era baru china

ROBERT ADHI KSP 

 

Pemerintah China akan membuka akses Twitter dan Facebook serta akses situs-situs lainnya yang sebelumnya dilarang di Shanghai. Langkah ini untuk mendukung kebijakan zona perdagangan bebas yang dijadwalkan berlaku mulai hari Minggu 29 September 2013.

Mulai hari itu, Shanghai diharapkan menjadi tujuan investasi asing yang lebih baik menyusul rencana zona perdagangan bebas di kawasan tersebut. China juga berencana akan memperluas zona perdagangan bebas di sejumlah kota lainnya untuk menarik investasi asing masuk.

Zona perdagangan bebas ini akan terintegrasi dengan transportasi modern dan infrastruktur komunikasi yang menawarkan bebas pajak bagi perusahaan asing dan domestik. Hal ini dapat membantu upaya China menjadi hub Asia bagi jaringan pemasok produk.

The South China Morning Post, pekan ini, mengutip sumber Pemerintah China menyebutkan, langkah itu akan membuat para investor asing merasa seperti di negaranya sendiri. Di Shanghai, orang juga akan dapat mengakses kembali situs The New York Times yang pada tahun lalu diblokir karena mengulas kekayaan keluarga Wen Jiabao, mantan Perdana Menteri China.

Bukan hanya itu, Pemerintah China juga mengizinkan perusahaan-perusahaan telekomunikasi asing bersaing dengan perusahaan milik negara dalam tender untuk lisensi operasi internet di kawasan terbatas itu.

Dibukanya akses Facebook dan Twitter di Shanghai yang menjadi zona perdagangan bebas merupakan cara pandang baru Pemerintah China.

Sejak menjabat Perdana Menteri tahun ini, Li Keqiang berjanji melakukan perubahan untuk meningkatkan daya saing negara itu. Shanghai diharapkan dapat menggantikan Hongkong sebagai pusat keuangan Asia.

”Zona perdagangan bebas Shanghai untuk menciptakan lingkungan terbuka, adil, nyaman, dan kompetitif bagi investasi asing. Zona perdagangan bebas akan menawarkan kesempatan bersejarah bagi investor asing. Kami berharap mereka akan mengambil kesempatan ini dan memilih Shanghai sebagai markas besar regional mereka,” kata Xu Yibo, Deputi Sekretaris Jenderal Pemerintah Kota Shanghai. (Shanghai Daily, 18 September 2013). Sebagai konsekuensi Shanghai ditetapkan sebagai zona perdagangan bebas, akses internet juga akan dibuka bebas.

Selama ini, Facebook, Twitter, Youtube, dan berbagai situs web produk barat dilarang dibuka di China, kecuali di Hongkong. Mulai akhir September ini, Shanghai juga akan mendapatkan kebebasan tersebut. Tentu saja ini kabar gembira bagi warga Shanghai dan mereka yang datang ke kota itu.

Shanghai merupakan kota terbesar di Republik Rakyat China dan kota paling nyaman ditinggali. Shanghai adalah satu dari empat kota yang berstatus provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 23 juta. Shanghai adalah kota global, komersial, kebudayaan keuangan, media, mode, teknologi, dan transportasi, juga pusat keuangan utama dan pelabuhan tersibuk di dunia. Berlokasi di Delta Sungai Yangtze di China bagian timur, Shanghai berada di mulut Sungai Yangtze, berbatasan dengan Provinsi Jiangsu dan Zhejiang dan Laut China Selatan.

2.600 situs

Lebih dari 600 juta pengguna internet di China selama ini memang kesulitan mengakses media sosial dan sejumlah situs global. Sampai tahun 2013, sedikitnya 2.600 situs web diblokir pemerintah dengan alasan beragam.

China tidak hanya memblokir media sosial dan situs di internet, tetapi juga memantau penggunaan internet oleh warga. Sejumlah warga China terpaksa masuk penjara, sebagian besar jurnalis, setelah didakwa melawan pemerintah.

Berdasarkan data greatfire.org, 44 dari 1.000 situs web yang masuk Alexa Top, diblokir di China. Sepuluh situs web yang paling populer yang diblokir adalah berbagai produk  Google mulai dari Google Docs, Google Drive, Picasa, Gmail dan Google+. Sebagian besar diblokir sejak 2011 dan masih diblokir hingga kini. Picasa ditutup sejak Juli 2009.

Facebook diblokir sejak Juli 2008. Alasan utama pemblokiran Facebook adalah kerusuhan Xinjiang yang terjadi lima tahun silam. Youtube diblokir di China daratan sejak Maret 2009 setelah menayangkan video kerusuhan di Tibet.

Twitter diblokir di China sejak tahun 2009. Alasannya jelas, melalui Twitter, orang mudah berorganisasi, berbagi, dan berkomunikasi. China mengawasi ketat media sosial ini, termasuk domain t.co.

Wikipedia yang ditulis dan diedit para pengguna dalam berbagai bahasa itu diblokir, termasuk foto-foto Wikimedia. Demikian juga blogspot, blog milik Google yang gratis dan mudah dibuat.

Internet Movie Database (IMDb) diblokir karena memunculkan film When the Dragon Swallowed the Sun yang mengisahkan Dalai Lama dan perjuangannya membebaskan Tibet.

Facebook dan media sosial lainnya memang menjadi musuh bagi Pemerintah China. Sejak banyak pendemo di Timur Tengah menggunakan Facebook sebagai alat komunikasi dan provokasi melawan pemerintah berkuasa tahun 2010, Facebook menjadi alat kontrol terhadap pemerintah yang sangat efektif.

China sangat sensitif dengan kata-kata ”Tiananmen Square”, ”Falun Gong”, ”Dalai Lama”, ”Tibet”. ”Taiwan”. Semua kata itu tidak dapat ditemukan pengguna internet di China di berbagai mesin pencari. Pemerintah China melakukan berbagai cara untuk menghapus kata itu di internet.

Tampaknya mengizinkan internet yang bebas dan terbuka akan memberikan peluang bagi warga China bebas berpendapat dan hal itu mengancam kekuasaan Partai Komunis China.

Namun, di bawah Perdana Menteri Li Keqiang, China mulai berubah. China berencana pula memperluas zona perdagangan bebas hingga ke kota-kota lainnya, tak hanya Hongkong dan Shanghai.

Bila itu terjadi, ada kemungkinan kebebasan berinternet di China secara bertahap akan dibuka. Karena bagaimanapun, salah satu syarat dalam zona perdagangan bebas adalah akses ke berbagai situs web dan media sosial global dibuka.

SUMBER: DUDUK PERKARA – KOMPAS SIANG, JUMAT 27 SEPTEMBER 2013