ROBERT ADHI KSP
Bencana dan musibah datang bertubi-tubi di sejumlah negara menjelang akhir tahun 2014 ini. Mulai dari banjir yang merendam sejumlah wilayah di Indonesia, Malaysia, dan Thailand, sampai badai salju di berbagai kota di Eropa. Dari musibah pesawat AirAsia di Indonesia sampai terbakarnya kapal feri Italia di Yunani.
Berita yang masih mengguncang Indonesia, Malaysia, dan Singapura saat ini adalah ketika pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501 hilang kontak sejak Minggu (28/12) pagi. Pesawat bertarif murah yang membawa 155 penumpang dan 7 awak pesawat ini melakukan kontak terakhir dengan menara kontrol di Jakarta pada pukul 06.12 WIB (Kompas, 29 Desember 2014).
Sampai Senin (29/12) siang, tim SAR gabungan dari beberapa negara mencari pesawat AirAsia di sekitar perairan Belitung dan Selat Karimata. Belasan pesawat dan kapal dikerahkan untuk mencari pesawat tersebut.
Pada hari yang sama, kapal feri Italia ”Norman Atlantic” yang membawa sekitar 500 penumpang dan 200 kendaraan bermotor terbakar di Laut Adriatik. Sampai Senin, 201 orang diselamatkan tim SAR, tetapi masih ada 276 orang yang terjebak di dalam kapal feri tersebut. Satu orang tewas setelah melompat ke laut dan satu lagi luka-luka (”One dead as hundreds await rescue on burning ferry”, CNN, 28 Desember 2014).
Di daratan Eropa, sejak beberapa hari terakhir ini badai salju mengepung sejumlah kota di Perancis, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Polandia, Rusia, Ceko, Bulgaria, Hongaria, Rumania, dan negara-negara Skandinavia (”Bitterly cold across Europe-Heavy snow”, WeatherOnline.co.uk, 28 Desember 2014).
Sedikitnya 150.000 kendaraan terjebak di jalan-jalan menuju kawasan Pegunungan Alpen di wilayah Perancis. Badai salju tersebut sangat mengganggu aktivitas warga di Eropa. Seorang pengemudi Inggris, Gavid Rigby, menggambarkan, dia membutuhkan waktu 11 jam untuk menyetir dari Val d’Isere ke Bourg Saint Maurice, yang biasanya ditempuh hanya dalam waktu 30 menit (”France Alps: Snow strands thousands of motorist in Savoy, BBC News, 28 Desember 2014). Betapa dahsyatnya dampak badai salju itu.
Banjir
Di Indonesia, banjir merendam sejumlah daerah. Di Aceh Utara, misalnya, korban banjir di sudah mencapai 94.426 jiwa atau 23.409 keluarga yang berasal dari 285 desa yang tersebar di 25 dari 27 kecamatan di kabupaten tersebut (”Banjir Kepung Hampir Semua Kecamatan di Aceh Utara”, Serambi Indonesia, 26 Desember 2014).
Di Aceh Timur, sebanyak 14.356 keluarga (59.129 jiwa) yang tinggal di 23 kecamatan dari 24 kecamatan harus mengungsi karena rumah mereka terendam banjir antara 1 meter dan 5 meter (”Banjir di Aceh Timur Semakin Meluas, 14.356 KK Terpaksa Mengungsi”, Tribunnews, 25 Desember 2014).
Di Kabupaten Bandung, banjir yang sempat merendam wilayah 8 kecamatan sejak pertengahan Desember lalu berangsur surut. Sampai saat ini, tiga kecamatan, yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, masih terendam (”Banjir di Kabupaten Bandung Mulai Surut”, Tribunnews, 28 Desember 2014).
Banjir besar juga merendam Kelantan, Trengganu, dan Pahang di Malaysia. Sedikitnya 160.000 orang diungsikan dan 10 orang dilaporkan tewas akibat banjir terburuk di negeri jiran itu. Dari 10 korban tewas, lima di antaranya warga Kelantan.
Banjir juga merendam wilayah perbatasan di Thailand selatan dan menewaskan 14 orang (”Floods in Malaysia and Thailand kill at least 24”, Reuters, 28 Desember 2014).
Sebelumnya, Indonesia juga dilanda duka ketika terjadi longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah. Puluhan rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa (53 keluarga) di Dusun Jemblung, Kecamatan Karangkobar, tertimbun longsor pada Jumat (12/12) sore. Jumlah korban yang ditemukan sampai Kamis (25/12) tercatat 97 orang (”BPBD Banjarnegara temukan dua jasad korban longsor dalam mobil”, Kompas.com, 25 Desember 2014).
Bencana dan musibah terjadi di mana-mana di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Berita-berita bencana alam di berbagai belahan dunia, serta musibah di udara dan laut, mewarnai hari-hari terakhir di penghujung tahun 2014. Cuaca menjadi faktor penyebab utama.
Musisi Ebiet G Ade pernah menciptakan lagu berjudul ”Berita kepada Kawan”. Salah satu bagian liriknya berbunyi, ”...barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan telah bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai bosan bersahabat dengan kita...”
Bagi pakar lingkungan, bencana banjir dan longsor yang terjadi setiap musim hujan tiba akibat kerusakan lingkungan yang semakin menjadi-jadi. Bencana yang terjadi akibat kecerobohan manusia.
Bagi orang yang beriman, bencana, musibah, penderitaan, menjadi ”pelajaran berharga” jika diterima dengan keikhlasan dan kesabaran. Orang beriman percaya bahwa Tuhan tidak pernah mencobai atau menguji kita agar kita terjatuh, tetapi hanya memberikan kepada kita sesuatu yang lebih baik.
Dalam konteks ini, kita berharap keluarga korban berbagai bencana alam dan keluarga korban musibah pesawat AirAsia QZ 8501 untuk tetap bersabar dan berserah kepada Tuhan.
SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 29 DESEMBER 2014