Trihatma Kusuma Haliman (71 tahun) adalah generasi kedua pendiri Agung Podomoro Group (APG), yang meneruskan tampuk pengelolaan perusahaan dari ayahnya, Anton Haliman, sejak tahun 1973. Di tangan Trihatma, Agung Podomoro berkembang menjadi salah satu pengembang terkemuka dan tepercaya di Indonesia. 

Menurut Trihatma, Agung Podomoro sampai saat ini tetap fokus pada spesialis di bidang properti. “Jam terbang yang sudah sangat tinggi di berbagai jenis bidang properti meyakinkan kami bahwa ‘jiwa’ kami memang di sini,” tandasnya. 

Semua “jam terbang” pengalaman Agung Podomoro yang tinggi dalam mengembangkan banyak proyek properti telah menempa perusahaan tersebut menjadi salah satu pengembang terkemuka dan terpercaya di Indonesia dan membentuk reputasi baik. 

Pengalaman berhasil melewati masa-masa sulit krisis ekonomi tahun 1997-1998 dan 2008 telah menempa Agung Podomoro menjadi lebih tangguh, bahkan setelah krisis tahun 2008, APLN malah melakukan ekspansi. Pada 2010, Agung Podomoro berhasil membawa perusahaan melakukan IPO. 

Setiap langkah yang akan ditempuh dalam kondisi krisis harus dipertimbangkan dengan sangat matang segala pro dan kontranya serta risiko-risikonya. “Bila telah diputuskan, berarti kami berani mengambil risiko, namun kami akan tetap sangat berhati-hati. Sikap optimistis harus selalu ada, sehingga dengan demikian masa krisis tidak dipandang sebagai masa yang menghancurkan, tetapi harus menempa kami untuk dapat berpikir lebih panjang dan berupaya lebih keras menemukan peluang yang bisa diambil,” urai Trihatma yang sempat mengenyam pendidikan arsitektur di Universitas Trier, Kaiserslautern, Jerman pada 1970-1973. 

Trihatma yang lahir di Jakarta, 6 Januari 1952 ini selalu berpandangan justru pada masa krisis, pengembang tidak boleh berhenti membangun. Pembangunan harus tetap jalan, walaupun harus dengan bersusah payah diupayakan. Sehingga ketika krisis berlalu, produk telah tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang sudah membaik kondisi ekonominya. 

Rancangan Podomoro Park Bandung

Pada masa krisis ekonomi, Agung Podomoro selalu mengupayakan tidak melakukan PHK karyawan. “Bagi kami, karyawan bukanlah aset, tetapi keluarga besar. Sebagai satu keluarga pastilah akan mengalami senang dan susah bersama dalam biduk perusahaan, saling merangkul berusaha bersama untuk dapat survive dan keluar dari krisis,” papar Trihatma. 

Demikian pula selama masa pandemi Covid-19, Agung Podomoro tidak melakukan PHK karyawan, meski dengan berat hati perusahaan itu terpaksa melakukan pemotongan gaji karyawan. Penghematan biaya di semua bidang dilakukan. “Optimisme dan semangat terus dibangun bahwa pandemi pasti berlalu dan bersama kita pasti dapat bertahan dan melewati krisis ini. Kesehatan diutamakan, karena bila kita sehat baru dapat berpikir dan bekerja dengan baik,” katanya. 

Pentingnya Hidup Harmoni

Filosofi hidup Trihatma sederhana, yaitu, “menjalankan hidup dalam harmoni dan pikiran tenang, serta sebisanya membuat semua orang senang karena kesuksesan pasti mengikuti.” Hidup harmonis sangat penting untuk dapat melahirkan ide-ide dan konsep cemerlang. 

“Yang penting bagaimana membuat setiap orang happy, membuat semua mitra happyLiving in harmony,  peace of mind. Orang mau ribut-ribut, saya cuek saja,” katanya. 

Trihatma Kusuma Haliman, “Founder” dan Pemilik Agung Podomoro Group

Empat hal menjadi acuan Trihatma dalam menjalankan perusahaan adalah pertama, harmoni – bagaimana kita menjaga keharmonisan dengan semua pihak; kedua, passionate dan perseverance – tidak mudah menyerah dan selalu bersemangat dalam mengerjakan sesuatu; ketiga: mutu – produk-produk yang dihasilkan harus mengedepankan mutu dan kualitas; dan keempat, lingkungan – peduli lingkungan dalam pengembangan yang dilakukan dan mengupayakan hasil produk-produk yang ramah lingkungan. 

Filosofi hidup saya sederhana, yaitu menjalankan hidup dalam harmoni dan pikiran tenang, serta sebisanya membuat semua orang senang karena kesuksesan pasti mengikuti. Hidup harmonis sangat penting untuk dapat melahirkan ide-ide dan konsep cemerlang. 

TRIHATMA KUSUMA HALIMAN, “FOUNDER” AGUNG PODOMORO GROUP

Agung Podomoro Group memulai pengembangan pertamanya, kompleks perumahan di Simprug, Jakarta Selatan pada tahun 1969 dan menyelesaikannya pada tahun 1973. Sejak 1973 sampai 2010, Agung Podomoro Group telah menyelesaikan atau memulai pembangunan lebih dari 70 proyek properti, termasuk sembilan proyek superblok dan lebih dari 100.000 unit hunian dan ritel, 825.000 m2 mal-mal dan 195.000 m2 ruang perkantoran. 

Pada saat krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998 pun, Agung Podomoro Group tidak berhenti melakukan pengembangan properti. Beberapa proyek ikonik yang mulai dibangun dan dikembangkan Agung Podomoro Group, antara lain Mediterania Garden Residences 1 di kompleks Podomoro City (2002); Senayan City, Lindeteves Trade Centre, Kelapa Gading Square, dan Pakubuwono Residences (2003); Mediterania Garden Residences 2, The Peak, Thamrin City, CBD Pluit, dan Emporium Pluit Mall (2004-2006); Permata Hijau Residences, Blok M Square (2007); Kalibata Residences, Kalibata Regency, Pakubuwono View, dan Cosmo Terrace di Thamrin City (2008); Kalibata City Square, dan Thamrin Executive Residence di Thamrin City (2009). 

Perusahaan Agung Podomoro Land adalah anggota Agung Podomoro Group didirikan dengan nama PT Tiara Metropolitan Jaya pada Juli 2004. Pada Agustus 2010, nama PT Tiara Metropolitan Jaya berubah nama menjadi PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), dan melakukan penawaran umum perdana saham, serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 11 November 2010 dengan kode: APLN. 

DIKUTIP DARI BUKU “MEMBANGUN INDONESIA MELALUI INDUSTRI PROPERTI” (ROBERT ADHI KSP, PUSTAKA KSP KREATIF, 2023). INGIN MEMBACA LEBIH LENGKAP? KLIK TAUTAN INI UNTUK MEMBELI E-BOOK DENGAN POTONGAN HARGA

Robert Adhi Ksp dan Trihatma K. Haliman