ROBERT ADHI KSP
AKSI terorisme terus mengguncang Tiongkok. Serangan terbaru terjadi di pasar terbuka di Distrik Shayibake, Urumqi, ibu kota Xinjiang, Tiongkok barat laut, pada 22 Mei lalu, yang menewaskan 39 orang dan melukai 90 orang lainnya. Mengapa kekerasan makin meningkat di Xinjiang?
Aksi-aksi terorisme di Tiongkok dalam dua tahun terakhir ini memang mencemaskan pemimpin ”Negeri Tirai Bambu” itu. Pada 1 Maret, serangan mematikan terjadi di stasiun kereta di Kunming, yang menewaskan 29 orang. Adapun pada 30 April, ledakan bom di stasiun kereta di Urumqi, menewaskan tiga orang termasuk dua pelaku, serta melukai 79 orang lainnya. Beberapa hari setelahnya, lelaki bersenjata pisau menyerang penumpang di stasiun kereta di Guangzhou, melukai enam orang.
Awal Oktober 2013, sebuah jip menabrak kerumunan orang di Lapangan Tiananmen di Beijing, menewaskan lima orang termasuk pelaku.
Pemerintah Tiongkok meyakini bahwa kelompok teroris Uighur memiliki jaringan yang kuat dengan kelompok teroris di luar negara itu. Otoritas Tiongkok menemukan bukti bahwa pelaku melakukan perjalanan ke Afganistan.
Meredupnya perang di Afganistan diduga merupakan salah satu pemicu utama meningkatnya aksi terorisme di daerah otonomi khusus Xinjiang, yang wilayahnya berbatasan dengan Afganistan. Tentara Amerika Serikat dan pasukan NATO meninggalkan Afganistan untuk mengakhiri perang di negeri itu. Para pejuang Afganistan diduga mengalihkan ”perang” ke Xinjiang.
Lanjutkan membaca Kekerasan dan Marjinalisasi di Xinjiang