ROBERT ADHI KSP

Patung Pieta yang berada di Basilika Santo Petrus, Vatikan merupakan mahakarya Michelangelo Buonarroti (1475-1564) yang diciptakannya pada masa keemasan Renaissance.

Sejak diciptakan pada 1499, patung Pieta mengilhami emosi, iman, dan imitasi melalui penggambarannya yang elegan tentang Bunda Maria dan Yesus Kristus. Berusia lebih dari lima abad, Pieta hingga kini menjadi salah satu patung paling dicintai di dunia. 

Selama berabad-abad, dunia terpikat dengan seni inovatif Michelangelo. Bekerja dalam berbagai medium, seniman Italia ini adalah seniman Renaissance sejati yang menghasilkan karya-karya kelas dunia, termasuk Langit-langit Kapel Sistine, interpretasi ikonik David, dan Pieta, patung marmer monumental yang menggambarkan Bunda Maria memeluk Yesus.  

Dalam seni Kristen, Pieta adalah penggambaran apapun (khususnya penggambaran patung) tentang Bunda Maria memapah tubuh putranya, Yesus. Menurut Injil, Yesus disalib karena mengaku sebagai Putra Allah. Meskipun Maria memeluk putranya yang telah meninggal tidak secara eksplisit ditulis dalam Kitab Suci, namun adegan ini telah membuktikan menjadi subyek populer di antara seniman selama berabad-abad setelah pematung Jerman memperkenalkan Vesperbild yang terbuat dari kayu ke Eropa Utara selama Abad Pertengahan. 

Pada tahun 1400, tradisi ini telah mencapai Italia – di mana seniman Renaissance mengadaptasi ke dalam bentuk patung marmer – dan Michelangelo mencantumkan tanda tangan dalam mahakaryanya – yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Menjelang akhir abad ke-15, seniman muda dari Florence, Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni sudah menjadi seniman yang terhormat. Dia dikenal atas kemampuannya melukis dan memahat patung tokoh-tokoh Alkitab dengan anatomi tubuh yang tepat dan realis. 

Pada masa itu, Michelangelo menyelesaikan sejumlah karyanya di Florence, Italia, bersama Medici. Pada tahun 1490-an, Michelangelo meninggalkan Florence, berkelana ke Venesia, Bologna, dan kemudian Roma, kota yang dia tinggali antara 1496-1501. 

Patung Pieta karya Michelangelo di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Foto diambil Mei 2013. FOTO: ROBERT ADHI KSP


Pada akhir 1497, Kardinal Jean de Bilheres-Lagraulas, Duta Besar Perancis untuk Tahta Suci Vatikan, meminta Michelangelo membuat Pieta dalam ukuran besar untuk makamnya kelak. Kardinal Perancis yang melayani Gereja Katolik di Roma, ingin dikenang sepanjang masa saat dia meninggal. Agar tujuannya tercapai, dia meminta Michelangelo menciptakan kenangan di makamnya dengan mengambil tema yang sedang populer di Eropa Utara pada masa itu yaitu momen tragis Bunda Maria memapah Yesus setelah diturunkan dari salib. 

Sebenarnya deskripsi tugas proyek Michelangelo yang pasti adalah menciptakan “karya seni marmer paling indah di Roma, karya yang tidak dapat dilakukan seniman lainnya”. Sementara pematung lain menolak permintaan semacam itu, Michelangelo malah percaya diri dapat merampungkan tugas itu.  

Pada 1498, Michelangelo mulai mengerjakan patung tersebut. Dia memahatnya dari satu lempengan marmer Carrara, yang berasal dari wilayah Tuscany. Medium ini dihargai karena kualitas dan populer di antara seniman Reinaissance. 

Michelangelo menggunakan marmer Carrara,  batu putih dan biru, yang menjadi medium favorit para pematung sejak zaman Romawi Kuno. Menurut Michelangelo, marmer Carrara merupakan bahan paling sempurna untuk pembuatan patung Pieta

Lukisan “Potrait of Michelangelo” karya Jacopino del Conte, tersimpan di Casa Buonarroti. Repro oleh Robert Adhi Ksp dari buku “Renaissance: Art and Architecture in Europe During The 15th and 16th Centuries”.

Kritik dan kompromi kreatif Michelangelo

Michelangelo telah lama dipuji karena “mengawinkan” cita-cita Renaissance tentang kecantikan klasik dengan pose naturalisme yang disukai. Pengaruh Renaissance lainnya adalah struktur menyerupai piramid, dibentuk mulai dari kepala Maria terus ke bawah ke lengan dan bagian jubahnya. 

Jika Anda melihat lebih dekat patung Pieta, Anda akan melihat kepala Maria yang tampak lebih kecil dibandingkan tubuhnya yang lebih besar. Ketika merancang ukuran Maria, Michelangelo tidak bisa memaksakan proporsi yang realistis dan membuatnya membuai putra dewasanya. Jadi Michelangelo membuat Maria -dukungan patung – lebih besar. Michelangelo mengukir lembaran pakaiannya yang lembut, untuk “menyamarkan” Maria.   

Patung Pieta memperlihatkan Bunda Maria memapah jenazah Yesus yang baru diturunkan dari salib dan sebelum dibawa ke makam. Ini merupakan momen penting dalam kehidupan Bunda Maria, yang dikenal sebagai Tujuh Kesedihan Maria (Seven Sorrows of Mary) – yang menjadi subyek doa-doa devosional Katolik. 

Subyek ini mungkin sudah diketahui banyak orang, namun pada akhir abad ke-15, hal itu lebih banyak digambarkan di Perancis dan Jerman dibandingkan di Italia. Pieta merupakan karya seni khusus dalam masa Renaissance karena pada masa itu, patung multi-figur sangat jarang. Dua figur (Yesus dan Maria) diukir sedemikian rupa sehingga memperlihatkan komposisi terpadu yang membentuk piramida – sesuatu yang juga disukai seniman Renaissance lainnya seperti Leonardo da Vinci. 

Pieta merupakan karya seni khusus dalam masa Renaissance karena pada masa itu, patung multi-figur sangat jarang

Penelitian terhadap masing-masing figur dalam Pieta menunjukkan sebenarnya proporsi mereka tidak sepenuhnya alami. Meski kepala mereka terlihat proporsional namun tubuh Bunda Maria tampak lebih besar daripada tubuh Yesus. Maria tampak begitu besar sehingga jika dia bediri, dia akan kelihatan lebih tinggi dibandingkan putranya. 

Alasan Michelangelo membuat seperti itu kemungkinan agar Maria dapat memangku Yesus di pangkuannya. Seandainya tubuhnya terlihat lebih kecil, akan sulit bagi Maria menggendong lelaki dewasa. Untuk itu, Michelangelo menciptakan pakaian di pangkuannya menjadi “lautan” gorden lipat sehingga membuat Maria terlihat lebih besar. 

Di sini, Michelangelo memperlihatkan kepiawaiannya memahat marmer. Setelah pekerjaan selesai, patung marmer tersebut terlihat seperti kain karena banyaknya lipatan, kurva, dan ceruk yang tampak alami.

Bakat Michelangelo dalam membuat gorden dalam pahatan marmer, dilengkapi dengan kepiawaiannya menciptakan bentuk tubuh Kristus dan Bunda Maria, – keduanya memperlihatkan kelembutan, terlepas dari pemandangan tragis -terutama ketika Maria dihadapkan pada kenyataan akan kematian putranya. 

Kristus digambarkan Michelangelo seolah-olah tidur nyenyak, dan bukan berdarah-darah dan memar setelah berjam-jam mengalami penyiksaan dan penderitaan. Tangan kanan Maria tidak menyentuh langsung tubuh Kristus tapi memegang kain yang menutupi tubuhnya. Ini menandakan kesucian tubuh Kristus. 

Secara keseluruhan, dua tokoh ini terlihat indah dan ideal meski menderita. Ini merefleksikan kepercayaan High Renaissance pada cita-cita Neo-Platonis bahwa keindahan di bumi mencerminkan keindahan Allah sehingga sosok-sosok indah ini menggaungkan keindahan Ilahi. 

Apakah Anda tidak tahu perempuan suci tetap kelihatan lebih segar dibandingkan yang bukan suci? 

Michelangelo Buonarroti

Setelah pekerjaan selesai, muncul kritik tentang cara Michelangelo menggambarkan Bunda Maria yang terlihat lebih muda, bahkan sangat muda, sehingga dia tak terlihat seperti ibu dari putra berusia 33 tahun.

Michelangelo mempertahankan pilihannya itu dan menyampaikannya kepada penulis biografi Ascanio Condivi, “Apakah Anda tidak tahu perempuan suci tetap kelihatan lebih segar dibandingkan yang bukan suci? Perempuan suci mempertahankan kecantikannya lebih lama. Bunda Maria tidak akan menua seperti perempuan lain pada umumnya.”

Satu-satunya karya yang bertuliskan nama Michelangelo

Pieta satu-satunya karya Michelangelo yang bertuliskan nama dia. Michelangelo menambahkan namanya setelah mendengarkan komentar pengunjung yang salah mengartikan Pieta karya seniman lain.  Jika kita lihat lebih dekat, tanda tangan seniman ini berupa tulisan pada pita diagonal yang melintas di atas tubuh Bunda Maria.

Ini merupakan rasa manis yang sempurna dalam ekspresi kepala, harmoni dalam persendian, lengan, kaki, dan tubuh, dengan denyut nadi dan vena yang begitu pas. Di tangan seorang Michelangelo, mahakarya ini dikerjakan begitu sempurna. Ini merupakan mukjizat, dari sebuah batu marmer yang tak berbentuk diubah menjadi mahakarya yang mengagumkan. Begitulah cinta dan semangat Michelangelo terhadap karya ini, sampai-sampai dia meninggalkan namanya dalam korset yang melingkari dada Bunda Maria

Sejarawan seni abad ke-16 Giorgi Vasari menceritakan alasan  Michelangelo mencantumkan tanda tangannya. Vasari menjelaskan alasan prasasti ini dalam salah satu petikannya tentang Michelangelo. 

Suatu hari Michelangelo masuk ke gedung di mana patung itu ditempatkan, dan  menemukan sejumlah besar pengunjung dari Lombardy, yang memuji karyanya. Salah satu dari mereka bertanya kepada yang lainnya, siapa yang mengerjakan karya tersebut dan salah satu menjawab, “Il Gobbo dari Milan.” Michelangelo yang berada di dekat mereka berdiri terdiam tapi berpikir sesuatu yang aneh jika karyanya dikaitkan dengan orang lain. 

Ini merupakan mukjizat. Dari sebongkah batu tak berbentuk, Michelangelo dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang sempurna.

Giorgio Vasari

Pada suatu malam dia menutup diri di sana, kemudian memahat namanya di patung Pieta tersebut. Namun Michelangelo belakangan menyesali kesombongan tindakannya, lalu memutuskan  tidak akan menandatangani karya lainnya lagi. 

“Pieta” membuat Michelangelo terkenal pada usia 24

Ketika karya ini rampung pada 1499, Pieta disambut dengan berbagai pujian oleh pelukis kontemporer, arsitek, penulis, sejarawan, dan penulis biografi, Giorgio Vasari, di antara penggemarnya paling setia.

“Ini merupakan mukjizat dari sebongkah batu tak berbentuk dapat direduksi menjadi kesempurnaan yang tidak dapat diciptakan oleh alam di dalam daging,” tulisnya dalam The Lives of the Artists. 

Patung Pieta dinilai sebagai mahakarya terbaik Michelangelo, bahkan mengungguli karya lain Michelangelo seperti “David” dan “Langit-langit Kapel Sistine”.

Langit-langit Kapel Sistine karya Michelangelo. Repro oleh Robert Adhi Ksp dari buku “Renaissance: Art and Architecture in Europe During The 15th and 16th Centuries”

Pieta langsung menjadi buah bibir banyak orang di masa Reinaissance. Karya Pieta telah membuat nama Michelangelo yang saat itu masih berusia 24 tahun terkenal luas. Reputasinya tumbuh karena kecintaan publik atas patung tersebut

Seniman lain mengakui kehebatan dan ketenaran Michelangelo. Karena Michelangelo hidup dalam enam dekade berikutnya setelah menciptakan Pieta, dia menjadi saksi betapa karyanya diterima seniman dari berbagai generasi, sebagian pada abad ke-16. Michelangelo yang hidup sampai usia 88 tahun itu menikmati masa-masa penghargaan masyarakat atas karya-karyanya. 

Apa yang membuat Pieta sangat spesial? Seperti halnya karya seniman lainnya,  karya Michelangelo itu menggambarkan cita-cita Renaissance, khususnya menunjukkan minat pada naturalisme.

Patung “David” karya Michelangelo yang dikerjakan pada 1501-1504 ini berada di Galleria dell’Accademia, Florence, Italia. Repro oleh Robert Adhi Ksp dari buku “Renaissance: Art and Architecture in Europe During The 15th and 16th Centuries”

Selama masa High Renaissance (1490-1527), para seniman di Italia mulai menolak bentuk-bentuk tidak realistis dalam seni Abad Pertengahan, dan mendukung pendekatan yang lebih naturalistik. Di garis depan tren ini, Michelangelo menciptakan patung-patung yang fokus pada keseimbangan, detail, dan pendekatan yang mendekati bentuk manusia. 

Pieta secara sempurna merefleksikan cita-cita Renaissance. Untuk keseimbangan, Michelangelo menjadikan patung itu sebagai piramida. Populer dalam lukisan dan patung Renaissance, komposisi piramidal -teknik artistik menempatkan adegan atau subyek dalam segitiga imajiner- membantu penonton ketika mengamati karya seni dengan mengarahkan mata pada komposisi. Siluet ini juga menunjukkan stabilitas, yang disampaikan Michelangelo melalui penggunaan gorden tebal yang menutupi bentuk monumental Maria. 

Apa yang membuat Pieta sangat spesial? Karya Michelangelo menggambarkan cita-cita Renaissance, terutama menunjukkan minat pada naturalisme. 

Sejak diciptakan pada akhir abad ke-15, Pietà telah memiliki kehidupan yang penting. Selama berabad-abad, patung itu ditempatkan di kapel penguburan di Kota Vatikan. 

Setelah 200 tahun, Pietà menemukan tempat permanen dan terkemuka di Basilika Santo Petrus sampai hari ini.  Wisatawan yang berkunjung ke Vatikan dapat menyaksikan mahakarya Michelangelo tersebut. 

“Pietà” dirusak orang yang memiliki gangguan mental

Patung Pieta mengalami kerusakan pertama ketika empat jari Bunda Maria patah dan kemudian direstorasi pada 1736. 

Namun kerusakan paling parah terjadi ketika pada Hari Minggu Pentakosta tahun 1972, seorang geolog pengangguran asal Hongaria, Laszlo Toth, melompat pagar Basilika Santo Petrus, kemudian menyerang Pieta dengan palu secara brutal. Dengan 12 pukulan, lengan kiri Maria copot, ujung hidung, pipi kiri, dan mata kirinya rusak. 

Otoritas Vatikan memilih tidak menuntut Toth -yang belakangan diketahui mengalami gangguan mental- atas aksi vandalisme yang dilakukannya terhadap karya seni tak ternilai itu. Namun pengadilan Roma menganggapnya sebagai “orang berbahaya secara sosial” dan membawa lelaki itu ke rumah sakit jiwa selama dua tahun. Setelah dibebaskan, Toth dideportasi ke negaranya.

Ketika karya seni mengalami kerusakan dengan cara ini, langkah apa yang terbaik dilakukan? Membiarkan seperti itu (seperti The Thinker karya Cleveland yang hancur karena ledakan bom) atau mengubah yang asli untuk mengembalikan bentuk semula? 

Vatikan mendengarkan tiga argumen. Pertama, kerusakan Pieta sekarang menjadi bagian dari maknanya, yang berbicara tentang kekerasan dalam abad modern kita. Kedua, usulan agar patung itu diperbaiki namun dengan “jahitan” yang terlihat untuk mengingatkan serangan brutal itu. Namun pada akhirnya Vatikan memilih langkah melakukan restorasi mulus yang bertujuan agar pengunjung tidak mengetahui patung itu pernah dirusak secara brutal.

Setelah restorasi terpadu selesai, langkah terakhir untuk mengamankan Pieta adalah menutupinya dengan kaca antipeluru tiga lapis.  

Para pengrajin mengambil 100 kepingan marmer yang dipecah dari Pieta dan menyusunnya kembali bersama-sama. Dalam laboratorium darurat yang didirikan di sekitar patung tersebut, para pekerja menghabiskan waktu lima bulan untuk mengidentifikasi potongan-potongan sekecil kuku. Mereka kemudian menggunakan lem dan bubuk marmer yang tidak terlihat untuk menempelkan kembali potongan-potongan kecil itu ke patung Pieta, mengisi setiap celah dengan potongan pengganti. 

Di antara kerusakan tersebut,  yang paling sulit diperbaiki adalah kelopak mata Bunda Maria. Butuh 20 kali percobaan sampai akhirnya berhasil diperbaiki dengan tepat.

Para teknisi membutuhkan waktu 10 bulan untuk memilah dan mengidentifikasi semua fragmen marmer yang copot oleh palu Toth hingga merestorasinya kembali seperti semula.  Setelah restorasi terpadu selesai, langkah terakhir untuk mengamankan Pieta adalah menutupinya dengan kaca antipeluru tiga lapis.  

World’s Fair New York 1964

Pada 1964, Vatikan meminjamkan Pieta kepada Amerika Serikat untuk dipamerkan dalam World’s Fair di New York di bawah pengawasan keamanan tingkat tinggi. Selubung antipeluru dilapisi Plexiglas seberat 2,5 ton untuk memastikan keamanan patung tersebut. 

Pada 1964, Vatikan meminjamkan Pieta kepada Amerika Serikat untuk dipamerkan dalam World’s Fair di New York

Perjalanan Pieta meninggalkan Roma merupakan kali pertama sejak diciptakan pada abad ke-15. Kargo berisi peti kemas tiga lapis dengan bobot di bawah enam ton. Kemasan tersebut dibuat sedemikian rupa agar Pieta menyeberang Samudera Atlantik dengan aman. Seandainya kapal pembawa Pieta tenggelam ke dasar laut, peti kemas itu akan mengapung. Jika patung itu tenggelam, pemancar radio dalam peti kemas akan berfungsi sebagai penunjuk lokasi. Betapa rumitnya pengamanan patung Pieta.

Setelah itu, Paus Paulus VI (Paus pada masa itu) menyatakan tidak akan meminjamkan Pieta lagi kepada siapa pun. Pieta akan tetap berada di Vatikan. 

Mahakarya Michelangelo yang sudah berusia lebih dari lima abad, persisnya 521 tahun (sampai tahun 2020), hingga kini merupakan salah satu patung paling penting di dunia. (ROBERT ADHI KSP, diolah dari berbagai bahan bacaan)

                                               ***

Sumber bacaan

Buku “Renaissance: Art and Architecture in Europe During The 15th and 16th Centuries“, Parragon, Edited by Rolf Toman

Michelangelo’s Pieta”, Italian Reinaissance.org

Pieta by Michelangelo”, Michelangelo.org

“15 Things You Should Know About Michelangelo’s Pieta”, mentalfloss.com

Exploring Michelangelo’s Pieta, a Masterpiece of Renaissance Sculpture”, mymodernmet.com