Buku ke-14 yang saya tulis adalah “M.R. Karliansyah, 30 Tahun Menekuni Pengendalian Pencemaran – Dari Amdal sampai Pemulihan Lingkungan”.

ROBERT ADHI KSP

Buku berjudul “M.R. Karliansyah, 30 Tahun Menekuni Pengendalian Pencemaran, Dari Amdal sampai Pemulihan Lingkungan” merupakan biografi profesional yang memuat perjalanan karier Muhammad Rizali Karliansyah selama 30 tahun berdinas di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan meninggalkan banyak jejak legacy yang bermanfaat bagi banyak orang.  

Buku yang terdiri dari tujuh bab dan setebal 434 halaman ini tidak hanya memuat berbagai legacy Muhammad Rizali Karliansyah yang mengabdi selama tiga dekade kepada bangsa dan negara melalui Bapedal/KLH/KLHK, tetapi juga testimoni puluhan narasumber yang memberi gambaran sosok Karliansyah sesungguhnya. Buku ini layak dibaca dan dijadikan pegangan generasi muda KLHK dan calon pemimpin di masa depan. Banyak yang dapat dipelajari dari kepemimpinan Muhammad Rizali Karliansyah. 

Buku ini dijadwalkan diluncurkan secara resmi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar pada Selasa, 30 Maret 2021 di salah satu hotel di Jakarta.

Diawali pertemuan pertama penulis dengan M.R. Karliansyah di ruang kerja Dirjen PPKL pada 4 November 2020, penulis melanjutkannya dengan wawancara virtual dengan Karliansyah melalui Zoom pada bulan November dan melalui WhatsApp sepanjang November, Desember 2020 dan Januari 2021. Buku ini dikerjakan penulis sejak awal November 2020 hingga pekan pertama Januari 2021. 

Pertemuan pertama dengan Dirjen PPKL M.R. Karliansyah dan Ses Ditjen PPKL Sigit Reliantoro di ruang kerja Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 4 November 2020. Foto oleh Hanum Sakina.

Penulis mewawancarai mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, dari Emil Salim, Sarwono Kusumaatmadja, Alexander Sonny Keraf, Nabiel Makarim, Rachmat Witoelar, Gusti Muhammad Hatta, Balthasar Kambuaya, sampai Siti Nurbaya Bakar. Mengingat masa pandemi belum selesai, sebagian besar wawancara untuk kepentingan konten buku ini dilakukan secara virtual. Satu-satunya wawancara tatap muka dilakukan di rumah Prof Emil Salim di Taman Patra, Kuningan, Jaksel, 5 Januari 2021.  

Pada akhir Desember 2020, penulis berdiskusi dengan Pak Karliansyah membahas judul buku. Akhirnya disepakati judul buku adalah “M.R. Karliansyah, 30 Tahun Menekuni Pengendalian Pencemaran — Dari Amdal sampai Pemulihan Lingkungan”. 

Penulis juga mewawancarai sembilan pejabat Kementerian LHK, sebelas pakar (ahli) dalam bidang lingkungan hidup, tujuh dari dunia industri, dan tiga narsum lainnya, serta istri dan keponakan Karliansyah.  

Karliansyah mengawali kariernya sebagai staf Direktorat Amdal (Analisis mengenai Dampak Lingkungan) di kantor Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan). Selama sebelas tahun (1991-2003) berkecimpung dalam persoalan Amdal, Karliansyah pernah menjadi Pemimpin Proyek Pengelolaan Sistem Amdal di Bapedal, menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Amdal, Plt Kepala Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal, dan Plt Asisten Deputi Urusan Kajian Dampak Lingkungan. 

Testimoni Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya Bakar dan Dirjen PPKL MR Karliansyah tentang buku

Sejak tahun 2000-an, tugas Karliansyah tidak lagi terfokus pada urusan Amdal. Dia menjabat Plt Asisten Deputi Urusan Koordinasi Kebijakan Lingkungan Hidup, KLH (2003-2005),  Plt dan kemudian Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Sumber Pertambangan, Energi dan Migas (2005-2010). Karliansyah pernah menjadi Plt Sekretaris Menteri LH selama lima bulan (1 April 2014 – 25 September 2014), kemudian Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KLH (Oktober 2010 – Mei 2015), dan Plt Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun KLHK (1 Juli 2017 – 6 November 2017). 

Sejak Mei 2015 sampai memasuki masa purnabaktinya pada akhir Maret 2021, Karliansyah adalah Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK. 

Dari Emil Salim sampai Siti Nurbaya Bakar

M.R. Karliansyah mendedikasikan lebih dari separuh usianya di Kementerian Lingkungan Hidup, bekerja di bawah Menteri Emil Salim sampai Siti Nurbaya Bakar.  

Pada awal Karliansyah dan kawan-kawannya bekerja, Emil Salim yang saat itu menjadi Kepala Bapedal/Menteri Lingkungan Hidup memanggil 13 staf baru ke lantai tujuh. “Kalian jangan bercita-cita untuk menjadi kaya jika ingin bekerja di Lingkungan Hidup,” kata Emil yang intinya meminta mereka untuk tidak melakukan korupsi. Emil juga mengingatkan Karli dan kawan-kawannya untuk bersiap-siap “dimusuhi” banyak orang karena ketika banyak orang di departemen (kementerian) lain ngegas, tugas orang Bapedal/Lingkungan Hidup adalah mengeremnya.

Prof Emil Salim (90 tahun) bersama Dirjen PPKL KLHK M.R. Karliansyah dan penulis di kediaman Emil Salim, 5 Januari 2021.

Emil Salim meminta mereka untuk menjunjung tinggi kejujuran dan integritas, dan dia senang jika Karli dan kawan-kawannya meresapi apa yang disampaikan, bahkan menjadikan ini sebagai pijakan dalam bertugas di Kementerian Lingkungan Hidup sampai akhir bakti mereka. 

Emil masih ingat Karliansyah berasal dari daerah, dari Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Pada awal Bapedal dibentuk, orang yang berlatar belakang ilmu lingkungan sangat sedikit. “Saya senang ada orang daerah yang berpendidikan ilmu lingkungan, yang masuk ke Bapedal,” ungkap Emil Salim yang pada tahun 2021 ini berusia 90 tahun.

Ketika Sarwono Kusumaatmadja memimpin Bapedal/KLH (1993-1998), dia sudah terkesan dengan Karliansyah. Meskipun jaraknya (jabatan dan usia) dengan Karli sangat jauh, namun dia ingin mengetahui lebih jauh sosok Karli yang tampak menonjol untuk ukuran pegawai junior.  Menurut Sarwono, jika ada orang yang punya kepribadian istimewa, dia segera memberi catatan mental (mental note) bahwa yang bersangkutan harus diberi perhatian khusus karena memiliki keistimewaan.

Wawancara virtual dengan Sarwono Kusumaatmadja, 9 Desember 2020.

“Kesan saya, Mas Karli seorang yang cerdas, tekun, dan paling penting, punya integritas. Reputasinya di kalangan rekan-rekannya adalah Karli tak bisa diajak main serong. Lurus. Oleh karena itulah kariernya naik dan mulus, termasuk saat penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan pada tahun 2015. Saya sudah menandai, Karliansyah harus menjadi Dirjen di kementerian yang baru dibentuk ini, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ternyata, siapapun tidak ada yang menyampaikan keberatan. Mas Karli dianggap pantas duduk di sana,”  ungkap Sarwono Kusumaatmadja.

“Dan yang menarik adalah komentar teman-temannya di KLHK yang mengatakan bahwa Pak Karli ini harus jadi Dirjen karena bagi kami, dia adalah simbol kejujuran.”  tambah Sarwono.

Ketika Alexander Sonny Keraf ditunjuk Presiden KH Abdurrahman Wahid menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup (1999-2001), dia meminta Karliansyah menjabat Direktur Amdal. 

Wawancara virtual dengan Alexander Sonny Keraf.

Mengapa Karli yang dipilih? Sonny menetapkan tiga kriteria dalam memilih pejabat eselon I dan II.  Salah satu sosok yang dilihat Sonny Keraf memenuhi kapasitas dan kapabilitas tiga kriteria itu adalah Karliansyah. “Saya butuh orang yang mempunyai kompetensi teknis, dan mampu bekerja dalam tim,  bukan dengan pendekatan sektoral tapi multi-shareholders. Pejabat yang menangani itu pun harus berpikir teamwork, dan berarti orang yang mampu berpikir holistik. punya kredibilitas reputasi, kapabiltas, dan bersih. Ini untuk menjawab mengapa Pak Karliansyah  yang harus ditempatkan dalam frame besar kriteria yang saya pakai untuk semua pejabat yang saya pilih pada waktu itu,” ungkap Sonny Keraf.

Nabiel Makarim, Menteri Negara Lingkungan Hidup (2001-2004), menilai Karliansyah adalah orang yang sangat taat aturan. “Kadang saya kesal dengan keteguhan prinsipnya tersebut, tetapi dia selalu datang dengan data yang lengkap dan tidak terbantahkan,” kata Nabiel. 

Wawancara virtual dengan Rachmat Witoelar.

Adapun Rachmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup (2004-2009) berpendapat, “Sungguh beruntung saya memiliki kader pionir lingkungan   bernama  Karliansyah ini.  Karena keahliannya dan pengabdiannya tersebut, saya sangat terdukung dan cukup berutang budi kepada Bung Karli yang kreatif dan konsisten dalam melaksanakan tanggung jawabnya.”

Gusti Muhammad Hatta, Menteri Negara Lingkungan Hidup (2009-2011) mengungkapkan, “Seperti filosofi orang Jawa, Karliansyah sepi ing pamrih, rame ing gawe, tidak mengharapkan pamrih, giat dan sungguh dalam bekerja. Karliansyah adalah sosok low profile. Dia tidak neko-neko, fokus pada pekerjaan, dan menjalankan tugas-tugasnya dengan serius. Kepribadian Karliansyah seperti itu.” 

Menurut Hatta, Karliansyah sudah banyak mengukir prestasi dan legacy tetapi dia tidak terlalu banyak cerita. “Prestasi Karliansyah terlihat dari kinerja yang dihasilkan. Program Proper misalnya, berhasil membina banyak perusahaan yang sebelumnya berpredikat ‘hitam’ menjadi ‘merah’, lalu berubah menjadi ‘biru’ dan kemudian ‘hijau’,” katanya.

Wawancara virtual dengan Gusti Muhammad Hatta.

Balthasar Kambuaya, Menteri Negara Lingkungan Hidup (2011-2014) mengatakan, Karliansyah sangat komunikatif. “Beliau selalu berkomunikasi dengan teman-teman kerjanya, melakukan koordinasi, juga mengonsultasikan dan mengomunikasikan tugas-tugas yang dikerjakan dengan sangat baik. Selaku Menteri,  saya terbantu dengan pekerjaan Pak Karli  yang rapi itu,” kata mantan Rektor Universitas Cendrawasih itu. 

Kambuaya juga menilai Karliansyah seorang yang humble, menghormati orang, dan menghargai orang lain dengan baik. “Kadang-kadang ego individunya tidak tampak. Dia mengutamakan teamwork dengan melakukan pendekatan dan kooodinasi dengan baik,” katanya.

“Karli memiliki rasa percaya diri sangat tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dari semua yang dimiliki Pak Karli, saya sebut beliau ini masuk aliran perfeksionis. Dia melakukannya sesuai aturan, harus rapi, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai yang direncanakan dan diprogramkan,” urai Kambuaya.

Wawancara virtual dengan Balthasar Kambuaya.

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menilai Karliansyah seorang pejabat dan birokrat yang cukup ideal, yang memenuhi competency dan competence. Selain mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, Karliansyah juga mampu menangani berbagai persoalan dengan baik. Karakter dan sikapnya yang baik, enak diajak bicara, nice-looking, membuat banyak orang lain mudah dan senang berkomunikasi dengan dia. 

Menurut Siti Nurbaya, sebagai seorang birokrat, Karliansyah sosok yang cukup ideal. “Dalam dunia usaha, kita mengenal CEO (Chief Executive Officer) yang menangani urusan bisnis. Dalam dunia birokrasi, seorang Direktur Jenderal (Dirjen) adalah CEO dalam urusan jasa publik. Karliansyah adalah CEO yang bagus. Mengapa demikian? Karena dalam keseharian, tidak gampang menangani berbagai persoalan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, mengingat karakter dan esensi persoalan lingkungan dan kehutanan yang beragam dan relatif berat,” ungkap Siri Nurbaya Bakar. 

Menteri LHK melihat dukungan Pak Karliansyah di Kementerian LHK sedemikian kuat dan meyakinkan. “Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih membutuhkan tenaga dan pikiran Pak Karli. Saya akan meminta Pak Karliansyah untuk tetap membantu saya di Kementerian LHK dalam penyelesaian beberapa bagian yang sudah mendekati final,” katanya.

Wawancara virtual dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.

Piawai dalam Amdal

Rusdian Lubis (67 tahun), Direktur Amdal (1993-1998) yang pernah menjadi atasan Karliansyah berpendapat, “Karliansyah adalah sosok yang predictable dan by the book. Karliansyah seorang yang selalu menaati aturan. Hal ini memudahkan saya. Kalau ada yang miring, saya selalu menjadikan Karliansyah sebagai contoh yang baik.”

“Mengapa by the book? Karliansyah sering menjawab, menurut Peraturan Pemerintah… jika saya bertanya mengapa tidak mengambil keputusan B, tetapi A.  Ini berarti, Karliansyah selalu memegang teguh peraturan perundang-undangan meskipun terkesan tidak berani mengambil keputusan yang riskan,” jelas Rusdian Lubis yang kini menekuni hobinya sebagai penulis novel. 

Laksmi Dhewanti mengenal Karliansyah sebagai mitra kerja di Bapedal sejak 1991. Mereka adalah dua staf pertama yang masuk di unit Amdal. Keduanya saling melengkapi.  Dhewanti tipe trouble shooter, Karli guardian yang mendisiplinkan tata laksana regulasi Amdal. “Kalau saya ragu, Pak Karli sosok yang bisa memberi jawaban. Sebaliknya, pada saat Karli memerlukan input bagaimana mengembangkan Amdal ke depan, Karli akan mengontak saya,” cerita Dhewanti, saat ini Staf Ahli Menteri LHK. 

Di mata Dhewanti, Karliansyah seorang yang teguh pada peraturan perundangan, dan sangat disiplin dalam menyelesaikan pekerjaannya karena durasi tenggat waktu yang sangat pendek. Dia harus membaca dokumen hanya beberapa hari. “Saya tidak melihat Karli seorang yang kaku, tapi saya melihatnya sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai ASN (dulu disebut PNS). Beliau sangat teguh,” papar Dhewanti. 

Sementara itu Laksmi Wijayanti, yang masuk Bapedal di era Nabiel Makarim mengatakan, “Buat saya, Mas Karli bukan sekadar kolega tetapi kakak senior dan guru. Saya beruntung diasuh Mas Karli.”  

Wijayanti, yang saat ini menjabat Inspektur Jenderal Kementerian LHK berpendapat, Karliansyah berhasil membentuk perspektifnya  tentang birokrat. Ada pendapat yang menyebutkan, birokrat itu suka korupsi dan bermalas-malasan. Tetapi sejak Wijayanti masuk di Bapedal, dia tidak melihat itu dalam tubuh Bapedal, juga tidak melihat itu pada sosok Karliansyah. Sejak awal, Wijayanti menilai Karliansyah sosok mengagumkan, seorang birokrat teladan yang well-managed, termasuk dalam hal-hal kecil.  

Sigit Reliantoro, saat ini Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mengungkapkan, sedikitnya sepuluh kasus Amdal yang menonjol yang ditangani ketika Karliansyah menjabat Direktur Amdal, di antaranya Freeport, Banjir Jakarta 2002, dan Sodetan Citanduy.

Dalam menangani berbagai kasus Amdal, kata Sigit Reliantoro, Karliansyah fokus mencari solusi, mencari jalan tengah. “Dalam kasus Freeport misalnya, Pak Karli mencari cara menyelesaikan persoalan yang telah menimbulkan dampak luar biasa. Persoalan di Freeport ditangani selama 15 tahun dan tidak bisa ditangani dengan cara biasa. Pak Karli berupaya agar investasi tetap berjalan, namun lingkungan tetap terjaga dengan baik. Berorientasi mencari solusi. Ini yang membedakan Pak Karliansyah dengan yang lainnya,” papar Sigit Reliantoro. 

Kualitas Ciliwung Makin Berkelas

Salah satu legacy Karliansyah yang diakui Ketua Gerakan Ciliwung Bersih Peni Susanti dan Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung Hidayat Al Ramdhani adalah membaiknya kualitas Sungai Ciliwung. 

Peni Susanti menilai Dirjen PPKL M.R. Karliansyah betul-betul membimbing  dan membina komunitas-komunitas pencinta Ciliwung tersebut. Sampai akhirnya kualitas air Sungai Ciliwung makin membaik dan kelasnya naik ke kelas dua. 

Peni mengaku beruntung bertemu dengan Karliansyah yang gigih mengendalikan pencemaran sungai dan berupaya untuk memulihkannya. Peni masih memimpikan suatu hari kelak Sungai Ciliwung dapat menjadi seperti Sungai Han di Korea Selatan. 

Peran Karliansyah sangat besar dalam membantu Gerakan Ciliwung Bersih. “Kalau bukan Pak Karli, GCB tak akan banyak dibantu,” ungkap Peni. Dia membandingkan pengalamannya ketika minta konsultasi kepada Dirjen-dirjen lain. “Mereka jarang menjawab. Mungkin karena mereka pejabat,” ujarnya.

Tetapi Peni melihat Karliansyah Dirjen yang berbeda.  “Beliau sosok pemimpin penyabar, bijaksana, mengayomi, menghargai orang, dan pemberi motivasi. Beliau selalu hadir dalam setiap acara komunitas Gerakan Ciliwung Bersih. Sebagai pemimpin, beliau mau turun ke bawah dan mau mendengar. Beliau betul-betul pemimpin transformatif, dan tidak melihat beliau pejabat tertinggi di kementerian. Beliau sangat responsif, cepat menanggapi meski melalui WhatsApp,” ungkap Peni yang mengaku terharu dengan kepedulian Karliansyah. “Kalau Pak Karli pensiun, saya kehilangan banget,” katanya terbata-bata. 

Hidayat Al Ramdhani, Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung mengungkapkan,  meningkatnya kualitas Sungai Ciliwung terbukti dari muncul biota sungai yang sebelumnya menghilang. “Saat ini di Kali Ciliwung muncul ikan baung dan ikan senggal. Di  Lenteng Agung, bahkan ditemukan udang buri, lobster kali. Ini semua menunjukkan, kualitas Sungai Ciliwung semakin membaik jika dibandingkan 5  tahun – 10 tahun lalu.  Kalau air sungai kotor, ikan dan udang tak akan bisa hidup,” papar Hidayat.

“Pak Karli sosok yang luar biasa. Jarang seorang pejabat setingkat Pak Karli, mau bergaul dengan kami anak sungai. Bila dihubungi, beliau langsung merespon. Pak Karli juga memberi kami kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang penting, salah satunya  bertemu dengan Ibu Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup. Kami bisa menyampaikan persoalan kami di sungai. Bagi kami sebagai anak sungai, ini luar biasa,” ungkap Hidayat.

Mengubah Bekas Tambang Jadi Pusat Ekonomi Rakyat

Selama bertugas, Karliansyah tak hanya menyumbang banyak gagasan, tetapi juga melaksanakannya. Di antaranya, mengubah bekas tambang menjadi pusat ekonomi masyarakat. Pada tahun 2015-2016, KLHK mencatat sebanyak 8.386 lokasi bekas tambang dan bekas perkebunan rakyat seluas 57.000 hektar dalam kondisi rusak dan telantar, ditinggalkan begitu saja, tanpa ada yang mengurus, dengan kedalama antara enam meter dan 30 meter, dan luasannya beragam antara satu hektar dan 35 hektar. Bila tidak segera ditangani, kerusakan akan semakin parah. 

Untuk memperbaiki sejumlah lokasi bekas tambang rakyat di Gunung Kidul, Belitung, Dharmasraya, Bengkulu Tengah, Buton, Paser, Malang, Kuningan dan Belitung Timur, Karli turun langsung ke lapangan, melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat setempat. KLHK tak sekadar memperbaiki, tetapi mengubahnya menjadi pusat perekonomian masyarakat. 

Salah satu bentuk lembaga yang didirikan untuk mengelola lahan pasca- pemulihan adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yaitu lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat untuk memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan serta potensi desa.  Pengelolaan lahan pasca-pemulihan salah satu kunci keberhasilan pemulihan lingkungan.  

Salah satu pemulihan lingkungan yang berhasil dilakukan KLHK adalah mengubah lokasi bekas tambang batu gamping seluas 0,7 hektar di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi pasar ekologis yang memberi nilai tambah sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Lokasi bekas tambang batu dengan kedalaman 6 meter itu diuruk, diratakan dan direklamasi, kemudian dibangun menjadi pasar rakyat. Pasar Ekologis Argowijil diresmikan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar pada 18 April 2017. 

Lurah Gari, Gunung Kidul, Widodo, mengatakan, masyarakat Kelurahan Gari menyampaikan terima kasih kepada Karliansyah, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah memperbaiki lingkungan wilayah mereka. “Pak Karliansyah selalu mengawal pemulihan bekas tambang ini menjadi pasar ekologis yang sangat bermanfaat bagi masyarakat,” kata Widodo.  

Widodo menilai komunikasi yang dijalin Karliansyah sangat terbuka dan responsif. Dia mengenal Karliansyah pada pertengahan 2016 sebelum KLHK melakukan reklamasi lokasi bekas tambang di kelurahannya. Sampai pada hari peresmian pasar ekologis Argo Wijil, Karliansyah berkomunikasi intens dengan dia untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.  “Meskipun jabatannya Dirjen, Pak Karliansyah  tetap menghormati saya sebagai Lurah. Sampai makan bersama pun, beliau ingin kami satu meja,” cerita Widodo yang mengaku empat kali bertemu dengan Karliansyah.

Karliansyah bersama jajaran Ditjen PPKL juga berupaya memulihkan lingkungan yang rusak di beberapa lokasi menjadi tempat wisata.  Salah satunya adalah bekas tambang gamping di Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu. Sebelumnya bukit tersebut memiliki banyak asam kandis (Garcinia xanthochymus), namun setelah menjadi lokasi penambangan tanpa izin batu andesit, asam kandis itu tak tersisa lagi.

Upaya lain pemulihan lingkungan yang dilakukan Ditjen PPKL adalah mengubah bekas lokasi tambang pasir dan batu di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur menjadi Taman Edukasi Agroindustri Njulung. Dari 30-an hektar lahan bekas tambang yang sudah rusak, 21 hektar di antaranya sudah mulai hijau kembali. Sisanya 17 hektar akan digarap pada tahun 2021. 

Setelah dikerjakan selama satu tahun, pada Oktober 2020, Direktur Jenderal PPKL Karliansyah menyerahkan Barang Milik Negara (BMN) di lokasi pemulihan lahan akses terbuka AgroEdutourism Njulung kepada masyarakat melalui BUMDes Patok Pacis di bawah koordinasi Tri Diantoro, Ketua BUMDes setempat. Diantoro mengakui, sejak KLHK memulihkan lokasi bekas tambang menjadi taman agroindustri, UMKM berkembang di sana melalui pasar dan pertanian. Banyak wisatawan lokal berkunjung ke sana, yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat setempat.

Tri Diantoro menilai, Karliansyah sosok yang ramah, ceria, dan murah senyum.“Beliau sangat halus dan ini terlihat dari kata-kata dan sikapnya yang menyenangkan. Pak Karliansyah bisa ngobrol asyik dengan kawula muda di desa ini. Beliau dijadikan panutan karena selalu memberi dukungan kepada tenaga penggerak seperti saya misalnya,” cerita Diantoro.  

Lewat Proper, Karliansyah Dorong Industri Hijau

Salah satu legacy lainnya Karliansyah  adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan atau dikenal dengan nama Proper, program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen insentif reputasi bagi perusahaan. 

Melalui Proper, Karliansyah berhasil mengarahkan perusahaan untuk menjawab berbagai persoalan lingkungan global, seperti penanganan sampah, penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), bahkan pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). 

Selain mendapat penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian PAN-RB sebagai penghargaan dalam penyebarluasan ide kreatif dan terobosan dalam pelayanan publik di Indonesia, di dalam negeri Proper juga menjadi dasar dan rujukan dalam penilaian pemberian penghargaan, seperti Industri Hijau (Green Industry) dan Pertambangan Ramah Lingkungan (Green Mining) oleh Kementerian ESDM dan Green CEO Award oleh Majalah Warta Ekonomi. 

Di luar negeri, Proper mendapat apresiasi dari Bank Dunia sebagai suatu metode efektif terkait pengimplementasian tata kelola lingkungan yang baik untuk peningkatan kapasitas serta pemberian insentif terhadap kinerja pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Universitas Chulalongkorn Thailand juga memberikan apresiasi serupa bagi Proper. Selain itu, di forum International Labour Organization (ILO), Proper dijadikan sebagai indikator kinerja pengelolaan lingkungan bagi para pembeli.  

Karliansyah mendorong perusahaan-perusahaan di bawah BUMN untuk berinovasi dalam pengelolaan dan pengendalian lingkungan sehingga berkembang menjadi industri hijau. 

“Proper membangkitkan awareness tentang ekonomi hijau. Jadi Proper memacu Pupuk Kaltim untuk terus mematuhi aspek-aspek lingkungan. Ini semua tidak bisa terlepas dari peran Pak Karliansyah,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Holding Company, Bakir Pasaman, yang sebelumnya Dirut Pupuk Kaltim. 

“Saya mengagumi sosok Pak Karliansyah. Beliau Dirjen yang benar-benar hebat. Integritasnya luar biasa, tidak macam-macam. Pekerjaannya benar-benar dicurahkan untuk perbaikan lingkungan dan ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan. Ini luar biasa,” kata Bakir Pasaman, yang bangga Pupuk Kaltim meraih Proper Emas empat kali berturut-turut.  

PT PLN (Persero) juga merasakan betapa Karliansyah selaku Dirjen PPKL KLHK selalu mendorong tim PLN di setiap bidang untuk bersinergi membangun Proper.  

“Peran Pak Karliansyah sangat besar dalam mendukung unit-unit PLN agar bisa mendapatkan Proper Hijau dan Proper Emas, dan agar PLN tidak mendapatkan Proper Merah ataupun yang lebih jelek dari itu. Secara pribadi, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Karlinasyah yang selalu mendorong dan membimbing teman- teman di PLN, mengayomi teman-teman di unit-unit pembangkit, baik di PLN maupun di PLN Group, agar kami terus bertransformasi menuju tata kelola organisasi yang bertanggung jawab, dan agar PLN senantiasa selalu berinovasi dalam mengelola lingkungan hidup,” kata Direktur Human Capital & Management PT PLN (Persero), Syofvi Felienty Roekman.  

Menurut Syofvi, seluruh unit PLN yang sangat berhubungan erat dengan Karliansyah adalah unit-unit Pembangkit, khususnya di PLN Group, Indonesia Power, dan PJB. “Mereka merasakan hubungan emosional yang sangat erat dan sangat nyaman selama berinteraksi dengan Pak Karliansyah. Beliau mendorong kami untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan. Beliau mendorong, membimbing, mengarahkan teman-teman kami di unit-unit PLN. Beliau juga cukup intens berhubungan langsung ke lokasi-lokasi pembangkit PLN. Ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam kepada kami,” ungkap Syofvi. 

Joko Pranoto, General Manager PT Pertamina RU Cilacap mengatakan, “Proper merupakan trade-mark Pak Karliansyah karena beliau sangat lama membidani Proper dan mengembangkannya sampai pada level saat ini.”

Salah satu kelebihan Proper adalah adaptif. Untuk mencapai kinerja Proper yang bagus, perusahaan tak bisa berdiri sendiri, harus berkolaborasi cukup baik dan intens dengan pemerintah, LSM, masyarakat, institusi pendidikan, perusahaan.  

Menurut Joko, Proper yang digawangi Karliansyah ini luar biasa sehingga Pertamina bukan karena mengejar penghargaan Proper tetapi karena konsep Proper yang didorong Karli memang matching dengan kebutuhan perusahaan, yaitu  perusahaan harus berwawasan lingkungan, harus berkolaborasi dengan masyarakat, pemerintah, termasuk para local hero masyarakat.

Joko angkat topi untuk Karliansyah,  seorang Dirjen, yang menurut bayangannya, sudah high level, satu level di bawah menteri. Tetapi Karli tidak hanya duduk menerima laporan, tidak hanya memahami kulit-kulitnya, tetapi benar-benar aktif dan turun secara langsung. “Ini yang membedakan Pak Karliansyah dengan pejabat-pejabat lain, yang saya rasa sulit untuk mencari penggantinya,” papar Joko Pranoto. 

Adapun Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo mengungkapkan, “Bagi kami di Gaikindo, Pak Karliansyah, Dirjen Pengendalian Pencemararan dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) telah membuat langkah maju dan besar dengan mendeklarasikan Indonesia masuk ke era EURO 4.”

Mengurusi Gambut, Menanggulangi Kebakaran Hutan

Ketika Karli menjabat Dirjen PPKL, dia langsung dihadapkan pada persoalan kebakaran hutan dan lahan. Kementerian LHK berupaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan dan memulihkan 2,6 juta hektar lahan yang terbakar secara bertahap. 

Setelah memetakan persoalan, Karliansyah akhirnya mengetahui bahwa penyebab utama adalah amburadulnya tata kelola air di ekosistem gambut.  Semua kanal yang dibangun dalam kondisi memotong kontur. Air terkuras habis dan tidak tersisa di daerah lahan gambut. Begitu ada pencetus api, rokok misalnya, gambut itu dengan mudah pasti langsung terbakar. Kebakaran lahan dan hutan ini tak mungkin dapat dihindari karena kondisi gambut kering-kerontang. Luasan lahan dan hutan dalam kondisi seperti ini ribuan bahkan jutaan hektar. Seluas itu jugalah api menjalar dan membakar lahan dan hutan.

Untuk memperbaiki dan memulihkan ekosistem gambut, Karliansyah memulainya dengan mengajak perusahaan mengelola tata air dengan baik dan benar, baik perusahaan HTI maupun perkebunan sawit. “Kami minta mereka membangun sekat-sekat kanal. Canal Blocking ini untuk apa? supaya bisa menjaga gambut tetap dalam kondisi basah dan lembab. Peraturan menetapkan tinggi muka air  tanah tak boleh kurang dari 0,4 meter. Jika memiliki tinggi muka air kurang dari 0,4 meter, ada jaminan kondisinya lembab, maka lahan gambut ini tak akan mudah terbakar,” ungkap Karliansyah.

Melalui berbagai pendekatan yang dilakukan Karliansyah, masyarakat maupun dunia usaha akhirnya menyadari bahwa menjaga gambut itu tidak mengganggu bisnis mereka, bahkan membuat bisnis lebih berkelanjutan. Menjaga gambut berarti merawat peradaban dan sekaligus menjaga ketahanan pangan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Jika tiga komponen ini dipenuhi, keberlanjutan usaha bisa berjalan dengan baik. 

“Tantangan yang dihadapi Pak Karliansyah tidak mudah tetapi melalui pendekatan dan kekuatan kepemimpinannya, beliau berhasil meyakinkan pemangku kepentingan, baik masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah. Saat ini cukup banyak pemda yang menyusun rencana perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut di tingkat provinsi maupun kabupaten kota, dan lima provinsi di antaranya sudah hampir rampung   menyelesaikannya,” kata Ir  SPM Budisusanti, Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut (2018 – sekarang). 

Diplomasi Internasional

Karliansyah juga piawai dalam berdiplomasi. Pada akhir 2018, Karliansyah mendapat tugas dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar untuk menyelenggarakan pertemuan the Fourth Intergovermental Review Meeting on the Implementation of the Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Landbased Activities (IGR-4) di Nusa Dua, Bali.

Memasuki sesi akhir agenda Persidangan IGR-4, persidangan berjalan alot. Ketika itu peserta membahas draft teks Bali Declaration. “Suasana persidangan IGR-4  sangat keras. Boleh dibilang, masalahnya antara jadi atau tidak jadi, To be or not to be.  Pak Karliansyah kemudian mengatur, pada saat perundingan itu, ada makan malam bersama, ada musik, ada  acara nyanyi, ada tarian Maumere, yang bisa melibatkan banyak peserta. Ada pelukis-pelukis dari Bali mencoba melukis semua peserta yang hadir dan mereka menerima lukisan tersebut. Ternyata forum semacam itu berdampak yang sangat konstruktif bagi penyelesaian masalah ini,” ungkap Makarim Wibisono, diplomat senior yang terlibat dalam IGR-4. 

Esok harinya —hari terakhir pertemuan, setelah melalui pembahasan selama empat jam, para anggota ndelegasi akhirnya menyepakati rumusan untuk menyiapkan kajian  menyeluruh terhadap masa depan GPA  termasuk aspek hukum, anggaran dan organisasi dari GPA.   Draft teks Bali Declaration  pun disepakati para delegasi IGR-4. Rupanya tarian “Maumere” pada malam sebelumnya memberi kesan mendalam di antara para peserta IGR-4. Diplomasi tarian Maumere cukup mengena. 

Suasana tegang langsung cair setelah peserta “dihibur” tak hanya tarian Maumere, tetapi juga duet Karliansyah dan Menteri LHK Siti Nurbaya yang  menyanyi bersama di depan peserta delegasi IGR-4.   Diplomasi Maumere ini gagasan Pak Karliansyah. Beliau memegang peran dalam pengorganisasian. Saya rasa ini kreasi dan karya Pak Karliansyah,” ungkap Makarim Wibisono. 

Gaya Kepemimpinan Karliansyah 

Gaya kepemimpinan Karliansyah yang tidak memposisikan diri sebagai pejabat (unboss leadership) merupakan  salah satu kunci kesuksesannya dalam pengendalian pencemaran lingkungan. Ini diakui Joko Pranoto, GM Pertamina RU Cilacap. Menurut Joko, salah satu keberhasilan Proper sampai sejauh ini tak terlepas cara Karliansyah memimpin. “Bagaimana Pak Karli dengan low profile, berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan dari seluruh tingkatan, top leader sampai pelaksana di lapangan, membuat program Proper ini diterima oleh mayoritas perusahaan, dan berjalan dengan baik sampai sejauh ini,” ungkap Joko.  

Erna Witoelar, pendiri Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) berpendapat, Karliansyah seorang yang low profile, tak banyak gembar-gembor, tidak juga defensif. “Biasanya pemerintah kalau berhadapan dengan lembaga swadaya masyarakat, LSM suka sok galak, dan pemerintah suka sok defensif. Jadi sering kali tidak nyambung. Tetapi Karliansyah ini wajar-wajar saja. Dia menerima ungkapan dari LSM dan masyarakat, baik yang santun, bernada marah, atau menggebu-gebu, dengan  tenang, berusaha untuk menghadapi mereka dan menjelaskan dengan gamblang,” kata Erna, yang pernah menjabat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah  di era Presiden KH Abdurrahman Wahid.  

“Sebenarnya sosok pejabat pemerintah seperti Karliansyah inilah yang dibutuhkan masyarakat. Karliansyah bisa menjelaskan pertanyaan-pertanyaan masyarakat. Kalau pejabat pemerintah bisa berdialog seperti itu, dan pemerintah juga bisa bertanya kepada masyarakat, maka saya kira Republik ini bisa berjalan lebih baik,” kata Erna Witoelar, istri Rachmat Witoelar. 

Putra Daerah Kalimantan Selatan

M.R. Karliansyah lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Maret 1961 sebagai anak keenam dari delapan bersaudara  dari pasangan Haji Abdoel Moeis dan Hajjah Masningrat. Abdoel Moeis pernah menjabat Wali Kota Banjarbaru (1978-1983). 

Setamat SMA pada 1980, Karli melanjutkan pendidikan ke Jurusan Biologi, Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) Universitas Indonesia (yang belakangan berubah menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ALam atau FMIPA melalui jalur Proyek Perintis II. Di sinilah Karliansyah bertemu dengan jodohnya, Nastiti Soertiningsih – Wijarso, putri (mantan) Dirjen Migas pertama, Wijarso. 

“Kami berteman, bersahabat, dan melakukan kegiatan bersama. Kami sudah saling mengenal satu sama lain. Ketika kami menikah, tidak banyak yang harus kami lakukan untuk menyesuaikan diri. Kami sudah tahu sama tahu. Dari sisi ilmu, kami mendalami ilmu yang sama. Setiap kali berdiskusi dengan Karli, langsung nyambung ,” cerita Nastiti, yang akrab dipanggil Astit. 

Bagi Astit, Karli sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan. Karli cukup lama menjadi Ketua Komisariat Biologi dan ex-officio sebagai Ketua Senat FMIPA UI. “Dia memiliki kharisma tersendiri dan mempunya kesan baik, serta memberi masukan kepada adik-adik mahasiswa,” katanya.  

Astit menilai Karli tidak berubah, tetap memegang komitmen dan konsisten dengan apa yang dia pegang. “Kalau A ya A. Tidak berubah. Karli selalu on time di mana pun berada. Semua tahu dan kenal karakter Karli,” katanya. 

Setelah lulus sebagai Sarjana Biologi FMIPA UI, Astit bekerja di Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Ling- kungan UI sampai pensiun. Sebelumnya Karli juga pernah bekerja paruh waktu di sana. Karena keduanya bekerja di bidang yang sama, kehidupan mereka sejalan. Inilah yang dirasakan Astit. Karli dinilainya sangat peduli dan penuh perhatian pada keluarga dan terhadap semua orang.  

Hal ini diakui keponakan Karli, Ratna Wulan Sari (37). “Om Karli sering kali tidak memikirkan diri sendiri, tetapi lebih memikirkan banyak orang. Bukan hanya memikirkan keluarga, tetapi juga semua orang,” katanya. 

Ratna juga menilai, Paman Karli dan Tante Astit tetap hidup sederhana dan tidak berlebihan meskipun memegang jabatan tinggi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Semoga saya dan suami dapat menjadikan mereka panutan,” kata Ratna.  

Ucapan Terima Kasih

Dalam kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya Bakar yang memberi kesempatan kepada saya untuk menulis biografi profesional salah seorang pejabat KLHK yang berdedikasi tinggi dan telah mengukir banyak prestasi, yaitu Dirjen PPKL Pak Muhammad Rizali Karliansyah. Terima kasih kepada Ibu Siti Nurbaya Bakar yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai secara virtual di tengah kesibukan tugas sebagai Menteri LHK.

Saya harus menyampaikan terima kasih kepada Pak Karliansyah yang dalam kurun waktu November 2020 hingga pertengahan Januari 2021, sering saya “ganggu” untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya demi konten buku ini. Terima kasih pula untuk Ibu Astit dan keponakan Ratna Wulan yang memberi gambaran utuh tentang sosok Pak Karli.

Kepada Pak Emil Salim, Pak Sarwono Kusumaatmadja, Pak Alexander Sonny Keraf, Pak Nabiel Makarim, Pak Rachmat Witoelar, Pak Gusti Muhammad Hatta, dan Pak Balthasar Kambuaya, semuanya mantan Menteri Lingkungan Hidup, yang telah ikut memberi gambaran tentang sosok Karliansyah, penulis ucapkan terima kasih.

Juga kepada narasumber Laksmi Wijayanti (Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Laksmi Dhewanti (Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup), Sigit Reliantoro (Sekretaris Ditjen PPKL), Dasrul Chaniago (Direktur Pengendalian Pencemaran Udara), Wahyu Indraningsih (Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen PPKL 2015-2018),  Sri Parwati Murwani Budisusanti (Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut PPKL),  Luckmi Purwandari (Direktur Pengendalian Pencemaran Air), Dida Migfar Ridha (Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut),  dan Bekti Budhi Rahayu (Kasubbag Hukum dan Teknis Ditjen PPKL) yang telah memberi catatan untuk melengkapi konten buku ini, penulis sampaikan terima kasih.

Kepada para pakar dan ahli yaitu Pak Eko Sugiharto (Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM), Pak Rusdian Lubis (mantan Direktur Amdal), Pak Sudharto P Hadi  (Dewan Pertimbangan Proper), Pak Supiandi Sabiham (IPB), Pak Azwar Ma’as, (UGM), Pak Baba Barus  (IPB), Ibu Peni Susanti (Ketua Gerakan Ciliwung Bersih), Pak Soeryo Adiwibowo (IPB),  Pak Makarim Wibisono (diplomat senior), Pak Arief Yuwono (mantan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, dan mantan Staf Ahli Menteri LHK Bidang Energi),  serta   Ibu Erna Witoelar (Pendiri Ciliwung Bersih dan Walhi) yang mewarnai isi buku ini dengan berbagai komentar dan testimoni tentang sosok Karliansyah, penulis haturkan terima kasih. 

Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Soewarso (Ketua Bidang Produksi Hutan Tanaman, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia/APHI),  Pak Eddy Martono (Ketua Bidang Tata Ruang dan Agraria/GAPKI),  Pak Bakir Pasaman (Presiden Direktur PT Pupuk Indonesia), Pak Joko Pranoto (General Manager Pertamina RU Cilacap), Ibu Syofvi Felienty Roekman, (Direktur Human Capital & Management PT PLN Persero),  Pak Komang Paramita (Executive Vice President HSSE, PT PLN Persero) dan Pak Kukuh Kumara (Sekum Gaikindo) yang telah memperkaya konten buku ini. 

Juga kepada Bung Hidayat Al Ramdhani (Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung),  Mas Tri Diantoro (Ketua BUMDes Njulung, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur) dan Mas Widodo (Lurah Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta) yang melengkapi buku ini tentang kisah sukses pemulihan lingkungan, penulis sampaikan terima kasih.

Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Mas Tulus Laksono (Kepala Bagian Program dan Evaluasi, Dirjen PPKL) dan Sdri Hanum Sakina (Pranata Humas Kementerian LHK), yang selalu menemani penulis dalam wawancara virtual dengan berbagai narasumber untuk melengkapi isi buku ini.   Kepada sahabat Bintang Permata dan Utari Mahavira yang telah merekomendasikan nama saya sebagai penulis buku, saya haturkan terima kasih. 

Semoga buku biografi profesional Pak Muhammad Rizali Karliansyah ini bermanfaat bagi khalayak pembaca. 

Robert Adhi Ksp

18 Januari 2021

DIKUTIP DARI CATATAN PENULIS DALAM BUKU “M.R. KARLIANSYAH, 30 TAHUN MENEKUNI PENGENDALIAN PENCEMARAN – DARI AMDAL SAMPAI PEMULIHAN LINGKUNGAN”.