Gambar

ROBERT ADHI KSP

Suhu politik di Venezuela meninggi. Negeri sosialis di Amerika Latin itu bergolak. Sedikitnya 10 orang tewas dan 100 orang lainnya luka-luka dalam aksi unjuk rasa, akhir-akhir ini. Demo anti pemerintah itu mengancam kekuasaan Presiden Nicolas Maduro. Mungkinkah demo tersebut mengakhiri pemerintahan sosialis Venezuela?

Pekan lalu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengusir tiga diplomat Amerika Serikat. Maduro menuduh Amerika Serikat memihak mahasiswa pengunjuk rasa. Maduro juga mencabut izin peliputan tujuh jurnalis CNN pada Jumat (21/2). Jurnalis CNN diminta angkat kaki dari negara tersebut. Sebelumnya Maduro mencabut kanal TV Kolombia NTN24 dari layanan televisi kabel di negara itu.

Maduro menangkap politisi oposisi Leopoldo Lopez yang dituduh menghasut massa melakukan kekerasan dan memimpin demo baru-baru ini. Maduro menegaskan akan menindak para pemimpin oposisi yang disebutnya sebagai ”fasis”.

Aksi demo yang terjadi akhir-akhir ini akibat ketidakpuasan terhadap pemerintahan Venezuela.

Selama berbulan-bulan barang kebutuhan pokok menghilang. Pemerintah menuduh distributor mendalangi kekurangan bahan pokok ini sebagai bagian dari perang ekonomi untuk menyulut kerusuhan. Oposisi menuduh pemerintah salah urus keuangan negara.

Kebijakan ekonomi yang cacat, seperti pengontrolan mata uang dan pengambilalihan perusahaan swasta, disebutkan akan membawa Venezuela ke dalam kehancuran ekonomi. Meskipun pemerintah berupaya membendung inflasi dengan mengontrol harga, masa depan ekonomi negara ini masih suram.

Jika Venezuela mengalami krisis ekonomi serius, gerakan oposisi makin tumbuh.

Kelompok oposisi memang berharap Maduro jatuh. Henrique Capriles Radonski, politisi oposisi yang kalah dalam pemilihan presiden tahun lalu, berupaya melakukan pendekatan yang lebih moderat dan membangun basis dukungan yang lebih luas.

Inflasi dan kemiskinan

Venezuela, negara berpenduduk 28.459.085 jiwa yang memiliki pendapatan per kapita 13.800 dollar AS (angka tahun 2012) itu, kini menghadapi berbagai persoalan setelah ditinggal Hugo Chavez yang tutup usia.

Inflasi tahun 2013 mencapai 56 persen dan tingkat kejahatan meningkat tajam. Dua ratu kecantikan Venezuela tewas ditembak belum lama ini.

Sejak Hugo Chavez berkuasa tahun 1999, angka kemiskinan di Venezuela berkurang dari hampir 50 persen pada 1999 menjadi sekitar 27 persen pada 2011. Para pakar mempertanyakan berapa banyak biaya sosial yang dikeluarkan guna mengurangi angka kemiskinan itu?

Angka kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan pengangguran berkaitan erat dengan naik-turunnya harga minyak, ekspor Venezuela terbesar.

Sejak Chavez berkuasa, lebih dari setengah juta kelas menengah dan kelas atas Venezuela pindah dari negara itu. Sistem politik yang represif, kesempatan berusaha yang buruk, inflasi membubung tinggi, angka kejahatan yang meningkat, dan korupsi merajalela.

Ribuan insinyur minyak pindah ke Kanada, Kolombia, dan Amerika Serikat setelah Chavez memecat lebih dari 20.000 pekerja perusahaan minyak menyusul pemogokan yang terjadi pada periode 2002-2003.

Terlalu dini

Apakah demo akhir-akhir ini akan mengakhiri pemerintahan sosialis Venezuela? Beberapa pakar mengatakan, terlalu dini membunyikan lonceng kematian bagi revolusi Hugo Chavez.

Berbagai skenario dapat dimainkan dalam beberapa hari mendatang, tergantung langkah yang diambil penguasa dan pengunjuk rasa. Begitu banyak faktor sehingga sulit menebak apa yang akan terjadi di Venezuela hari-hari mendatang.

Maduro saat ini mendapat dukungan militer. Kondisi ini berbeda ketika pada tahun 2002, Chavez sempat digulingkan dari kekuasaan melalui kudeta militer.

”Apa pun bisa terjadi saat ini,” kata Javier Corrales, profesor ilmu politik di Amherst College. ”Ini krisis yang nyata terjadi di semua lini kehidupan. Pemerintah mempunyai cara untuk bertahan, tetapi pada saat yang sama dapat kalah dalam pertempuran ini,” lanjutnya.

Tidak akan jatuh

George Ciccariello-Maher, asisten profesor ilmu politik di Drexel University, yakin pemerintahan sosialis Venezuela tak bakalan jatuh.

”Banyak orang di negeri ini yang masih berada di belakang Presiden Nicolas Maduro,” kata George Ciccariello-Maher. ”Maduro memang bukan Chavez, tetapi dia dilihat sebagai sosok yang dipercaya mewakili Chavez,” katanya.

Landasan Chavez adalah ”Revolusi Bolivarian”. Chavez mempunyai rencana ambisius untuk mengubah Venezuela menjadi negara sosialis. Misi-misi sosial itu bertujuan memberantas buta huruf, menyalurkan makanan pokok, dan menyediakan layanan kesehatan ke seluruh negeri.

Chavez kemudian terpilih dan terpilih kembali berkat dukungan kaum miskin yang merasa terpinggirkan oleh pemerintahan sebelumnya. Chavez mendengarkan kebutuhan rakyat miskin dan rasa frustrasi mereka, dan sering melakukan konfrontrasi dengan elite Venezuela.

Maduro mengambil taktik yang sama dan dia menang dalam pemilihan umum tahun 2013. Pendukung Maduro menyebut diri mereka sebagai Chavistas, pendukung Chavez.

Kalangan oposisi menginginkan kembali ke masa sebelum Chavez memimpin Venezuela. Orang-orang kaya tidak ingin kehilangan milik mereka.

Kunci bagi oposisi adalah mendapat dukungan dari Chavistas. Jika oposisi mendapatkan dukungan dari loyalis Chavez, kemungkinan mereka bisa menguasai negeri itu.

Namun, Ciccariello-Maher, penulis buku We Created Chavez: A People’s History of the Venezuelan Revolution, berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Revolusi jauh lebih besar daripada Chavez atau Maduro.

Pemerintahan Chavistas telah berkuasa lebih dari 14 tahun. Mereka memobilisasi kaum miskin dan memiliki basis dukungan di antara kaum miskin, dan juga sebagian kelas menengah. Basis ini tidak akan bisa dihancurkan begitu saja.

SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 24 FEBRUARI 2014