Gambar

 

ROBERT ADHI KSP

Hampir sebulan yang lalu, tepatnya 8 Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines MH370 dalam penerbangan dari Kuala Kumpur ke Beijing, Tiongkok, hilang kontak. Namun, berita-berita MH370, sebulan ini, lebih banyak berupa spekulasi dan hanya sedikit fakta yang muncul. Hilangnya pesawat Boeing 777-200 ER yang membawa 12 awak dan 227 penumpang itu hingga kini masih diselimuti misteri.

Kabar terakhir yang dilansir pada Senin (7/4), kapal patroli Tiongkok Haixun-01 menangkap sinyal alat perekam data penerbangan (black box) di Samudra Hindia selatan. Suara itu terdengar di kedalaman 4.500 meter.

China Central Television, media resmi Pemerintah Tiongkok, menyebutkan, kapal tersebut mendengar sinyal itu 1,5 menit, tetapi tak bisa merekamnya.

Sementara itu, Ocean Shield, peralatan angkatan laut Australia yang canggih, mendeteksi ”suara akustik” di wilayah lain di sebelah utara.

Sinyal-sinyal ini merupakan temuan terbaru yang diperoleh dari aksi pencarian MH370 yang dilakukan oleh sejumlah negara. Namun, tim pencari berpacu dengan waktu.

Sembilan pesawat militer, tiga pesawat sipil, dan 14 kapal terlibat dalam aksi pencarian multinasional itu.

Melintasi Indonesia?

Otoritas Malaysia menyebutkan, pesawat MH370 itu berbelok ke utara Indonesia, kemudian menuju Samudra Hindia selatan (CNN, New signal sounds ’just like’ one from a plane’s beacon, 7 April 2014). Akan tetapi, mengapa pesawat mengarah ke selatan? Benarkah pesawat tersebut dibajak oleh seseorang yang paham seluk-beluk pesawat komersial?

Tak ada yang bisa menjawab sebelum black box ditemukan. Baterai black box MH370 hanya bisa bertahan 30 hari. Setelah itu baterai mati dan semua harapan akan terkubur. Hilangnya MH370 kemungkinan besar akan menjadi misteri.

Insiden MH370 ini menyedot perhatian banyak negara. Pertama, jumlah penumpang berasal dari 14 negara. Sebanyak 154 penumpang berkebangsaan Tiongkok. Kedua, banyak spekulasi yang beredar, sementara fakta yang didapatkan hanya sedikit. Berita simpang-siur yang tak jelas asal-usulnya itu membuat keluarga penumpang bingung dan marah.

Pertanyaan mendasar yang ingin diketahui oleh keluarga penumpang MH370 dan publik adalah di mana pesawat tersebut berada? Apa yang terjadi pada para penumpangnya? Mengapa pesawat itu terbang tidak sesuai tujuan?

Sejauh ini, Pemerintah Malaysia tidak dapat menjawab semua pertanyaan itu. Keluarga penumpang MH370 menuduh Pemerintah Malaysia menyembunyikan sesuatu.

Mengapa ada dua penumpang MH370 menggunakan paspor curian? Setelah diselidiki oleh Interpol, ternyata dua penumpang itu berkebangsaan Iran, yang mencari suaka ke negara di Eropa. Lolosnya dua penumpang berpaspor curian itu saja sudah mengundang pertanyaan, betapa rawannya imigrasi Malaysia.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pernah mengumumkan dugaan keterlibatan pilot yang memiliki afiliasi politik mendukung Anwar Ibrahim, oposisi Malaysia. Rumah pilot MH370 pun digeledah. Polisi Malaysia menemukan simulator pesawat. Beberapa datanya sudah terhapus. Keluarga penumpang asal Tiongkok lalu melihat ada persoalan internal Malaysia.

Namun, tuduhan Najib Razak tersebut belum bisa dibuktikan. Apa benar pilot MH370 membajak pesawatnya sendiri? Anwar Ibrahim kemudian balik menuduh pemerintahan Najib Razak menyembunyikan informasi MH370.

Tanpa jawaban yang jelas dari otoritas Malaysia, berita-berita yang beredar di internet menjadi liar, tak terkendali, dan diwarnai dengan bumbu konspirasi.

Situs konspirasi CabalTimes, misalnya, menyebutkan pesawat MH370 telah mendarat di pangkalan militer Amerika Serikat di Pulau Diego Garcia, di tengah Samudra Hindia, yang lokasinya tak jauh dari Kepulauan Maladewa (Maldives).

Informasi itu kemudian dikutip salah satu media Malaysia, dan menyebar ke mana-mana di jagat maya dalam waktu singkat, tanpa dapat diverifikasi kebenarannya.

Jurnalis senior CNN, Jim Clancy, sampai melukiskan, ”berita-berita MH370 hanya memiliki sedikit fakta, dan lebih banyak informasi spekulatif”.

Citra satelit

Di tengah kabar spekulasi, beberapa satelit dari Australia, Perancis, Tiongkok, Thailand, dan Jepang merekam ratusan gambar di Samudra Hindia selatan. Namun, setelah ditelusuri lebih jauh, tak satu pun benda yang direkam satelit berkaitan dengan pesawat MH370.

Sehari setelah pesawat itu hilang, Vietnam melansir temuan yang diduga pesawat MH370 di perairan Laut Tiongkok Selatan. Namun, setelah dicek, benda tersebut tidak ada kaitannya dengan MH370.

Sepekan setelah hilangnya MH370, otoritas Malaysia menyampaikan beberapa kemungkinan keberadaan pesawat, mulai dari Kamboja, Laos, Tiongkok, Kazakhstan, sampai Turkmenistan. Namun, tak satu pun ada laporan soal kecelakaan pesawat di negara-negara itu.

Lalu muncul spekulasi lain, pesawat MH370 di atas India, Pakistan, dan pangkalan militer AS di Afganistan. Namun, tak satu pun pihak yang melaporkan telah melihat pesawat itu.

Sepuluh hari setelah MH370 hilang, Pemerintah Malaysia menyebutkan, pesawat MH370 diduga memutar balik ke arah barat, melintasi Semenanjung Malaysia, dan lalu terbang ke arah Samudra Hindia. Pencarian di perairan Selat Malaka tak membuahkan hasil (CNN, Leads in the hunt for Malaysia Airlines Flight 370 weave drama, 5 April 2014).

Pada 19 Maret, otoritas Australia mengumumkan citra satelit yang merekam dua benda di Samudra Hindia selatan, sekitar 2.500 kilometer sebelah barat daya dari Perth, Australia.

Sejak itu, pencarian besar-besaran dilakukan oleh sejumlah negara di lautan lepas itu. Pada 23 Maret, satelit Perancis menunjukkan gambar 122 benda di samudra tersebut. Namun, bagaimana mencari obyek di area seluas 398,8 kilometer persegi (lebih dari setengah luas kota Jakarta)?

Pada 26 Maret, satelit Thailand merekam 300 benda yang berada di seputar samudra itu. Satelit Jepang mengidentifikasi 10 benda terapung, yang lokasinya berada di sebelah barat Australia. Namun, tak satu pun benda yang disebutkan satelit-satelit itu ditemukan terkait MH370.

Hubungan antarnegara

Insiden hilangnya MH370 ini menyebabkan hubungan antarbangsa Malaysia dan Tiongkok memburuk. Dari 227 penumpang MH370, sebanyak 154 di antaranya berkebangsaan Tiongkok. Mereka menyampaikan kemarahan dan kekecewaan atas penanganan Pemerintah Malaysia.

Namun, Duta Besar Tiongkok untuk Malaysia, kepada surat kabar The South China Morning Post, Hongkong, menegaskan, pendapat para keluarga penumpang MH370 tidak mencerminkan pendapat resmi Pemerintah Tiongkok.

Profesor ilmu politik di Monash University Melbourne Australia, James Chin, mengatakan, persoalan MH370 merupakan masalah kecil dalam konteks hubungan Malaysia-Tiongkok yang lebih besar (CNN, Lucrative China-Malaysia relations not derailed by search for MH370, 7 April 2014).

Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Malaysia pada 2013. Perdagangan kedua negara tahun lalu tumbuh 12,5 persen menjadi 63,4 miliar dollar AS. Dosen ekonomi di University of Malaya, Lee Hwok Aun, sepakat perdagangan bilateral diharapkan tidak turun. Ekspor utama Malaysia ke Tiongkok seperti komponen listrik, karet mentah, dan minyak kelapa sawit.

”Sektor pariwisata mungkin bisa terkena dampak, tetapi ekspor tak akan berubah karena Tiongkok membutuhkan bahan- bahan mentah itu. Lebih sulit mengorganisasi pemboikotan komponen impor,” kata Lee.

Hilangnya MH370 memang berimplikasi luas. Bukan sekadar pesawat hilang dengan 239 penumpang dan awaknya. Namun, berdampak pula menggoyang sektor pariwisata Malaysia. Dampak ini sudah dirasakan Malaysia.

Meski demikian, Pemerintah Tiongkok sejauh ini belum mengecam Pemerintah Malaysia atas hilangnya MH370. Tiongkok bahkan bersama-sama Malaysia dan sejumlah negara lainnya ikut dalam tim pencari internasional.

Bila dalam waktu dekat ini tim pencari belum menemukan petunjuk dan bukti yang mengarah pada MH370, hilangnya pesawat Malaysia Airlines ini akan tetap diselimuti misteri. Semua akhirnya harus berserah pada Yang Kuasa.

SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 7 APRIL 2014