ROBERT ADHI KSP

Buku “Jonner Napitupulu: Sebuah Memoar Pengabdian-Pelayanan”. Edisi buku digital (ebook)-nya dapat diakses gratis di Google Books.
“Jonner Napitupulu – Sebuah Memoar: Pengabdian dan Pelayanan” adalah memoar Jonner Napitupulu, pengusaha nasional dan filantropis yang tinggal di Medan, Sumatera Utara, yang isinya difokuskan pada aktivitasnya yang bersifat Pengabdian (Worldly) dan Pelayanan (Godly). Keduanya saling beririsan dan tujuannya sama dan sebangun.
Filantropis adalah seseorang yang secara aktif berkontribusi dalam kegiatan amal, baik melalui donasi finansial, sumber daya, maupun waktu dan tenaga, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Filantropis memainkan peran penting dalam masyarakat dengan membantu mengatasi masalah-masalah yang tidak dapat sepenuhnya ditangani oleh pemerintah atau sektor swasta. Kata filantropi berasal dari bahasa Yunani philanthrōpía, yang berarti “cinta terhadap manusia.” Filantropi bukan hanya tentang donasi uang, tetapi juga berbagi ilmu, waktu, dan tenaga untuk menciptakan dampak positif bagi sesama. Itulah yang dilakukan Jonner Napitupulu dalam aktivitas filantropinya selama ini.
Tujuan utama filantropi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan memperbaiki kondisi sosial. Beberapa tujuan spesifiknya antara lain mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, melindungi lingkungan hidup, mendukung pengembangan seni dan budaya, serta mendorong inovasi dan penelitian untuk mengatasi masalah-masalah sosial.
Jonner Napitupulu lebih suka menyebut dirinya melakukan Pengabdian dan Pelayanan. Sebagai pemeluk Kristen, Jonner sangat religius dan taat pada perintah agamanya untuk mengasihi sesama manusia dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Salah satunya, “Lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kisah Para Rasul 20:35).
Jonner Napitupulu lebih suka menyebut dirinya melakukan Pengabdian dan Pelayanan. Sebagai pemeluk Kristen, Jonner sangat religius dan taat pada perintah agamanya untuk mengasihi sesama manusia dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Salah satunya, “Lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kisah Para Rasul 20:35).
Pelayanan berorientasi pada kehendak Tuhan, kasih kepada sesama, dan nilai-nilai abadi, yang dilakukan dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih. Fokus pelayanan terpusat pada kebutuhan rohani, moral, dan kesejahteraan orang lain, yang memiliki dampak jangka panjang bagi kehidupan orang lain. Ini tertuang dalam Bagian Pertama buku ini.
Bagian Kedua “A Brief of Biography” menegaskan Jonner yang berasal dari keluarga sederhana —ayahnya pernah menjadi loper susu dan pedagang kelontong di Pasar Pringgan, ibunya penjual kain di Pasar Muara Takus di Medan —selalu ingat ketika dirinya mengalami kesulitan finansial saat akan melanjutkan pendidikan. Dia tidak menyerah dan bertekad untuk mengejar impiannya: melanjutkan pendidikan S3 di Britania Raya. Inilah yang meyakinkan Jonner bahwa jerih-payahnya mengejar ilmu pengetahuan hingga ke jenjang S3 di negeri orang tidaklah sia-sia karena itu salah satu jalan menuju kesejahteraan.
Bagian Ketiga buku ini memuat Pengabdian Jonner Napitupulu pada keluarganya (yang terekam dari testimoni istrinya, Emma Siahaan, dan dua anaknya, Lydia Napitupulu dan Britto Napitupulu. Pada bab pamungkas, Jonner menunjukkan pengabdiannya kepada negara melalui pengembangan bisnis (ekspansi) usahanya di IKN di Kalimantan Timur.
Peduli pada Generasi Muda Batak
Pelayanan yang dilakukan Jonner di antaranya menggalang dana untuk membantu mahasiswa-mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) yang kesulitan finansial agar tidak putus kuliah-putus harapan-putus iman sehingga berdampak bagi masa depan mereka. Bantuan Kasih diberikan melalui Perhimpunan Hari Besar Kristen (PHBK)-Alumni Peduli USU yang dipimpin Jonner Napitupulu dalam bentuk bantuan untuk kebutuhan sehari-hari, biaya untuk mengerjakan tugas akhir, sampai bantuan laptop untuk mengerjakan tugas akhir.
Bantuan kepada mahasiswa hanya berlaku satu semester agar bantuan kasih ini dapat diberikan kepada mahasiswa lain yang membutuhkan. Setelah itu PHBK Alumni Peduli berharap mereka bisa mencari uang sendiri dengan bekerja sambilan paruh waktu dan dapat membiayai diri sendiri secara mandiri. Faktanya, itulah yang terjadi. Dosen-dosen USU memberdayakan mahasiswa-mahasiswa tersebut sesuai potensi. Ada yang menjadi pengajar di bimbingan belajar, ada yang punya keterampilan mengecat rumah, ada yang piawai menjadi sopir. Mereka senang karena aktivitas itu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jumlah mahasiswa Kristen USU penerima Bantuan Kasih sampai batch ke-7 (Februari 2025) total 113 orang. Jumlah ini terdiri dari 92 mahasiswa (sampai batch ke-6) dan 21 mahasiswa (khusus batch ke-7). Dari 113 mahasiswa penerima Bantuan Kasih PHBK Alumni Peduli USU tersebut, 53 orang sudah lulus sebagai sarjana. Ini berarti 113 mahasiswa Kristen USU tidak lagi mengalami putus iman dan putus kuliah, dan 53 di antaranya sudah bisa menggapai masa depan yang lebih baik.
Kepedulian PHBK Alumni Peduli USU pada pendidikan tinggi mahasiswa Batak semakin menegaskan hasil Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada awal 2025 bahwa suku Batak adalah suku terbanyak penghasil sarjana di Indonesia (18,02%), disusul suku Minang (18%) dan Bali (14,54%). Ada peran, kontribusi dari pelayanan PHBK-Alumni Peduli USU yang mendukung pencetakan sarjana suku Batak di USU mengisi porsi persentase yang dilaporkan Badan Pusat Statistik.

Bagi Prof Dr Dra Maryani Cyccu Tobing, M.S. (74 tahun), Jonner Napitupulu adalah sosok low profile, rendah hati, berpenampilan dan berpakaian sederhana, tak pernah pamer. “Untuk ukuran pengusaha yang berduit, Jonner terlihat sangat sederhana. Ini berbeda dengan orang kaya umumnya, yang sering ‘pamer amal’. Jonner benar-benar low profile,” kata Cyccu.
Dalam alam pikiran Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng., IPUyang pada tahun 2025 berusia 80 tahun, “Sukar mencari sosok orang seperti Jonner Napitupulu. Setiap kali saya berkomunikasi dengannya, saya tidak pernah menunggu jawabannya terlalu lama. Bagi Jonner, semua orang yang menghubunginya sama pentingnya. Di mata saya, Jonner adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia bertarung untuk memenangkan kompetisi dalam kehidupan, dan dia patuh pada hukum, seorang religius, dan bermasyarakat. Empat aspek ini beririsan dan sejajar. Sepengetahuan saya, belum pernah saya mendengar Jonner melanggar hukum dan melakukan korupsi kolusi. Jonner betul-betul profesional, bermasyarakat, suka menolong, dan sangat religius,” katanya.

Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita, S.T., M.T. (53 tahun) respek pada Jonner Napitupulu. “Sebagai pengusaha sukses, beliau tentu sangat sibuk, namun tetap menyediakan waktunya untuk memimpin dan mengelola PHBK-Alumni Peduli USU. Bang Jonner tidak hanya bicara tetapi menunjukkannya dengan tindakan konkret, mengumpulkan teman-temannya, menggelar rapat bersama untuk merealisasikan bantuan kepada mahasiswa. Itu jauh lebih dari cukup,” ungkap Himsar.
Selama ini, banyak orang kaya hanya menyerahkan bantuan uang, setelah itu pergi. Hal itu dimaklumi karena mereka sibuk. Tetapi Himsar melihat Jonner Napitupulu berbeda. “Bang Jonner selain berdonasi, juga menyediakan waktunya dan menunjukkan kepeduliannya. Saya rasa itu sangat komplet, komprehensif. Bang Jonner menyelesaikan dari awal sampai akhir,” papar Himsar. Karena itulah, Himsar mengajak tenaga pendidik USU untuk merespon semangat Jonner Napitupulu dengan menunjukkan semangat yang sama.

Ir Luhut Sihombing M.P. (60 tahun), saat ini Wakil Rektor V USU, berpendapat, “PHBK-Alumni Peduli USU beruntung punya sosok Jonner Napitupulu, alumnus USU dan pengusaha yang sukses. Ciri-ciri orang sukses terlihat dari dia tidak lagi mencari kesenangan tetapi lebih mencari kebahagiaan. Kesenangan bersifat jangka pendek, lebih ke hal-hal fisik, dan untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan kebahagiaan tak ada batas waktu, lebih pada hal-hal spiritual, dan untuk kepentingan bersama.”
Menurut Prof Dr Robert Sibarani, M.S (60 tahun), sepanjang Jonner Napitupulu masih sehat, PHBK-Alumni Peduli USU akan terus berkarya dan berkontribusi membantu mahasiswa yang membutuhkan. “Jonner Napitupulu sosok yang sabar mengetuk hati teman-temannya. Ini menjadi pengabdian yang luar biasa, yang akan diingat oleh para mahasiswa yang terancam putus kuliah, putus iman, atau pun putus harapan,” kata Sibarani.

Bantuan Kasih PHBK-Alumni Peduli USU bukan beasiswa dari lembaga pemerintah atau swasta, tetapi bantuan kepada mahasiswa yang betul-betul membutuhkan. Proses seleksinya pun ketat. PHBK-Alumni Peduli USU tidak semata-mata memberi uang tetapi membantu dengan cara yang berbeda. “Misalnya jika mahasiswa pandai menyetir, mereka diizinkan tinggal di rumah dosen daripada harus mengontrak rumah atau di rumah kos,” jelas Robert Sibarani yang pernah menjabat Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan USU, Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat USU, dan Direktur Sekolah Pascasarjana USU yang menaungi semua pendidikan S2 dan S3 di USU.

Kolonel CKM Purn Rheinhard Nababan (63 tahun), saat ini Wakil Ketua II PHBK-Alumni Peduli USU, berharap Jonner Napitupulu tetap berkarya, tetap menjadi berkat, tetap menjadi garam, tetap menjadi matahari bagi adik-adik mahasiswa USU yang membutuhkan.
Prof Dr Juliati Tarigan, M.Si —saat ini Bendahara PHBK-Alumni Peduli USU— mengenal Dr Ir Jonner Napitupulu, Ph.D pada saat rapat perdana pembentukan PHBK Alumni USU. “Dalam hati, saya berpikir, Pak Jonner ini seorang pengusaha, kok begitu peduli terhadap mahasiswa yang kurang mampu?” cerita Juliati. Setelah bertemu Jonner beberapa kali dan sering berkomunikasi dengannya, Juliati menilai Jonner sosok yang low profile, tegas, peduli. Berbagai kegiatan PHBK Alumni Peduli USU yang dilaksanakan Jonner menjadi luar biasa, terutama dalam penggalangan dana.
Jenny Marlindawani Purba, Ph.D, Sekretaris PHBK-Alumni Peduli USU, mengagumi cara Jonner berkomunikasi dengan orang lain. “Beliau seorang pengusaha sukses, dan tidak pernah memandang rendah orang lain. Bang Jonner pandai mengontrol emosi. Meskipun mungkin beliau kesal tetapi ucapannya tidak sampai menimbulkan huru-hara,” kata Jenny.
Richard Marpaung, Wakil Ketua I PHBK-Alumni Peduli USU, menilai banyaknya orang bersedia membantu Jonner karena, “Sosok Jonner yang rendah hati, mau berbuat sesuatu untuk kebaikan meski sebenarnya beliau sibuk dengan pekerjaannya. Tetapi beliau sangat peduli terhadap mahasiswa Kristen agar mereka tidak putus harapan, putus kuliah, putus masa depan, putus iman. Pak Jonner mau menggerakkan banyak orang agar terpanggil membantu anak-anak muda berprestasi yang kurang beruntung dan mengalami kesulitan dana pendidikan.”
Sukar mencari sosok orang seperti Jonner Napitupulu. Setiap kali saya berkomunikasi dengannya, saya tidak pernah menunggu jawabannya terlalu lama. Bagi Jonner, semua orang yang menghubunginya sama pentingnya. Di mata saya, Jonner adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia bertarung untuk memenangkan kompetisi dalam kehidupan, dan dia patuh pada hukum, seorang religius, dan bermasyarakat. Empat aspek ini beririsan dan sejajar. SUKARIA SINULINGGA
Dokter Rointan Simanungkalit, SpKK yang juga anggota PHBK Alumni Peduli USU memuji Jonner Napitupulu yang menggagas ide yang bersifat pelayanan kemanusiaan kepada sesama. “Orang yang dalam posisi sudah nyaman belum tentu peduli. Tetapi Jonner mau membuka hatinya untuk orang-orang yang membutuhkan,” kata Rointan.
Alumnus Teknik Sipil USU dan pengusaha konstruksi, Martua Simanjuntak sependapat dengan pemikiran Jonner Napitupulu yang menyatakan bahwa generasi muda Batak yang berprestasi jangan sampai gagal menyelesaikan kuliah dan putus harapan karena problem keterbatasan dana. “Bang Jonner sangat aktif mengorganisir dan menghimpun dana Bantuan Kasih PHBK-Alumni Peduli USU dari para dosen USU dan alumni USU. Kegiatan ini sangat bermanfaat,” katanya.
Hendrik Sihombing, dosen muda Prodi Teknik Mesin USU dan kandidat S3 menilai, “Pak Jonner adalah penggagas pendirian PHBK Alumni Peduli USU. Beliau selalu hadir dalam setiap proses seleksi pemberian Bantuan Kasih, dari seleksi mahasiswa sampai rapat pleno dan penyerahan bantuan. Jumlah alumni USU itu banyak, tetapi alumnus yang mau memberi perhatian lebih untuk membantu mahasiswa Kristen USU yang mengalami kendala finansial itu jarang. Pak Jonner inilah yang mau memberi hatinya untuk mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan bantuan finansial.”
Ketua Ikatan Alumni USU Wilayah Jakarta, Martogi Siahaan mengatakan, Jonner Napitupulu selalu mengingatkannya agar mahasiswa USU tidak putus iman, putus kuliah, putus masa depan. “Ini sangat berkesan bagi saya. Barangkali ini bentuk kasih yang hendak Bang Jonner salurkan karena beliau di masa mudanya pernah mengalami kesulitan dana kuliah. Bang Jonner tahu apa makna kesulitan biaya pendidikan sehingga tidak ingin anak-anak muda Batak merasakan kesulitan yang sama,” ungkap Martogi Siahaan — saat ini Direktur PT Astra Otoparts Tbk.

Tiomora Sitanggang, pengurus Ikatan Alumni USU di Jakarta sepakat bahwa tokoh-tokoh Batak harus peduli dengan kaum muda Batak yang berusia 17 tahun-24 tahun yang kemampuan finansial dan jejaring mereka masih terbatas. Tugas orang yang sudah berusia 40 tahun ke atas adalah memandu anak-anak muda yang masih membutuhkan dukungan. “Kalau kita tidak peduli, siapa lagi? Masyarakat Batak harus bisa menikmati SDM Batak yang unggul di segala bidang. Di sinilah, Bang Jonner masuk dan peduli mambantu kaum muda Batak yang kuliah di USU dan mengalami kesulitan dana untuk menyelesaikan pendidikan mereka,” ungkap Tio.
Ketua Yayasan Kemanusiaan Indonesia, drg Annita melihat, Jonner Napitupulu menggagas ide bagaimana agar mahasiswa yang sudah mendapatkan Bantuan Kasih melalui PHBK Alumni Peduli USU dapat mandiri sejak dini. Salah satu caranya adalah mendapatkan pelatihan dari Dinas UMKM dan Dinas Tenaga Kerja. Tujuannya agar setelah lulus sebagai sarjana, mereka tidak tergantung pada instansi mana pun. Mereka mampu berwirausaha, bahkan menciptakan lapangan kerja. Mahasiswa didorong untuk berwirausaha. Mereka yang punya bakat berjualan daring misalnya, dilatih agar dagangannya laris. Intinya bagaimana mereka bisa membuat usaha menjadi “Shopee-Shopee kecil, Tokopedia-Tokopedia kecil”. Menurut Annita, gagasan Jonner sangat baik untuk direalisasikan.
Tumbuhkan Asa kepada Penderita Kanker
Jonner Napitupulu juga menumbuhkan asa kepada penderita kanker yang kesulitan finansial dengan membantu pendanaan operasional Rumah Pemulihan Lazarus (rumah singgah bagi penderita kanker yang tidak mampu) termasuk membantu mereka yang telah sembuh dan membutuhkan modal usaha.
Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha dan Konsul Kehormatan Polandia di Medan, Jonner Napitupulu bersama istrinya Emma Siahaan secara rutin menemui penderita kanker yang kesulitan finansial di Rumah Pemulihan Lazarus di Medan. Kami merasa nyaman, menemukan Tuhan, merasakan Roh Kudus hadir di tengah-tengah kita. Kami merasakan kebesaran Tuhan. Saya bisa merasakan bagaimana ditolong Tuhan.” Di sana, Jonner dan Emma memberi semangat, menumbuhkan harapan dan asa untuk sembuh, dan anak-anak mereka dapat melanjutkan hidup asalkan yakin dan percaya Tuhan itu ada.

Salah satu penderita kanker, Ibu Diriati Lawolo sudah dinyatakan sehat oleh tim dokter dan hari Jumat 21 Maret 2025 kembali ke Nias untuk memulai kehidupan baru setelah sembuh dari kankernya, dengan membuka salon pengantin di Nias. Ketika datang ke Rumah Pemulihan Lazarus dua tahun lalu, kepala Diriati Lawolo dalam keadaan botak. Setelah sembuh, rambutnya tumbuh kembali. Bagi Tuhan, tak ada yang mustahil. Jonner dan Emma bahagia Diriati Lawolo sembuh dari penyakit kankernya.
Selama lebih dari tiga tahun melayani pasien-pasien penderita kanker dari luar Kota Medan, Rumah Lazarus mempersiapkan pasien jika menghadapi hal yang buruk. Dari 371 pasien penderita kanker yang singgah di Rumah Lazarus, 195 orang meninggal dunia. Selebihnya kembali ke rumah dalam kondisi yang lebih sehat. “Yang kami kerjakan ini sesuatu yang kompleks. Kami tidak hanya mengurusi penyakit pasien, tetapi juga peduli terhadap pendidikan anak-anak pasien. Banyak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga kami harus memerhatikan pendidikan anak-anak mereka agar tidak putus sekolah,” kata Pendeta Bahtiar Sirait yang bertanggung jawab mengelola Rumah Pemulihan Lazarus di Medan.
Lebih dari dua tahun Jonner Napitupulu dan Emma Siahaan hadir, mendukung apa yang dikerjakan Bahtiar Sirait. Setiap bulan mereka membawa beras, susu, minyak goreng, makanan dan lainnya untuk pasien-pasien di Rumah Lazarus. Terhadap anak-anak pasien yang pendidikannya terbengkalai, Jonner dan Emma membantu mereka agar tidak putus sekolah dengan membayari uang sekolah dan memenuhi kebutuhan sekolah.
“Saya melihat Pak Jonner dan istrinya Bu Emma sangat rendah hati, sangat peduli kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Di tengah kesibukan pun, mereka mau datang dan menunjukkan kepedulian, termasuk merangkul pasien-pasien kanker di Rumah Pemulihan Lazarus,” kata Bahtiar Sirait.
Ketua Yayasan Sosial Kemanusiaan Indonesia, drg Annita menilai Jonner Napitupulu dan istrinya, Emma Siahaan juga aktif membantu pasien-pasien penderita kanker yang berasal dari tujuh kabupaten dan kota di seputar Danau Toba, yang berobat, khususnya melakukan kemoterapi di rumah sakit tipe A di Medan. Mereka difasilitasi ke Medan, diizinkan tinggal, makan, bahkan sampai mereka meninggal pun, difasilitasi pulang kampung.
“Saya melihat apa yang dilakukan Bang Jonner Napitupulu ini sesuatu yang luar biasa. Tidak mudah untuk menjaga 60 pasien dengan penyakit berbeda-beda, dan dengan beragam kebutuhan. Setiap bulan, Bang Jonner rutin memberikan bantuan setiap bulan untuk mereka,” kata Annita
Gaja Toba Payback ke Kampung Halaman
Sebagai bagian dari komunitas alumni ITB yang berasal dari Kaldera Danau Toba (KDT), Jonner Napitupulu aktif dalam Gaja Toba Semesta atau Gaja Toba. Ini merupakan adalah komunitas alumni ITB yang berasal dari sembilan kabupaten di kawasan KDT yaitu Humbang Hasudutan, Pakpak Bharat, Samosir, Dairi, Toba, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, dan Tapanuli Tengah.. “Kami berasal dari Toba, sudah menghabiskan kekayaan Toba, dan sudah sewajarnya jika kami payback ke kampung halaman. Inilah spirit Gaja Toba,” kata Jeffrey Samosir, Ketua Harian Gaja Toba 2020-2023 dan 2023-2026.
Salah satu program unggulan Gaja Toba adalah program pendidikan dan pemberian beasiswa. Selama 8 tahun terakhir, Gaja Toba sudah memberikan dukungan dalam bentuk bimbingan belajar (bimbel) kepada 3.000 siswa di sekitar Danau Toba agar tetap dapat menyelesaikan pendidikan SMA dan memberi mereka peluang untuk masuk ke perguruan tinggi. Gaja Toba bertujuan meningkatkan tingkat kelulusan siswa-siswi asal KDT ke perguruan tinggi negeri dan sekolah kedinasan, terutama ke ITB, selain membentuk karakter siswa-siswi yang unggul, dan mempersiapkan kaum muda agar bisa lebih berkembang.
Menurut Jeffrey Samosir, Jonner Napitupulu menjadi orangtua asuh di Gaja Toba Semesta sampai sekarang. “Biasanya orangtua asuh untuk satu orang, tetapi Bang Jonner bilang dia menjadi orangtua asuh untuk tiga anak sekaligus. Bahkan dalam kegiatan Gaja Toba, Bang Jonner meluangkan waktunya dan menyempatkan hadir untuk memberi semangat,” ungkap Jeffrey. Pengurus Gaja Toba paham Jonner Napitupulu sudah memberi banyak, tidak hanya di Gaja Toba, tetapi juga di sejumlah organisasi sosial lainnya sehingga mereka sungkan untuk meminta Jonner lagi. “Tetapi Bang Jonner tetap bersedia membantu Gaja Toba. Beliau berkomitmen untuk berkontribusi,” katanya.
Di mata Eko Pardede, Koordinator Gaja Toba Wilayah Selatan, “Bang Jonner sangat responsif mendukung program-program Gaja Toba baik moril dan materiil yang tak habis-habisnya. Dalam setiap program bimbingan belajar gratis yang diadakan Gaja Toba selama enam tahun terakhir ini, Bang Jonner selalu memberi dukungan berupa donasi materi, termasuk dukungan beasiswa kepada yang sudah lulus dan menjadi anak asuhnya.”
Selain itu, dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang digelar Gaja Toba di Desa Meat, Jonner Napitupulu dan istrinya Emma Siahaan memberi bantuan fasilitas pendukung pariwisata berupa kursi dan meja yang sangat baik sehingga layanan pariwisata di Pantai Meat semakin membaik. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sektor pariwisata di Kaldera Danau Toba digenjot habis-habisan untuk mendukung Danau Toba sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan Indonesia.
Dari Lions, KPP HKBP, sampai OBI
Jonner Napitupulu dan istrinya, Emma Siahaan adalah donatur tetap Kelompok Peduli Pendididikan (KPP) HKBP Jalan Jambu, Menteng, Jakarta Pusat. “Kami pengurus KPP sangat bangga dengan keluarga Jonner Napitupulu, yang memerhatikan pendidikan anak-anak yang dikategorikan kurang mampu sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan yang setara dengan anak-anak dari keluarga yang berkecukupan,” kata Duma Pardede, Ketua Kelompok Peduli Pendidikan HKBP Menteng. Duma menilai Jonner Napitupulu dan Emma Siahaan merupakan perpanjangan tangan Tuhan, keluarga yang murah hati, yang sudah menurunkan bantuan dari surga untuk anak-anak yang membutuhkan.
Linda Dewi Riberu, Pelaksana Bagian Kemitraan Obor Berkat Indonesia, menilai hidup Jonner sangat diberkati dan ingin memberikan kembali melalui berbagai donasi ke sejumlah yayasan sosial. “Semoga banyak orang seperti Pak Jonner yang peduli dan bersedia berdonasi untuk masyarakat yang membutuhkan,” kata Linda.
Jonner Napitupulu pernah menjabat Gubernur Distrik (DG) periode 2005-2006, dan dikenal dengan julukan “Gubernur Tsunami” karena saat menjabat DG, Jonner sibuk menggalang dana bantuan dan menyalurkannya kepada korban tsunami di Aceh dan Nias yang terjadi pada Desember 2004. Setelah tidak lagi menjabat Gubernur Distrik, Jonner Napitupulu dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina Lions Clubs A307-A2 sampai sekarang.

Di mata Maria Simamora, Jonner Napitupulu pengusaha yang humble, meski dikenal masyarakat luas, terutama aktif sebagai Konsul Kehormatan Polandia di Medan. “Pak Jonner tidak terlihat sombong. Dalam rapat-rapat, pembawaannya tenang dan berwibawa, jarang sekali mengarah pada perdebatan sengit. Dalam organisasi, pro-kontra lazim terjadi, tetapi Pak Jonner bukan orang yang ngotot. Dia tetap kalem, tidak terlihat seperti orang yang harus dihormati. Keputusan yang diberlakukan selalu berlandaskan atas musyawarah mufakat,” ungkap Maria, yang pernah menjabat Gubernur Distrik (DG) periode 1 Juli 2022- 30 Juni 2023.
Sebagai filantropis dan pengusaha nasional dari Sumatera Utara, Jonner Napitupulu diharapkan menjadi insipirasi bagi pengusaha-pengusaha lainnya untuk tetap berbagi kepada yang membutuhkan, dengan cara masing-masing.
Jonner saat ini menjabat Konsul Kehormatan Polandia di Medan —jabatan terhormat yang dipegangnya sejak 2010. Tugas utamanya adalah menjembatani hubungan ekonomi antara Polandia dan Pemerintah Sumatera Utara.

Buku ini hasil wawancara dengan 30 narasumber yang berasal dari berbagai latar belakang dan profesi. Sebagian diwawancarai melalui telepon, dan sebagian lagi diwawancarai langsung bertatap muka di Jakarta dan Medan.
Penulis berharap buku “Jonner Napitupulu: Sebuah Memoar Pengabdian dan Pelayanan” bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi kisah inspiratif bagi siapa saja.
Robert Adhi Ksp
Serpong, Maret 2025
CATATAN: Tulisan ini merupakan CATATAN PENULIS dalam buku “JONNER NAPITUPULU: SEBUAH MEMOAR PENGABDIAN – PELAYANAN” (Robert Adhi Ksp, Pustaka KSP Kreatif, 2025)
