ROBERT ADHI KSP
Kasus pemerkosaan di India terus menjadi berita dunia. Kasus pemerkosaan paling akhir menimpa seorang perempuan Jepang, Desember 2014. Pemerkosaan dan kekerasan terhadap perempuan telah menjadi persoalan masif di India. Setiap 20 menit, seorang perempuan di India diperkosa. Apa yang salah dengan negeri ini?
Dalam empat dekade, kasus-kasus pemerkosaan yang dilaporkan di India melonjak hampir 900 persen menjadi 24.923 kasus pada tahun 2012.
Menurut National Crime Records Bureau (NCRB), sejak 2010, kejahatan seksual di India meningkat 7,1 persen, termasuk kasus pemerkosaan. Hampir satu dari tiga korban pemerkosaan di India berusia di bawah 18 tahun.
Dalam kasus pemerkosaan terhadap wisatawan perempuan asal Jepang, polisi India disebutkan sudah menangkap lima tersangka pemerkosaan. Mereka merupakan anggota geng pemerkosa yang mencari sasaran wisatawan perempuan yang berjalan sendirian. Pemerkosaan terhadap turis Jepang terjadi sejak 23 November dan dilakukan di dua lokasi.
Pallav Kanto Ghosh, Komisioner Polisi Calcutta, kepada BBC Hindi menyebutkan, dua laki-laki bersaudara mendekati korban berusia 23 tahun itu dan menawarkan diri sebagai pemandu wisata, tak lama setelah perempuan Jepang itu tiba di kota dan check-in di sebuah hotel di kawasan yang populer bagi wisatawan asing. Salah satu lelaki itu mahir berbahasa Jepang. ”Kami pemandu wisata yang akan mengantarkan Anda berkeliling,” kata tersangka memperkenalkan diri (India arrests five for kidnap and rape of Japanese woman, BBC, 3 Januari 2015).
Kedua tersangka pemerkosa itu membawa perempuan Jepang itu ke Digham, resort pantai di Negara Bagian Bengal barat pada 23 November. Keduanya memerkosa perempuan itu dan merampok uang senilai 76.000 rupee (setara 1.200 poundsterling) dari kartu ATM milik korban.
Korban kemudian dibawa ke Bodh Gaya, situs Buddha paling suci dan tempat ziarah yang menjadi pusat wisatawan. Di sana, kedua tersangka menyerahkannya kepada anggota geng lainnya. Perempuan tersebut disekap selama beberapa minggu dan diperkosa lagi.
Pada akhir Desember, korban berhasil mencapai kota Varanasi dari tempat dia melakukan perjalanan ke Calcutta, melaporkan peristiwa ini ke konsulat Jepang pada 26 Desember.
Ghosh mengungkapkan, tiga tersangka ditangkap di dekat Bodh Gaya dan dua lainnya di Calcutta. Surat kabar The Hindustan Times menulis, beberapa di antara tersangka ditangkap setelah panggilan telepon seluler mereka disadap. Polisi India mencari anggota kelompok pemerkosa terorganisasi lainnya, beberapa di antaranya fasih berbahasa Jepang.
Kekerasan seksual di India menjadi perhatian khalayak, termasuk dunia internasional, sejak seorang pelajar diperkosa ramai-ramai di dalam sebuah bus di New Delhi, dua tahun yang lalu.
Perempuan asing lainnya yang menjadi korban geng pemerkosa adalah seorang pesepeda asal Swiss di India tengah pada tahun 2013 dan seorang wisatawan asal Denmark yang diserang di New Delhi, satu tahun yang lalu.
Meningkat
Catatan National Crime Records Bureau menunjukkan, 92 perempuan di India mengalami pemerkosaan rata-rata setiap hari. Kasus terbanyak terjadi di New Delhi (1.636 kasus), tertinggi di antara berbagai jenis kejahatan di seluruh kota di India pada tahun 2013.
Ibu kota India, New Delhi, memang sejak lama disebut sebagai pusat pemerkosaan di India. ”Saya tinggal selama 24 tahun di Delhi, kota tempat pelecehan seksual terjadi sehari-hari, seperti makan,” tulis seorang penulis opini New York Times.
NCRB menyebutkan, jumlah kasus pemerkosaan yang dilaporkan di India meningkat dari 24.923 kasus pada 2012 menjadi 33.707 kasus pada 2013. Dari 15.556 kasus pada 2013, korban pemerkosaan berusia antara 18 tahun dan 30 tahun.
Jumlah kasus pemerkosaan ini meningkat dua kali lipat pada 2013 dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 1.636 kasus dilaporkan terjadi di kota pada 2013, naik dibandingkan 706 kasus pada 2012.
Jika dirata-rata, empat kasus pemerkosaan terjadi di New Delhi setiap hari pada 2013. Disusul di Mumbai (391), Jaipur (192), dan Pune (171).
Dari data NCRB tahun 2013, kasus pemerkosaan yang terjadi di negara bagian Madhya Pradesh tertinggi di antara negara- negara bagian di India. Sepanjang tahun itu, tercatat 4.335 kasus pemerkosaan atau rata-rata terjadi 11 pemerkosaan setiap hari di Negara Bagian Madhya Pradesh, disusul Negara Bagian Rajasthan (3.285 kasus), Maharashtra (3.063 kasus), dan Uttar Pradesh sebanyak 3.050 kasus (”92 women raped in India every day, 4 in Delhi”, India Today, 4 September 2014).
Sebenarnya, jumlah kasus pemerkosaan terbanyak di dunia terjadi di Amerika Serikat. Dari 300 juta penduduk AS, tercatat 83.425 kasus pemerkosaan dilaporkan pada 2011. Di AS, setiap 6,2 menit, seorang perempuan diperkosa. Masih pada tahun 2011, di India, dari 1,2 miliar penduduk, 24.206 kasus pemerkosaan dilaporkan (Is India the Rape Capital of the World, Sally Kohn, MORE).
Namun, mungkin saja ada banyak kekerasan seksual di India tidak dilaporkan. Banyak kasus yang terjadi di desa-desa. Korban pemerkosaan dipermalukan dan dianggap tak pantas untuk menikah. Tidak sedikit pelaku pemerkosaan di India tinggal di perkampungan padat dan kumuh.
”Tak ada formula ajaib untuk menangani kasus pemerkosaan di India,” kata jaksa agung muda, Indira Jaisingh, kepada BBC, pada 2013. ”Ada bias dalam pikiran para pembuat keputusan, mulai dari stereotip perempuan, menyalahkan korban, mencoba mencari tahu apakah korban yang mengundang aksi pemerkosaan,” katanya.
Sejak banyak kasus pemerkosaan yang tidak dilaporkan, persoalan ini menjadi lebih buruk. Ada tekanan dari pihak keluarga untuk tutup mulut sehingga sulit untuk diketahui apakah peningkatan jumlah kasus itu bermakna atau menunjukkan kesediaan para korban untuk melaporkan kasus-kasus ini (”India’s gang rapres–and the failure to stop them”, The Washington Post, 30 Mei 2014).
Pemerintah India tampaknya perlu menangani kasus-kasus pemerkosaan ini secara serius agar citra India sebagai negara berbudaya dan kaya dengan kebudayaan tidak pudar.
Bagaimanapun, dalam zaman teknologi, setiap kasus pemerkosaan yang terjadi, apalagi korbannya orang asing, pasti bergaung hingga ke pelosok dunia.
SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 5 JANUARI 2015