ROBERT ADHI KSP

Bagaimana memupuk kebiasaan menulis sejak usia remaja (SMP/SMA)? Saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya. Sejak kecil, saya senang membaca majalah — di antaranya majalah Si Kuncung, Bobo, Hai, juga buku-buku cerita serial Lima Sekawan. Saya melahap tulisan dan berita di surat kabar Kompas – yang tiba di rumah kami di Palembang sore hari. Saya juga menikmati novel-novel fiksi karya Frederick Forysth yang menegangkan.
Kebiasaan membaca sejak kecil dan remaja sangat membantu saya merangkai kata-kata dengan mudah saat menulis. Saya memulainya dengan menulis catatan harian (diary) dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, bukan dalam bahasa alay. Di SMA, nilai Bahasa Indonesia saya selalu tinggi. Guru Bahasa Indonesia di SMA menawari saya untuk ikut mengelola majalah sekolah. Di sinilah bakat saya menulis tersalurkan dengan sangat baik. Saya menulis reportase perjalanan study tour siswa SMA Xaverius I Palembang ke Yogyakarta dan Jawa Tengah. Saya menulis cerita fiksi, esai, resensi buku, dan lainnya. Intinya, hobi menulis saya tersalurkan lewat majalah sekolah ini.
Kebiasaan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD) sangat membantu saya ketika kuliah dan kemudian bekerja sebagai jurnalis selama lebih dari 30 tahun. Para penulis buku maupun penulis di media massa umumnya memiliki kebiasaan membaca dan menulis sejak kecil dan remaja.
Poin saya adalah memupuk kebiasaan membaca dan menulis sejak dini sangat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menulis pada masa dewasa, apapun profesi yang ditekuni kelak.

Menulislah di Blog!
Bagaimana siswa SMP/SMA atau mahasiswa menyalurkan hobi menulis jika di sekolah atau di kampus tak ada majalah sekolah atau majalah kampus? Menulislah di blog!
Blog robertadhiksp.net ini saya buat pada tahun 2013. Sebelumnya saya sudah punya weblog dari blogspot — tak lama setelah diakuisisi Google tahun 2003. Jadi sebenarnya saya sudah lama ngeblog. Saya seorang blogger dan pernah bergabung dalam komunitas blogger Indonesia. Saat ini saya lebih sering mengisi blog robertadhiksp.net dengan ulasan tentang klub Manchester United, klub sepakbola yang bermain di Liga Premier Inggris. Di blog ini juga, saya juga mengunggah proses penulisan sejumlah buku biografi yang saya susun — termasuk buku Pak M.R. Karliansyah. Selain itu, saya mengunggah sebagian tulisan yang pernah saya buat selama menjadi jurnalis dengan beberapa modifikasi.
Poin saya adalah memupuk kebiasaan membaca dan menulis sejak kecil dan remaja sangat memengaruhi kemampuan seseorang menulis pada masa dewasa, apapun profesi yang ditekuni kelak.
ROBERT ADHI KSP
Apakah tulisan-tulisan di blog bisa dijadikan buku? Bisa! Salah satu contoh adalah James Clear, penulis buku “Atomic Habits”. Selama bertahun-tahun James Clear menyimpan catatan-catatan tentang berbagai pengalaman pribadinya yang berkaitan dengan kebiasaan dan kemudian dia membagikannya kepada publik melalui blog jamesclear.com. Kumpulan tulisannya di weblog itu kemudian menjadi buku best seller “Atomic Habits” — yang sudah diterjemahkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Di era saya sekolah dan kuliah (1980-an), weblog belum lahir, pager dan internet belum ada, ponsel belum diciptakan. Blogger pertama Julian Hall menulis pada 1994. Pada saat itu weblog belum populer. Pada 1999, tulis Rebecca Blood dalam “Weblogs: A History and Perspective”, hanya ada 23 blog. Sampai tahun 2021 ini, jumlah blog di seluruh dunia sudah 600-an juta. (websitesetup.org).

Sekitar 80 persen membaca judul, dan 20 persen membaca sampai selesai. (Copyblogger). Judul yang lebih dari 14 kata akan mendapat traffic 2 kali lipat, 2 kali lebih sering dibagi (share), dan 5 kali lebih sering ditaut balik atau backlink. (SEMrush). Judul dengan pertanyaan 23,3 persen lebih sering dibagi ke media sosial. (Backlinko). Panjang judul blog yang diunggah idealnya 60 karakter (Hubspot). Unggahan blog yang membutuhkan waktu baca 7 menit mendapatkan engagement terbanyak. (Medium). Konten blog yang panjangnya lebih dari 3.000 kata mendapatkan rata-rata 77,3 persen tautan utama lebih banyak. (Backlinko). Artikel yang memuat lebih dari 3.000 kata mendapatkan traffic 3 kali lebih banyak, 4 kali lebih sering dibagi, dan 3,5 kali lebih sering ditaut balik dibandingkan artikel yang kurang dari 1.200 kata. (SEMrush).
Selain itu, mengunggah dua sampai empat blog setiap minggu akan mendapatkan hasil tertinggi dalam hal traffic. (Marketing Insider Group). Tulisan yang ditemukan di belantara internet akan mendatangkan traffic dan share terbanyak, terutama jika artikel itu berisi panduan dan how-to (SEMrush). Rata-rata panjang blog adalah 2.164 kata. (HubSpot).
Jumlah pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 tercatat 202,6 juta jiwa, meningkat 15,5 persen (atau sekitar 27 juta orang) dibandingkan Januari 2020 lalu. Ini berarti penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 sudah mencapai 73,7 persen. Menurut laporan HotSuite, pengguna internet di Indonesia meghabiskan waktu rata-rata 8 jam 52 menit atau hampir 9 jam sehari berselancar di belantara internet. Ini data-data tentang blog dan internet secara umum.

Lalu apa saja topik tulisan di weblog? Tentu beragam, termasuk isu-isu lingkungan hidup. Cukup banyak weblog yang inspiratif, yang memuat isu-isu lingkungan. Mari kita lihat contoh 10 blog tentang lingkungan yang menjadi referensi bagi banyak aktivis dan pemerhati lingkungan di Amerika. Dari New York Times Green Blog, Yale Environment 360, Mother Jones Blue Marble, Dot Earth, The Cleanest Line, High Country News The Goat, Discovery News Earth Blog, sampai The Guardian Environment Blogs. Blog-blog ini memuat isu-isu lingkungan dari berbagai sudut pandang. Tidak berbayar dan mudah diakses.
Di Indonesia, sejauh pengamatan saya, ada beberapa blog yang mengulas tentang lingkungan. Namun tampaknya blog berbahasa Indonesia yang mengupas isu lingkungan, yang kontennya diunggah secara reguler, bisa dihitung dengan jari.
Bagaimana Memulainya?
Bagaimana memulai menulis di blog? Pertanyaan awal, Anda mau ngeblog menggunakan platform wordpress, blogspot, tumblr, atau lainnya? Weblog berbayar atau gratisan? Saya anggap sebagian peserta sudah bisa membuat blog. Karena dibutuhkan sesi tersendiri jika saya harus menjelaskan secara teknis cara membuat blog. Tetapi yang pasti, membuat blog pada saat ini makin mudah dan tidak rumit lagi. Kita tak perlu memahami coding ataupun web design dulu karena semua sudah tersedia. Wordpress, penyedia weblog paling populer saat ini menambah aplikasi-aplikasi terbaru yang dapat disisipkan (embeded) dalam tulisan di blog, termasuk aplikasi multimedia yang populer dari masa ke masa.
Yang sulit adalah konsistensi mengisi weblog dengan tulisan yang informatif, inspiratif, menarik, mencerahkan, menghibur.
Saat ini, membuat blog makin mudah dan tidak rumit lagi. Kita tak perlu memahami coding dan web design lebih dahulu karena semua tersedia. Yang sulit adalah konsistensi mengisi blog dengan tulisan yang informatif, inspiratif, menarik, mencerahkan, menghibur.
ROBERT ADHI KSP
Setelah Anda punya weblog, apa yang akan Anda tulis di sana? Andalah yang memutuskan. Saran saya untuk para peserta webinar ini, yang terpenting adalah memulai menulis di weblog dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai tata bahasa, sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang dikeluarkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kalian bisa mengunduh PUEBI gratis. Kelak jika siswa sekolah menengah memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi atau mahasiswa yang sudah lulus mulai memasuki dunia kerja, tulisan-tulisan di weblog kalian tentu menjadi nilai tambah. Saya membayangkan orang-orang akan berkomentar, “Luar biasa, pada usia muda, kalian sudah mampu menulis dengan baik.”

Menulis Isu-isu Lingkungan di Blog
Karena webinar ini diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, topik yang dibahas adalah bagaimana siswa SMP/SMA, mahasiswa, dan masyarakat umum mampu membuat tulisan populer yang dapat menggerakkan pembaca membantu perbaikan dan pemulihan lingkungan.
Tema lomba karya tulis yang diselenggarakan Ditjen PPKL yaitu Generation Restoration: Reimagine, Recreate, Restore yang dikaitkan dengan bidang air (sungai dan pesisir), udara serta lahan (gambut dan akses terbuka). Tema ini dapat dieksplorasi lebih dalam dan menjadi bahan karya tulis yang dilombakan. Saya yakin dua narasumber lainnya, Mas Suradi dan Mas Gesit Ariyanto, akan mengulas ini lebih dalam. (O ya, webinar ini dibuka Pelaksana Tugas Dirjen PPKL Pak SIgit Reliantoro dan dimoderatori Puspita Ayu, RRI Pro3).
Untuk memulai tulisan, buatlah outline terlebih dahulu agar Anda lebih fokus. Setelah tulisan selesai, saya menyarankan agar Anda melengkapi tulisan Anda di weblog dengan sisipan-sisipan terkait. Misalnya unggahan Anda di media sosial Instagram, Twitter, Facebook yang berkaitan dengan topik tulisan. Kalau Anda membuat video terkait dan mengunggahnya di YouTube, Anda juga bisa menyisipkannya dalam tulisan Anda di blog. Ini penting agar weblog Anda tetap dikunjungi dan apa yang Anda unggah tetap menarik untuk dibaca karena ada variasi, bukan sekadar tulisan.

Misalnya Anda mengunjungi salah satu pantai yang dipenuhi sampah plastik di salah satu daerah, Anda bisa membuat videonya dari ponsel dan mengunggahnya di YouTube, Vimeo, dan video lainnya. Anda gregetan kok kondisi ini dibiarkan sehingga menganggu kenyamanan wisatawan. Anda bisa mengamati beberapa waktu, mewawancarai wisatawan yang tidak nyaman dengan kondisi ini, meminta pendapat pengelola tempat wisata, dan jika memungkinkan mencari data pelengkap. Jadi mengerjakan satu tulisan bisa membutuhkan waktu, tetapi hasilnya lengkap dan memuaskan.
Anda juga bisa menyisipkan unggahan Anda atau pakar lingkungan di Twitter dan Instagram tentang kerisauan akan banyaknya sampah plastik di pantai tersebut. Anda juga bisa menyisipkan podcast, suara Anda atau suara orang-orang yang Anda wawancarai di blog tersebut. Intinya, saya ingin menyampaikan, buatlah tulisan di blog Anda menarik. Kontennya berisi dan bahasanya mengalir, enak dibaca, dilengkapi dengan fitur multimedia yang bervariasi.
Banyak topik lingkungan yang dapat ditulis dan dikupas dalam tulisan Anda, mulai dari pencemaran lingkungan, pemanasan global, manajemen sampah, kepadatan penduduk, pencemaran laut, deforesasi, sampai berkurangnya keanakeragaman hayati.
Topik-topik lingkungan lain yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari di antaranya perlunya setiap kota di Indonesia memiliki transportasi massal (MRT, LRT, KRL, BRT) untuk membantu memperbaiki kualitas udara perkotaan, kewajiban pemerintah daerah membangun taman kota dan hutan kota, kebun raya, jalur pedestrian dan jalur sepeda, dan eco-driving atau teknik mengemudi ramah lingkungan.
Saya sering mengamati Instagram @koalisipejalankaki yang mengunggah foto-foto jalur pedestrian menjadi tempat parkir kendaraan dan atau diokupasi pedagang kaki lima. Ini bisa menjadi bahan tulisan. Jalur pedestrian dan jalur sepeda dibangun dengan uang rakyat miliaran rupiah tetapi tidak dapat difungsikan dengan semestinya sehingga terkesan mubazir. Cobalah amati jalur pedestrian di kota Anda.

Anda juga bisa menulis upaya Kementerian LHK membersihkan Sungai Ciliwung dari sampah sehingga beberapa jenis ikan sungai bermunculan kembali. Atau upaya KLHK membangun ekoriparian di sejumlah daerah di Indonesia untuk menghijaukan bantaran sungai dan danau.
Upaya pemulihan lingkungan juga menarik menjadi bahan tulisan. Peserta dari daerah misalnya dapat mengamati upaya Kementerian LHK memulihkan Danau Toba dari keramba jaring apung dan limbah hotel, dan memulihkan Danau Maninjau dengan teknologi nano bubble. Juga dapat menulis upaya KLHK memulihkan lahan bekas tambang yang rusak dan telantar menjadi lahan yang bermanfaat bagi banyak orang. Di Gunung Kidul, bekas tambang menjadi pasar ekologis. Di Bengkulu, bekas tambang menjadi tempat wisata dan olahraga panjat tebing. Di Malang, bekas tambang pasir batu menjadi taman edukasi agroindustri. Di Riau, bekas lahan gambut menjadi lahan budidaya nanas.
Beberapa contoh faktual ini ada di dalam buku biografi profesional “M.R. Karliansyah, 30 Tahun Menekuni Pengendalian Pencemaran – Dari Amdal sampai Pemulihan Lingkungan” yang saya susun. Anda bisa membaca buku yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ini sebagai bahan tulisan.
Apakah Tulisan di Blog Mampu Membangkitkan Kesadaran Peduli Lingkungan?
Apakah tulisan di blog mampu membangkitkan kesadaran peduli terhadap lingkungan? Saya yakin bisa! Dengan catatan: tulisan ini faktual, sesuai keadaan sebenarnya, lengkap (tidak sepihak), dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mengalir, enak dibaca.
Lalu ada yang bertanya, bukankah Twitter, Facebook, Instagram saat ini lebih populer? Itu kan media sosial! Bagi mereka yang membutuhkan tulisan utuh, unggahan di Twitter, Facebook dan Instagram kurang praktis. Jika mereka akan membaca ulang tulisan utuh, mereka harus mencari-cari terlebih dahulu satu persatu. Adapun tulisan-tulisan di weblog sangat mudah ditemukan di “belantara” internet. Anda tinggal mencari di mesin pencari Google atau Bing dengan memasukkan kata kunci yang relevan. Karena itu jangan lupa mencantumkan beberapa kata kunci yang relevan pada tulisan Anda di blog agar mudah ditemukan.
Pada masa pandemi seperti saat ini, berselancar di internet menjadi salah satu kebutuhan. Menulis di weblog menjadi salah satu pilihan utama untuk mengisi waktu agar lebih berkualitas.
Bagi yang belum mencoba menulis di blog, mari asah dan kembangkan kemampuan menulis Anda sekaligus membangkitkan kesadaran untuk peduli pada lingkungan. Jika tulisan Anda faktual dan menarik, tentu pembaca akan dengan senang hati membagikannya kemana-mana, ke WhatsApp Group (WAG), Telegram, Signal, Line dan lainnya sehingga tulisan Anda menjadi viral, dan pada gilirannya akan membantu membangkitkan kesadaran peduli lingkungan. Mari kita mulai dari hal-hal kecil dan sederhana. ***
dibawakan dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 24 Mei 2021