Industri properti perlu memegang prinsip keberlanjutan dalam perencanaan pemgembangan suatu wilayah dan memastikan kepentingan generasi mendatang akan terpenuhi. Industri properti juga harus memastikan ekosistem wilayah tersebut dapat berkembang dengan baik dan maksimal sesuai kondisi lingkungan dan sosial wilayah tersebut. 

Demikian diingatkan Kepala Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu (BPKPT) Kadin Budiarsa Sastrawinata dalam peluncuran buku “Sustainability Reporting Toolkit Industri Properti 1.0” yang diterbitkan BPKPT Kadin, Selasa (8/11/2022) di Menara Kadin Jakarta.

Hadir Ketua Umum Kadin Ardjad Rasjid, Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Widjaja Kamdani, Direktur Bursa Efek Indonesia Kristian Manullang dan Sunandar, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia Samsul Hidayat, Ketua Komite Kajian BPKPT Kadin Setyo Maharso, Ketua Tim Penulis dan Penyusun Buku “Sustainability Reporting Toolkit Industri Properti 1.0” dan Kajian Properti BPKPT Kadin Theresia Rustandi, tim “Task Force” BPKPT Kadin, Ketua Komite Kajian BPKPT Kadin Setyo Maharso, perwakilan pengembang Ciputra, Summarecon Agung, Intiland, Sinarmas Land, Agung Podomoro Land, Metropolitan Land, Metropolitan Kencana, Lippo Karawaci, Alam Sutera, dan Jababeka, serta tim penulis dari Global Reporting Initiative (GRI) Hendri Yulius Wijaya, dari CDP Nur Maliki Arifiandi, dari Sustainahaus Satrio Prakoso, dan dari BPKPT Kadin Robert Adhi Ksp.

Menurut Budiarsa, properti merupakan industri jangka panjang dan pengembangan wilayah bisa menghabiskan waktu puluhan tahun. “Dengan nature of business jangka panjang seperti ini, prinsip keberlanjutan menjadi penting dalam industri properti,” kata Budiarsa, yang juga Ketua Asosiasi Emiten Indonesia.  

Budiarsa mengatakan, dalam setiap perencanaan pengembangan wilayah, pengembang bersama-sama konsultan pakar mengidentifikasi seluruh aspek kehidupan dan mengintegrasikannya ke dalam perencanaan agar seluruh ekosistem dapat berkembang harmonis. Dia mengingatkan pentingnya aspek ESG yaitu environtment, social, governance atau lingkungan, sosial, tata kelola diwujudkan secara utuh dalam rencana pengembangan. 

Budiarsa yakin para pelaku industri properti —apalagi yang sudah menjadi perusahaan terbuka — sudah memasukkan faktor ESG dalam perencanaan wilayah. Dengan hadirnya buku panduan ini, kata Budiarsa, dia yakin standar pengembangan terintegrasi dengan seluruh mitigasi risikonya tertata dengan baik sejak awal. Ini penting untuk memastikan pengembangan properti yang memegang prinsip keberlanjutan dilakukan secara sistematis, terukur, dan sesuai standar internasional. “Saya harap langkah awal ini tak hanya untuk pengembang besar yang sudah menjadi perusahaan terbuka, tetapi juga diimplementasikan oleh seluruh pengembang properti di Indonesia,” kata Budiarsa. 

Bangga Kadin Dapat Menyusun Buku Panduan Ini

Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid mengemukakan, sustainability merupakan salah satu dari sembilan program prioritas Kadin. “Ini merupakan inisiatif Kadin untuk menjadikan keberlanjutan sebagai acuan bisnis. Kami ingin membangun kesadaran sekaligus mengukur dampak sosial dan kelanjutan investasi suatu perusahaan berdasarkan ESG,” kata Arsjad. 

Terdapat delapan fokus utama dalam program Sustainability Kadin yaitu carbon market, carbon tax, forestry, restorasi hutan, restorasi mangrove, green fund digital philantropy, ESG, dan B20 Sustainability 4.0 Award. Sustainability ini bukan untuk kita tetapi untuk anak dan cucu kita, dan ini tanggung jawab kita bersama menuju Kadin net zero hub yang ditargetkan pada 2030, semua produk sudah harus green.

Arsjad menyampaikan apresiasi kepada BPKPT Kadin pimpinan Budiarsa Sastrawinata yang telah menerbitkan buku panduan Laporan Keberlanjutan bagi industri properti. “Saya kaget karena jarang-jarang Pak Budiarsa bicara tentang sustainability. Upaya BPKPT Kadin ini membuat saya terkejut sekaligus bangga karena Indonesia bagian dari net zero hub,” kata Arsjad yang menambahkan, belum banyak negara di Asia yang punya carbon tax, baru Singapura dan Indonesia di kawasan Asia.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Shinta Widjaja Kamdani mengaku bangga Kadin dapat menyusun buku panduan Laporan Keberlanjutan. “Kadin mengedepankan isu sustainability sebagai program kerja dan perlu diwujudkan oleh  banyak sektor usaha, termasuk industri properti. Kadin mendukung pemerintah mencapai net zero dan implementasinya ada pada pelaku usaha. Saya gembira sekali BPKPT Kadin punya inisiatif menyusun buku panduan ini dan industri properti menjadi pelopornya,” kata Shinta yang yakin perusahaan pengembang dapat menjadikan aspek ESG sebagai standar meski diakui pengukurannya masih njlimet

“Terima kasih atas kerja keras BPKPT Kadin yang telah menghasilkan buku panduan ini dan ini menunjukkan keseriusan bahwa perusahaan pengembang terbuka (Tbk) dapat menerapkan ESG,” tambah Shinta. 

Hendri Yulius Wijaya, salah satu anggota tim penulis dari GRI, mengatakan penyusunan buku ini sudah memenuhi standar internasional sesuai POJK. “Sustainability itu journey, tak ada yang sempurna.” kata Hendri. 

Salah satu anggota tim buku lainnya, Nur Maliki Arifiandi dari CDP menjelaskan, buku panduan ini dibuat sekomprehensif mungkin dan sesuai dengan aturan internasional. “Kami mendorong sektor realestat untuk menjalankan ini. Bukan untuk menghabiskan anggaran, tetapi berharap industri realestat bergerak maju,” kata Okky, nama panggilannya. 

 Adapun Theresia Rustandi mengatakan, pelaporan harus terstruktur dan terekam dengan baik. “Diperlukan pemahaman yang komprehensif dan bagaiman menjelaskan dalam laporan yang singkat tetap jelas,” kata Theresia yang menambahkan komitmen pemilik usaha sangat diperlukan.

Setyo Maharso, Ketua Komite Kajian BPKPT Kadin menambahkan, buku ini merupakan jawaban atas komunikasi yang tersumbat antara pengembang dan pemerintah dalam pengadaan rumah subsidi.

Kristian Manullang yang mewakili Bursa Efek Indonesia mengatakan, buku panduan ini memastikan pelaporan sustainability ada kepentingan dengan bursa, emiten dengan sektor properti. Ini dapat membantu BEI melakukan pengukuran emiten di bursa efek. “Ini baru properti, tentu kami berharap akan diikuti sektor-sektor lain,” kata Kristian yang menambahkan, investor akan lebih bijak emiten mana yang layak dan sudah menerapkan sustainability dalam usaha mereka. 

Samsul Hidayat dari Asosiasi Emiten Indonesia berseloroh, “Di mana ada Pak Budiarsa, di situ ada sustainability.” Dia berharap buku panduan ini memberi gambaran umum tentang laporan keberlanjutan yang dibutuhkan industri properti. ***