ROBERT ADHI KSP
Kalau ada peta wilayah yang setiap enam bulan sekali harus diperbarui, salah satu peta itu adalah Serpong. Dalam lima tahun terakhir ini, Serpong yang berlokasi di Tangerang Selatan berkembang sangat pesat.
Pembuat peta harus sering-sering memperbarui informasi di Serpong karena setiap enam bulan selalu muncul bangunan baru di wilayah ini.
Salah satu bangunan baru itu adalah gedung konvensi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia International Exhibition and Convention Center (IIECC), yang dibangun di lahan seluas 25 hektar di BSD City. Di kawasan IIECC akan dibangun pula tiga hotel berbintang yang melengkapi gedung konvensi tersebut.
Sinar Mas Land, pengembang yang membangun BSD City, menggandeng grup Kompas Gramedia untuk membangun IIECC. Pameran mobil yang selama ini digelar di Kemayoran, Jakarta, juga berbagai pameran akbar serta konser musik berskala internasional, tampaknya segera berpindah ke Serpong.
IIECC bakal menjadi ikon Serpong. IIECC hanya salah satu contoh betapa Serpong sudah menjadi magnet baru yang memikat. Serpong sudah menjadi pilihan bagi mereka yang mencari tempat tinggal yang memiliki fasilitas lengkap.
Fasilitas berlimpah
Serpong dikembangkan secara terencana oleh empat pengembang besar, Sinar Mas Land, Alam Sutera Realty, Summarecon Agung, dan Paramount. Pengembang-pengembang inilah yang menciptakan Serpong menjadi magnet properti. Mereka membangun berbagai fasilitas yang menguntungkan warga Serpong.
Pengembang Sinar Mas Land, yang membangun kota mandiri BSD City, membangun pusat makanan dan hiburan dengan konsep berbeda. Berlokasi di tepi Sungai Cisadane dan di tengah danau buatan, The Breeze menjadi tempat hang out di tengah suasana alam terbuka.
Pengembang Alam Sutera juga sukses membangun pusat makanan Flavor Bliss dan Mall @alamsutera. Masih di kawasan Alam Sutera, PT Kawan Lama membangun gerai terbesar Ace Hardware dan Informa yang bergabung dengan pusat makanan dan hiburan Living World. Meski lokasi berdekatan, tiga tempat ini tetap ramai. Restoran-restoran berkelas mudah ditemukan di sini.
Pengembang Summarecon Agung lebih dulu sukses membangun pusat perbelanjaan Summarecon Mal Serpong (SMS). Mal yang dibangun di tengah permukiman itu cukup jauh dari Jalan Raya Serpong, tetapi tetap ramai dikunjungi. SMS yang kini mengoperasikan mal tahap kedua itu makin berkibar. Pengunjung yang datang pada akhir pekan kesulitan mencari tempat parkir.
Gading Serpong dan Alam Sutera yang memiliki akses langsung dari Jalan Tol Jakarta-Tangerang memudahkan warga Jakarta Barat dan Cilegon menikmati hiburan akhir pekan di Serpong.
Berlimpahnya fasilitas pendukung menyebabkan harga properti di Serpong pun naik berlipat-lipat. Jika pada tahun 2003 harga rumah seluas 250 meter persegi sekitar Rp 400 juta, tahun 2013 harganya naik hingga 10 kali lipat.
Hutan karet
Tak ada yang bisa membayangkan wajah Serpong berubah drastis seperti sekarang. Sekitar 25 tahun silam, kawasan Serpong hanyalah hamparan hutan karet yang tidak produktif. Selepas maghrib, tak ada yang berani melintas di kawasan itu. Banyak begal beraksi di antara pepohonan karet tersebut.
Wajah Serpong mulai berubah ketika kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) dibangun tahun 1989. Meski saat itu akses transportasi masih minim, pembangunan yang dilakukan konsorsium pengembang yang dipimpin Ciputra merintis pengembangan Serpong.
Sempat terhenti saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, Serpong mulai menggeliat lagi tahun 2003. Sinar Mas mengambil alih kepemilikan BSD dan mengembangkan properti di kawasan ini.
Pemerintah Provinsi Banten melebarkan Jalan Raya Serpong. Di sepanjang jalan itu bermunculan toko dan pusat bisnis baru. Setelah krisis ekonomi di Indonesia berakhir, aktivitas ekonomi di Serpong menggeliat dan bergairah lagi.
Serpong pun mulai menjadi magnet baru. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri properti, berkembang pula pusat-pusat pendidikan dan bermunculan restoran serta tempat hiburan baru. Empat pengembang besar di Serpong berlomba-lomba membangun fasilitas pendukung perumahan dan apartemen yang mereka bangun.
Berbagai fasilitas yang lengkap ini membuat warga Serpong kian dimanjakan. Kalau semua sudah tersedia di dekat rumah, buat apa lagi bertandang ke Jakarta pada akhir pekan?
Namun, warga Serpong tetap harus ke Jakarta setiap hari kerja karena sebagian besar warga Serpong masih bekerja di Ibu Kota. Mungkin suatu hari nanti Serpong mampu menjadi kota mandiri dalam arti sesungguhnya. Warga bertempat tinggal, bekerja, dan menikmati akhir pekan di kota yang sama.
SUMBER: KOMPAS SIANG, SABTU 5 OKTOBER 2013
Reblogged this on Transportasi Jawa Barat.
SukaSuka