ROBERT ADHI KSP
China diguncang teror. Setelah insiden kendaraan menabrak kerumunan orang di Tiananmen Square, Beijing, pekan lalu, insiden ledakan bom di depan kantor komite partai Provinsi Shanxi, di Taiyuan, China, Rabu (6/11) pagi, menewaskan satu orang, melukai delapan orang lainnya, dan menghancurkan dua kendaraan.
Ledakan terjadi pukul 07.40 waktu setempat di depan gedung perkantoran Komite Partai Komunis China Provinsi Shanxi di Jalan Yingze di kota Taiyuan.Saksi mata, seperti dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua, menggambarkan, ledakan juga terjadi di gerbang masuk sebelah barat di kawasan hunian, di mana beberapa pejabat komite dan keluarganya tinggal.
Seorang saksi menceritakan, dia sedang menunggu di lampu pengatur lalu lintas di depan gedung itu ketika melihat sebuah minivan meledak.
Polisi mengatakan, bom yang meledak adalah bom rakitan. Belum jelas berapa banyak bom yang meledak. Bola api terlihat setelah ledakan.
Sejumlah media melaporkan terdengar delapan kali ledakan, sedangkan wartawan China Daily di Taiyuan mendengar ada empat sampai lima kali ledakan.
Pekan lalu, Senin 28 Oktober, sebuah kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi ke arah kerumunan orang—kelompok wisatawan—di gerbang Forbidden City, persis di depan foto raksasa Mao Zedong, di kawasan Tiananmen Square, Beijing, menewaskan lima orang, termasuk tiga orang di dalam kendaraan, dan melukai 40 orang lainnya.
Otoritas China menyebutkan, pelakunya adalah orang-orang Uighur dari sebelah barat Xinjiang, China. Xinjiang adalah tempat tinggal sebagian besar kelompok etnis Uighur. Bentrokan antara etnis Uighur dan etnis Han yang merupakan mayoritas warga China acap kali terjadi.
Pejabat tinggi keamanan China menyebutkan, kelompok separatis berada di balik insiden di Tiananmen Square. Namun, juru bicara Kongres Uighur Dunia, Alim Seytoff, mengatakan, ”Kami tidak yakin apa yang terjadi hari Senin di Tiananmen. Setiap kali sesuatu terjadi, Pemerintah China dengan cepat menemukan bukti yang mengarah pelakunya adalah ekstremis atau teroris.”
Belum jelas benar apakah ada hubungan antara ledakan bom di Taiyuan dan insiden di Beijing.
Salah seorang pakar terorisme China, Li Wei, mengungkapkan pendapat pribadinya. ”Saya melihat insiden ini karakteristik serangan teroris,” kata penasihat Pemerintah China di bidang terorisme.
Tahun 2009, hampir 200 orang terbunuh dalam kerusuhan etnis yang pecah di Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang. Tahun 2012, dua orang te was setelah berupaya membajak sebuah pesawat yang terbang di antara dua kota di Xinjiang.
Tahun ini bentrokan antara petugas dan etnis Uighur menewaskan sejumlah orang.
Beberapa ledakan bom
Pemerintah China mengetatkan pengendalian senjata api. Namun, warga mudah membuat bom rakitan. Sejumlah daerah di China memperketat pengelolaan dan pengawasan bahan peledak. Namun, insiden di Taiyuan menggambarkan masih ada yang salah dalam sistem.
China beberapa kali diguncang bom beberapa tahun terakhir ini. Para pelakunya pada umumnya warga China dengan motif pribadi.
Pada Mei 2011, misalnya, serangkaian ledakan mengguncang fasilitas pemerintah di Fuzhou, kota di sebelah timur China. Ledakan tersebut menewaskan tiga orang, termasuk seorang lelaki pengangguran yang membawa bom tersebut.
Pada awal bulan yang sama, mantan pekerja bank melempar bom molotov ke sebuah bank di pinggiran kota di Provinsi Gansu. Ledakan itu menewaskan 49 orang.
Pada Juli 2010, seorang pedagang meletakkan bom rakitan di kantor pajak di Provinsi Hunan di China selatan, menewaskan empat orang dan melukai 20 orang lainnya.
Media sosial
Ledakan di Taiyuan menjadi salah satu topik diskusi yang paling banyak dibahas di mikroblog China, Sina Weibo. Beberapa pengguna Weibo menghubungkan insiden ini dengan tekanan sosial dan ekonomi di China.
Pengguna mikroblog Zurizhaohaifeng menulis, ”Ini membuktikan bahwa kebijakan sewenang-wenang tidak akan membawa stabilitas. Itu hanya akan membuat kemarahan lainnya.”
Pengguna lainnya, Haoling, menulis, ”Kami melawan semua aksi terorisme! Namun, kami juga menentang pemerintah menggunakan alasan antiterorisme menjadikan China sebuah negara yang diperintah oleh polisi!”
Kesenjangan
Pengguna media sosial lainnya menulis, ”Ledakan di Taiyuan tidak terlihat seperti serangan teroris, tetapi lebih terlihat sebagai dampak kesenjangan sosial. Harga rumah yang mencekik dan inflasi merampok penghasilan banyak orang.”
Taiyuan adalah ibu kota Provinsi Shanxi di sebelah barat Beijing. Kota ini berlimpah sumber daya alam batubara. Permintaan dan kebutuhan bahan bakar menciptakan keberuntungan bagi pemilik-pemilik tambang. Namun, banyak warga di provinsi ini masih dibelit kemiskinan.
China yang memiliki penduduk 1,3 miliar orang memang mengalami pertumbuhan ekonomi mencengangkan. Tahun 2010 mencapai 10,4 persen, tahun 2011 turun menjadi 9,3 persen, dan tahun 2012 menjadi 7,8 persen. Meski cenderung melambat, pertumbuhan ekonomi China masih relatif tinggi.
Namun, kesenjangan ekonomi masih menganga. Harga rumah melonjak tinggi di banyak kota. Tingkat pengangguran di China pada 2011 tercatat 6,5 persen dan pada 2012 tercatat 6,4 persen. Jumlah penduduk China yang berada di bawah garis kemiskinan sekitar 13,4 persen.
China memang pasar menggiurkan bagi produk-produk otomotif premium Eropa. Ferrari, Maserati, Audi, Volkswagen, Bentley, dan merek-merek premium lainnya dengan mudah ditemukan di mana-mana. Ratusan juta warga China naik kelas. Wisatawan China melanglang buana ke seluruh dunia.
Namun, masih cukup banyak warga China yang hidupnya jauh dari kemewahan. Sementara korupsi menjalar ke mana-mana di beberapa institusi pemerintah. Kebebasan berpendapat dan suara politik rakyat dibungkam.
Pemerintah China tampaknya harus mempertimbangkan dengan hati-hati mengapa begitu banyak kekerasan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini.
Berbagai aksi kekerasan akhir-akhir ini tampaknya menjadi akar persoalan yang sesungguhnya dalam masyarakat China, yang membutuhkan perhatian serius. Bahkan, insiden belakangan ini bisa menjadi awal.
Pertanyaannya, apakah China memang diguncang aksi terorisme yang dilakukan kelompok separatis yang ingin memisahkan diri ataukah dilakukan oleh warga China yang tidak puas dengan kesenjangan ekonomi dan kondisi politik di negeri itu?