
Buku “Kolaborasi Seluruh Negeri Menanggulangi Pandemi” ini merupakan catatan sejarah tentang upaya Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan RI, menangani berbagai persoalan pandemi COVID-19. Buku yang terdiri dari sebelas bagian ini, diberi pengantar oleh Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhur Binsar Panjaitan dan Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. Adapun Prolog oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Catatan tentang ”Merespon Kedaruratan Kesehatan Global” mengawali buku ini. Pada Januari 2020, dunia terguncang setelah Tiongkok mengumumkan untuk kali pertama tentang penyakit aneh yang diderita warga Wuhan dan saat itu belum diketahui secara jelas penyebabnya. Tiongkok sebagai anggota Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan informasi ini dalam 1 x 24 jam, dan WHO kemudian mendeklarasikan penyakit yang wajib diwaspadai oleh dunia. Dalam waktu singkat, virus baru yang satu “keluarga” dengan virus penyebab SARS dan MERS, yaitu novel Coronavirus atau 2019-nCov, menyebar cepat ke seantero penjuru dunia.
Dalam rentang waktu 36 bulan (data worldometers.info sampai 2 Januari 2023), jumlah kasus COVID-19 yang betul-betul “meneror” masyarakat dunia di 230 negara dan teritori di dunia ini menyebabkan kematian sebanyak 6,6 juta orang. Jumlah total kasus posistif tercatat 665,3 juta, dan 637,1 juta di antaranya berujung pada kesembuhan. Di Indonesia, jumlah kematian akibat COVID-19 sampai 2 Januari 2023 tercatat 160.635 kasus dari total 6,7 juta kasus (dan 6,5 juta di antaranya sembuh).

Bagian kedua mengungkapkan tentang bagaimana Indonesia mulai menangani pandemi dengan cara “Kolaborasi Seluruh Negeri”. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Doni Monardo, dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 2019-2021 Hammam Riza berbagi cerita tentang strategi penanganan pandemi.
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin misalnya, mengakui satu hal yang dipelajarinya dari pandemi COVID-19 ini adalah kebijakan yang diambil harus berbasis ilmu, dan bukan berbasis perasaan, emosi, ataupun berdasarkan persepsi sendiri. Tradisi keilmuan dan pola pikir berbasis ilmu sudah menjadi darah daging dalam keluarga besarnya. Ayah Budi Prof. Sadikin Sumintawikarta, adalah pendiri dan Kepala pertama Badan Litbang Pertanian (1974-1984) — yang menggabungkan semua lembaga penelitian (masa itu) di Departemen Pertanian dan Agraria. Energi kolaborasi membuat Budi piawai dalam melobi dan memiliki jejaring untuk mendapatkan donasi vaksin dan oksigen tampaknya «warisan» sang ayah yang memiliki jejaring lembaga donor internasional.

Sementara itu, langkanya persediaan oksigen pada saat varian Delta memuncak membuat Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono memfokuskan diri menyelesaikan kegentingan ini. Masa Delta mengganas merupakan masa yang melelahkan. Dante hanya sempat tidur tiga jam sehari untuk mengoordinasikan berbagai hal yang terkait dengan kebutuhan oksigen.
Sebelum dilantik sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Agustus 2021, Kunta Wibawa Dasa Nugraha adalah Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara. Sebagai orang kepercayaaan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Kunta WD Nugraha, sarjana Ekonomi UGM yang meraih gelar Master of Art in Macroeconomics dari Boston University dan Ph.D in Public Finance dari University of Canberra ini bertugas memberi rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri Keuangan di bidang keuangan negara.
Kunta, pengawal anggaran COVID-19 triliun rupiah yang digelontorkan ke Kementerian Kesehatan dalam penanganan pandemi adalah seorang sosok – yang sebelumnya berkarier di Kementerian Keuangan selama lebih dari 25 tahun. – dengan pengalaman dan visi kuat yang dimiliki terhadap reformasi pengelolaan anggaran terpatri dalam sanubarinya bahwa anggaran harus efektif dan transparan.

Menurut pandangan Kunta, visi tersebut berkaitan dengan pemahaman menyeluruh atas sebuah reformasi keuangan demi pengalokasian yang lebih bermakna sehingga berdampak maksimal bagi pemerintahan negara untuk kemaslahàtan bangsa. Bila implementasi dan pengawalannya merata, efektif, dan transparan secara comprehensive and wide-ranging reform maka anggaran negara dapat dikontrol dengan lebih baik. Setidaknya, walau triliunan rupiah digelontor, semangatnya adalah jangan ada yang bocor.
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2019-2021 menceritakan langkah-langkah yang diambil Satgas COVID-19 pada awal pandemi dan tantangan yang dihadapi.

Kepala BPPT 2019-2021 Hammam Riza memaparkan tentang teknologi karya anak bangsa yang ikut memerangi pandemi COVID-19. “Awalnya kami tidak paham untuk mengembangkan produk harus melalui deretan proses ini, mulai dari purwarupa, sertifikasi, uji klinis, izin produksi, izin edar, produk industri, sampai ke end user. Sungguh makan waktu, makan tenaga, makan hati karena harus melalui berbagai tahapan proses tersebut. Sementara produk-produk luar negeri malah dimudahkan masuk ke Indonesia tanpa melewati uji klinis dan tahapan lain,” kata Hammam tentang upaya timnya membantu Indonesia di awal pandemi.

Bagian ketiga membeberkan sejumlah langkah strategis yang diambil Kementerian Kesehatan untuk mempercepat pencegahan dan pengendalian COVID-19 yaitu meningkatkan kapasitas pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi — yang merupakan satu proses rangkaian kegiatan yang berkesinambungan. Proses ini akan berhasil jika dilakukan dengan cepat dan disiplin, juga membutuhkan keterlibatan masyarakat dan koordinasi antarunit pemerintah di berbagai level. Berlomba melawan kecepatan virus memang tidak gampang tetapi harus dilakukan.

Bagian keempat mengulas “Demi Semua: Berbenah, untuk Berubah”. Gerakan “Semua Pakai Masker”, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sampai pembuatan aplikasi “PeduliLindungi” merupakan beberapa kebijakan pemerintah untuk mengajak masyarakat Indonesia mengubah perilaku demi melindungi diri dan semua orang di sekitarnya. Perubahan perilaku seluruh komponen masyarakat merupakan bagian dari upaya berbenah untuk membuahkan perubahan.
Bagian kelima menggambarkan situasi dan kondisi “Ketika Semua Rumah Sakit Penuh”. Ketika varian Delta memuncak sejak pertengahan 2021, jumlah warga yang terjangkit bukan lagi deret hitung, tetapi sudah deret ukur. Setiap hari jumlahnya bertambah berkali-kali lipat. Rumah sakit penuh, persediaaan oksigen menipis, tenaga kesehatan kewalahan bahkan berguguran, jumlah pasien yang meninggal terus bertambah. COVID-19 telah menyebabkan sistem kesehatan di banyak negara nyaris kolaps. Kementerian Kesehatan melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi berbagai persoalan ini, mulai dari membangun rumah sakit darurat COVID-19, meminta produsen oksigen industri mengonversi untuk kepentingan medis, memperbarui data Sistem Informasi Rawat Inap (SIRANAP) dengan bantuan relawan, membuat laman FarmaPlus, sampai menciptakan aplikasi Telemedicine.

Bagian keenam menegaskan tentang pentingnya “Vaksinasi: Meraih Kekebalan untuk Sehat Bersama”. Vaksinasi dan gotong-royong sebagai modal sosial Indonesia. Gotong royong antara pemerintah, swasta, TNI-Polri, ulama dan semua pemangku kepentingan, yang bergerak ke arah yang sama: membangun sentra- sentra vaksin, mempercepat vaksinasi di Indonesia agar sebagian besar masyarakat Indonesia disuntik vaksin dan memperkuat kekebalan tubuh.

Bagian ketujuh memaparkan tentang tenaga kesehatan sebagai “Garda terdepan, Pahlawan Kemanusiaan” dalam “perang” melawan COVID-19. Mereka mempertaruhkan nyawa dan kehidupan mereka dengan risiko tertular saat merawat pasien. Bagaimana Kementerian Kesehatan memenuhi kebutuhan ribuan tenaga kesehatan dan mengerahkan semua tenaga cadangan, juga menyediakan dan mengatur insentif bagi tenaga kesehatan, termasuk santunan bagi yang gugur dalam tugas.
Bagian ini juga memuat kisah tenaga kesehatan, yang bukan hanya yang bertugas di kota-kota besar, tetapi juga yang berada di pelosok pedalaman Indonesia. Ketika banyak orang diminta work from home (WFH) agar terhindar dari COVID-19, tenaga kesehatan juga WFH, work from hospital, mendekati virus.

Bagian kedelapan khusus membahas tentang gelontoran dana ratusan triliun rupiah untuk penanganan pandemi COVID-19. Keberanian Presiden Joko Widodo menggelontorkan dana penanganan pandemi COVID-19 menjadi salah satu kunci keberhasilan Indonesia menyelesaikan berbagai persoalan pandemi ini. Pada 2021, setelah Budi G. Sadikin menjabat Menteri Kesehatan, penyerapan anggaran Kementerian Kesehatan mencapai Rp 200 triliun. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi bukti Kementerian Kesehatan tetap akuntabel di masa pandemi, terutama berkat pengawalan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha — sebelumnya Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Pengeluaran Negara, dan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Murti Utami.
Bagian kesembilan mengupas tentang Optimisme di Tengah Krisis. Organisasi Kesehatan Internasional (World Health Organization/WHO) dan Perserikatan Bangsa- bangsa Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (United Nations) secara resmi memuji Indonesia sebagai salah satu negara yang berhasil mengendalikan pandemi COVID-19, dan termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak di dunia. Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin dengan berbagai idenya mengembangkan digitalisasi di Kemenkes, terutama menciptakan aplikasi PeduliLindungi, yang kemudian mengantarnya meraih penghargaan CEO of The Year 2022 sebagai figur yang telah berkontribusi besar dalam memanfaatkan transformasi digital untuk meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia.

Bagian kesepuluh memberi gambaran tentang kesiapan Indonesia memasuki masa endemi. Kementerian Kesehatan sudah jauh lebih siap menghadapi varian Omicron. Meski jumlah kasus positif Omicron lebih banyak dibandingkan varian Alfa dan Delta, namun jumlah yang dirawat di rumah sakit dan yang meninggal relatif lebih sedikit. Selain itu, sampai pertengahan 20 Desember 2022, sebanyak 86 dari 100 penduduk sasaran vaksinasi sudah mendapatkan satu dosis. Ini berarti Indonesia mencapai target lebih cepat dari yang ditetapkan WHO. Kemandirian Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19 pun makin kuat setelah pada Oktober 2022, Bio Farma mampu memproduksi vaksin produk Indonesia yaitu IndoVac. Apakah Indonesia menuju endemi? Apapun statusnya, pandemi atau endemi, protokol kesehatan tampaknya tetap wajib dilaksanakan.

Bagian kesebelas membahas tentang pendapat sejumlah pengusaha Indonesia yang memuji kebijakan “gas dan rem” Pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam menangani pandemi COVID-19, mulai dari melibatkan semua elemen masyarakat dalam program vaksinasi, sampai keputusan untuk tidak melakukan lockdown total sehingga roda perekonomian tetap berputar dan masyarakat tetap dapat mencari nafkah. “Pulih Bersama” menjadi tema sentral bagian ini. Salah satu pelajaran penting dari pandemi COVID-19 adalah menyadarkan semua pihak untuk memperbaiki sistem kesehatan nasional agar lebih kuat dan mandiri.


UCAPAN TERIMA KASIH
Buku “Kolaborasi Seluruh Negeri Menanggulangi Pandemi” yang diterbitkan Kementerian Kesehatan ini digagas oleh Sekretaris Jenderal Pak Kunta Wibawa Dasa Nugraha, ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan puluhan narasumber dari lingkungan Kementerian Kesehatan maupun dari luar Kemenkes.
Terima kasih kepada Menteri Kesehatan Pak Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menkes Pak Dante Saksono Harbuwono, Sekjen Kemenkes Pak Kunta Wibawa Dasa Nugraha, yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk menulis buku ini, sekaligus telah meluangkan waktu untuk diwawancarai demi konten buku ini.
Demikian pula terima kasih kepada Ketua Satgas Covid-19 dan Kepala BNPB 2019-2021 Pak Doni Monardo, dan Kepala BPPT 2019-2021 Pak Hammam Riza yang ikut mewarnai isi buku.

Terima kasih kepada Dirjen Pelayanan Kesehatan 2019-2021 Pak Abdul Kadir, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pak Max R. Rondonuwu, Dirjen Tenaga Kesehatan Ibu Arianti Anaya, Direktur Penyehatan Lingkungan Pak Anas Ma’ruf, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN Kemenkes Ibu Trisa Wahyuni Putri, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Publik Kemenkes Ibu Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Hukum dan Organisasi Pak Sundoyo, dan Chief of Digital Transformation Officer (DTO) Setiaji, Tenaga Ahli Menkes Bidang Digitalisasi Izak Jenie, dan Staf Khusus Menkes Bidang Tata Kelola Ronald Mujur. Juga kepada Tarsisius Glory, Pompini Agustina, Jeanny Olivia, Stenly Ismael, RS Waliulu, Dian Islamiati Fatwa yang menceritakan pengalaman masing-masing untuk mewarnai isi buku.
Terima kasih kepada para ahli epidemiologi Windhu Purnomo (Universitas Airlangga), Iwan Ariawan dan Pandu Riono (Universitas Indonesia), dan Hari Kusnanto (UGM) yang memperkaya konten buku ini sehingga semakin lengkap.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pak Sofjan Wanandi (Apindo), Pak Budiarsa Sastrawinata dan Ibu Shinta Widjaja Kamdani (Kadin), Pak Herman Nagaria dan Pak Stefanus Ridwan (pengusaha properti) yang khusus menyampaikan pendapat tentang kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Selain itu, sejumlah bahan dokumentasi Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, serta dokumentasi foto dari berbagai rumah sakit, dinas kesehatan, politeknik kesehatan dari berbagai daerah, melengkapi konten buku ini dan memberi gambaran tentang kerja keras jajaran Kemenkes dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Terima kasih kepada Ibu Siti Nadia Tarmizi dan Pak Busroni Abdullah, Ibu Nani dan Mustika dari Rokomyanlik.
Terima kasih kepada segenap pegawai Kementerian Kesehatan yang telah mengabdikan diri sepenuh hati dalam tugas-tugas menanggulangi pandemi Covid-19 tetapi tidak sempat diwawancarai. Semata-mata karena keterbatasan waktulah yang menyebabkan penulis tidak sempat menghubungi dan mewawancarai narsum-narsum penting lainnya.

Buku ini terwujud berkat diskusi bersama Sekjen Kemenkes Pak Kunta WD Nugraha (yang bahkan menemani penulis mewawancarai Pak Doni Monardo di Bogor), drg Widyawati (staf PPKASN Kemenkes), dr Trisa Wahyuni Putri (Kepala PPKASN), drg Monica Nirmala, dr Damar Susilaradeya, Sukma Wahyuningsih, dan Febby Risti Widjayanto. Terima kasih untuk diskusi dan semua masukan berharga selama penyusunan buku ini. Izinkan saya sekali lagi menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu mewujudkan buku ini tetapi tidak disebut satu persatu.

Saya ingin mengutip pepatah latin verba volant, scripta manent, yang bermakna “yang terucap akan hilang, yang tertulis tetap abadi”. Apa yang telah dilakukan jajaran Kementerian Kesehatan menanggulangi pandemi Covid-19 layak tercatat dalam sejarah yang tertuang dalam sebuah buku. Karena jika hanya diceritakan dari mulut ke mulut, keberhasilan Indonesia menangani pandemi akan terlupakan. Without words, without writing, without books, there would be no history. Tanpa kata-kata, tanpa tulisan, tanpa buku, tak ada sejarah, kata penyair dan novelis Inggris Oliver Goldsmith. Semoga buku ini —dengan segala keterbatasannya— bermanfaat bagi khalayak.
Robert Adhi Ksp, penulis buku