ROBERT ADHI KSP
Kasus terakhir, hari Rabu (23/10), Kanselir Jerman Angela Merkel menelepon Presiden Amerika Serikat Barack Obama setelah menerima informasi bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency/NSA) menyadap telepon selulernya.Juru bicara Merkel menyebutkan, ”Pemimpin Jerman tak bisa menerima praktik-praktik semacam ini.” Merkel meminta para pejabat AS melakukan klarifikasi sejauh mana pengawasan mereka di Jerman. (Merkel’s call to Obama: are you bugging my phone, The Guardian, 23 Oktober 2013).
Gedung Putih mengatakan, Presiden Barack Obama telah memberi tahu Kanselir Jerman bahwa mereka tidak menyadap ponselnya. ”Amerika tidak menyadap dan tidak akan menyadap hubungan komunikasi Kanselir,” kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, hari Rabu.
AS menerima kemarahan dari sekutunya menyusul terjadi penyadapan dan kegiatan mata-mata, sebagaimana diungkapkan oleh buronan Edward Snowden.
Carney kepada pers mengatakan, Washington sedang menyelidiki kekhawatiran Jerman dan Perancis serta sekutu AS lainnya atas praktik intelijen Amerika. Namun, Carney tidak menjelaskan apakah ponsel Merkel disadap pada masa lalu. (Obama says NSA not spying on Merkel’s cellphone, USA Today, 23 Oktober 2013).
Jerman menuntut ”penjelasan komprehensif sesegera mungkin” dari AS tentang apa yang disebut sebagai ”pelanggaran serius terhadap kepercayaan”.
Dalam pernyataannya, disebutkan, ”Sebagai teman dan mitra, Republik Federal Jerman dan AS memiliki hubungan selama beberapa dekade. Seharusnya telepon kepala pemerintahan tidak disadap.” Merkel memberi tahu Obama agar ”praktik-praktik semacam ini harus dicegah secepatnya”.
Presiden Obama meyakinkan Kanselir Jerman ketika dia berkunjung ke Jerman bulan Juni lalu bahwa warga Jerman tidak dimata-matai.
Pemerintah Jerman tidak menguraikan bagaimana mereka menerima informasi soal mata-mata Amerika ini. Namun, majalah berita Der Spiegel yang memublikasikan kisah berdasarkan bahan dari Edward Snowden mengatakan, informasi tersebut diperoleh dari hasil investigasi itu.
Edward Snowden adalah mantan kontraktor teknik AS dan karyawan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) yang menjadi kontraktor untuk NSA sebelum membocorkan informasi program mata-mata rahasia NSA kepada pers.
Telepon Merkel kepada Obama ini dilakukan satu hari setelah kepala intelijen AS, James Clapper, menolak laporan yang menyebutkan mata-mata AS telah merekam data dari 70 juta telepon di Perancis selama 30 hari antara 10 Desember 2012 dan 8 Januari 2013, seperti ditulis surat kabar Perancis, Le Monde, Senin 23 Oktober 2013. Clapper menyebutkan, surat kabar Perancis, Le Monde, memuat ”informasi menyesatkan”.
Presiden Perancis Francois Hollande dalam pernyataannya hari Senin lalu menyatakan telah menelepon Presiden AS Barack Obama membahas soal ini. (French Condemn Surveillance by NSA, The New York Times, 21 Oktober 2013)
Martin Luther King
Penyadapan telepon memang bukan hal baru bagi AS. Sebuah dokumen rahasia yang dipublikasikan kepada publik menyebutkan, NSA pernah menyadap Martin Luhter King, aktivis antidiskriminasi, dan juga petinju legendaris Muhammad Ali ketika masa protes Perang Vietnam tahun 1967. (NSA Spied on Martin Luther King Jr, Declassfied Documents Reveal, The Huffington Post, 26 September 2013).
Ketika itu Presiden AS Lyndon Johnson meminta NSA mencari tahu mengapa muncul banyak aksi protes atas keterlibatan AS dalam Perang Vietnam. Presiden Richard Nixon melanjutkan program ini tahun 1969, tetapi setelah pemerintahan Nixon diguncang skandal Watergate, program ini terhenti.
NSA juga pernah memata-matai sejumlah jurnalis The New York Times dan The Washington Post, juga dua anggota Kongres, senator Frank Church dari Demokrat (Idaho) dan Howard Baker dari Republik (Tennessee).
The Washington Post menerbitkan berbagai dokumen yang membuktikan NSA telah ribuan kali melanggar privasi dengan menyadap surat elektronik dan pembicaraan telepon. Media itu menganalisis audit internal NSA dan sejumlah dokumen yang dibocorkan Edward Snowden.
Dalam audit internal NSA bulan Mei 2012 disebutkan, tercatat 2.776 penyadapan ilegal dalam satu tahun.
Brasil dan Meksiko
Sejumlah sekutu AS telah menyampaikan kemarahan atas praktik intelijen AS yang terbongkar setelah dibuka Edward Snowden, mantan pegawai NSA yang membelot.
Brasil dan Meksiko sebelumnya minta penjelasan Pemerintah AS soal laporan yang menyebutkan NSA memata-matai presiden.
Presiden Brasil Dilma Roussef membatalkan kunjungan ke AS bulan Oktober ini sebagai protes atas praktik spionase elektronik yang dilakukan NSA terhadap negaranya, termasuk komunikasi elektronik di kantor kepresidenan Brasil.
Dalam pidatonya di PBB, Dilma Rousseff menolak argumen yang disampaikan AS bahwa penyadapan informasi bertujuan melindungi negara-negara dari aksi terorisme, perdagangan narkotika, dan kejahatan terorganisasi.
Pemerintah Meksiko menyebut aksi mata-mata terhadap e-mail dua presiden negara itu, yaitu Enrique Pena Nieto dan Felipe Calderon, sebagai ”hal yang tak bisa diterima”.
Kolumnis surat kabar Inggris The Guardian, Glenn Greenwald, merupakan wartawan pertama yang mengungkap dokumen-dokumen rahasia yang dibocorkan Edward Snowden pada 6 Juni lalu.
Glenn kepada TV Brasil, Globo, menyebutkan, dari informasi Edward Snowden diketahui data internet Presiden Brasil Dilma Rousseff dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto disadap NSA. NSA disebutkan menyadap program yang dapat mengakses konten internet yang dikunjungi Rousseff.
Brasil dan Meksiko sempat memanggil pulang duta besar masing-masing sebagai bentuk protes kepada AS.
Menteri Kehakiman Brasil Jose Eduardo Cardozo mengatakan, ”Jika tuduhan itu benar, praktik ini tidak dapat diterima dan merupakan bentuk serangan terhadap negara kami.”
Terorisme
Alasan yang selalu disampaikan AS, mengapa mereka melakukan penyadapan, adalah untuk mencegah aksi terorisme tidak meluas, membongkar kejahatan narkotika, dan mengungkap kejahatan terorganisasi.
Beberapa hasil sadapan intelijen AS antara lain peringatan terjadinya aksi terorisme di belahan dunia. AS memperingatkan warga negaranya untuk meninggalkan Yaman dan memicu penutupan sejumlah kedutaan besar Barat di Yaman serta misi AS di Timur Tengah dan Afrika. Peringatan itu dilakukan setelah intelijen AS menyadap percakapan telepon antarpemimpin Al Qaeda. (Euronews, 6 Agustus 2013).
CBS News menyebutkan, pemimpin Al Qaeda Ayman al Zawahiri dan pemimpin Al Qaeda di Semenanjung Arab Nasir al-Wuhayshi mendiskusikan ”sesuatu yang besar”. (US intercepted Al Qaeda communications, CBS, 6 Agustus 2013).
NSA merupakan bagian dari Departemen Pertahanan AS, hingga kini memiliki sekitar 30.000 pegawai. Didirikan 4 November 1952 oleh Presiden Harry S Truman, NSA bertugas mengumpulkan dan menganalisis komunikasi negara lain serta melindungi informasi milik AS. NSA mengumpulkan informasi intelijen dari luar negeri, terutama menggunakan kriptoanalisis.
Kegiatan NSA memang melakukan penyadapan melalui telepon, komunikasi internet, radio, dan komunikasi lainnya. NSA juga melakukan pengamanan komunikasi milik AS, mulai dari komunikasi militer, diplomatik, sampai komunikasi rahasia Pemerintah AS.
Di tengah kecaman internasional atas aksi-aksi intelijen yang dilakukan NSA, apakah para pejabat AS akan meninjau ulang cara pengumpulan informasi intelijen agar tidak merusak hubungan antarnegara?