ROBERT ADHI KSP
Raksasa internet Microsoft mengakusisi Nokia, perusahaan terkemuka asal Finlandia, dengan nilai 7,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 79 triliun). Akuisisi ini sesungguhnya menunjukkan betapa cepatnya Nokia jatuh dan betapa dalamnya Nokia tenggelam setelah sempat berada di puncak selama hampir dua dekade.
Microsoft dan Nokia mengumumkan, 32.000 pegawai Nokia akan bergabung ke Microsoft sebagai salah satu hasil kesepakatan, termasuk 4.700 karyawan di Finlandia. Stephen Elop, CEO Nokia, diganti oleh Risto Siilasmaa, sebelumnya Chairman Nokia. Pengumuman mengejutkan itu disampaikan pada Senin (2/9) malam waktu AS atau Selasa (3/9) WIB.
Akuisisi ini merupakan upaya Microsoft melakukan transformasi bisnis dalam era mobile. Microsoft membayar sekitar 5 miliar dollar AS untuk bisnis perangkat Nokia dan 2 miliar dollar AS untuk lisensi paten Nokia.
Sementara Nokia akan tetap fokus pada tiga unit bisnisnya yang tersisa, yaitu Nokia Here (peta), Advanced Technologies (pengembangan teknologi), dan Nokia Solutions and Networks (infrastruktur jaringan dan layanan telekomunikasi).
Diakuisisinya Nokia oleh Microsoft menjadi berita besar berbagai media internasional pekan lalu. Mengapa? Nokia pernah berjaya sebagai perusahaan telepon seluler global terbesar. Sejak 1998, Nokia menguasai pasar ponsel dunia, termasuk pasar Indonesia, baik pasar bawah, menengah, maupun pasar premium.
Berita tersebut memang membuat sedih orang Finlandia karena Nokia selama ini kebanggaan negeri itu. Bagi Paivi Tuohimaa, manajer senior Nokia yang sudah bekerja 14 tahun, ”Hari itu hari paling menyedihkan bagi saya. Betapa tidak? Saya bertanggung jawab atas identitas merek Nokia selama bertahun-tahun. Saya sungguh menyesali semuanya hancur sekarang.”
Nokia didirikan pada 1871 sebagai pabrik kertas di kota kecil Nokia di Finlandia selatan dan berkembang pesat menjadi perusahaan global raksasa.
Tahun 1987, Nokia menjual ponsel pertamanya. Setelah dikembangkan secara inovatif, Nokia kemudian menjadi perusahaan pembuat ponsel nomor satu di dunia. Tahun 2007, Nokia menguasai 48 persen pasar dunia dengan nilai 10 miliar dollar AS. Nokia mengklaim, produknya digunakan sekitar 1,3 miliar orang di seluruh dunia.
Namun, dalam lima tahun terakhir, penjualan Nokia menurun 40 persen setelah Apple meluncurkan iPhone, RIM merilis Blackberry, dan Google merilis sistem operasi Android yang digunakan di banyak perangkat, antara lain Samsung.
Ketika Apple merilis iPhone, banyak yang berpikir, hal itu bisnis biasa dalam industri teknologi telekomunikasi. Namun, Apple berhasil mengubah citra ponsel dari sekadar suara menjadi data. Kedatangan Android menambah semarak karena makin banyak perangkat lunak dan layanan permainan.
Pada saat itu, masih banyak yang percaya, pasar Nokia yang sempat goyah akan kembali kokoh. Namun, kenyataannya, saham Nokia jatuh hingga lebih dari 80 persen pada tahun-tahun berikutnya. Saham Nokia pada tahun 2000 diperdagangkan dengan nilai 54,73 poundsterling. Saat ini saham Nokia jatuh menjadi 4 poundsterling (1 poundsterling = Rp 18.000).
Nokia, yang sejak awal menggunakan sistem operasi Symbian, tidak bisa mengadopsi sistem operasi iOS ataupun Android yang lebih disukai pasar. Alhasil, Nokia kalah bersaing dan penjualan terus merosot. Tahun lalu, penjualan ponsel Nokia hanya 3,1 persen atau berada di posisi ke-9 dunia. Betapa cepatnya Nokia jatuh.
Nokia pun terpaksa menutup pabrik dan kantornya di sejumlah negara, serta memberhentikan puluhan ribu karyawannya. Nokia juga menjual markas besar Nokia Corporation (yang dibangun pada 2000) di Keilaniemi, Espoo, di luar kota Helsinki, Finlandia, dengan nilai 170 juta euro pada akhir 2012.
Mungkin banyak orang menangisi nasib Nokia saat ini. ”Tapi, mengapa mereka tidak menangis pada lima atau tujuh tahun silam ketika segala sesuatunya masih dapat dikerjakan?” tanya Liisa Rysa, mantan pekerja IT Nokia.
Sejak 2011, Nokia bekerja sama dengan Microsoft. Setelah Nokia dipimpin CEO jebolan Microsoft Stephen Elop (pernah menjabat Kepala Divisi Bisnis Microsoft), Nokia mulai menerapkan sistem operasi Windows Phone dan secara bertahap meninggalkan Symbian. Awal 2013, Nokia merilis produk baru, Lumia, dengan sistem operasi Windows Phone. Selama kuartal kedua 2013, Nokia menjual 7,4 juta Nokia Lumia.
Kehilangan momentum
Langkah Microsoft mengakuisisi Nokia menyusul keberhasilan Microsoft menerapkan sistem operasi Windows Phone di Nokia Lumia. Inilah yang tampaknya membuat CEO Microsoft Steve Ballmer percaya diri. Integrasi Microsoft dan Nokia ini mengubah posisi Microsoft dari perusahaan perangkat lunak menjadi perusahaan multiproduk yang berbasis perangkat lunak.
Dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft harus berjuang dalam masa transisi. Sebelum ini, perangkat lunak Microsoft digunakan di sebagian besar komputer personal. Pada saat tablet dan ponsel pintar hadir, Microsoft merasakan dampaknya.
Peneliti telekomunikasi Paul Budde secara gamblang menyebutkan, Nokia dan Microsoft ”kehilangan momentum sejak lima tahun silam” sehingga hampir mustahil meningkatkan posisi menjadi pemain utama dalam pasar ponsel pintar dalam waktu dekat karena kini Android dan Apple yang mendominasi pasar.
Di Amerika Serikat, berdasarkan data Juli 2013, penjualan ponsel dengan sistem operasi Android mencapai 51 persen, disusul iPhone dengan sistem operasi iOS 43,4 persen, sedangkan ponsel berbasis Windows Phone hanya 3,5 persen.
Di tingkat global, sistem operasi yang menguasai pasar adalah Android (79 persen), iOS (14,2 persen), Microsoft (3,3 persen), Blackberry (2,7 persen), Bada (0,4 persen), Symbian (0,3 persen), dan lainnya (0,2 persen). Berdasarkan data mutakhir (kuartal kedua 2013) yang dirilis TechCruch ini, peminat ponsel Windows Phone dan Symbian tidaklah banyak.
Melihat kenyataan ini, tak ada jalan lain, Microsoft harus serius mengembangkan perangkat bergeraknya. Pada masa lalu, keberuntungan Microsoft berasal dari perangkat lunak desktop. Namun, saat ini penjualan komputer desktop terus turun. Akhir 2012, penurunan mencapai 16 persen.
Yang bersinar kini adalah komputer tablet dan ponsel pintar. Berdasarkan data IDC (Desember 2012), sebanyak 122,3 juta tablet terjual pada 2012.
Jumlah ini diprediksi meningkat menjadi 172,4 juta pada 2013 dan mencapai 282,7 juta pada 2016. Dalam penjualan tablet, iOS Apple menguasai pasar (53,8 persen) disusul Android (42,7 persen) dan Windows (2,9 persen). Karena itu, ada kemungkinan tablet Windows Surface dikembangkan dengan inovasi di semua tingkat, dari perangkat keras, sistem operasi sampai aplikasi.
Setelah mengakuisisi Nokia, Microsoft tampaknya percaya diri mampu merebut pasar ponsel pintar dan tablet global, meski dianggap telah kehilangan momentum emas lima tahun lalu.
Microsoft berusaha mengejar dengan mengikuti jejak Apple: memiliki perangkat keras dan perangkat lunak. Namun, dalam industri teknologi, hanya mereka yang jeli membaca kebutuhan pasar dalam abad digital, yang akan menang. Waktu yang akan membuktikannya.
SUMBER: DUDUK PERKARA – KOMPAS SIANG, SENIN 9 SEPTEMBER 2013