bang Andy Noya di halaman depan buku “Andy Noya: Kisah Hidupku”: Tidak perlu menunggu untuk bisa menjadi cahaya bagi orang-orang di sekelilingmu. Lakukan kebaikan, sekecil apa pun, sekarang juga. Kalimat Bang Andy Noya ini ‘provokatif’ sekaligus inspiratif. Berbagi e-book memang hanya ‘kebaikan’ kecil tetapi membahagiakan orang yang menerimanya (dan tentu yang membagikannya).
Melalui Pustaka KSP Kreatif, setidaknya aku bahagia dapat memberikan kontribusi literasi bagi negeri. Seribu langkah harus dimulai dari satu langkah pertama.
Salam literasi, Robert Adhi Ksp
