ROBERT ADHI KSP
Bayangkan apabila jaringan internet menjangkau seluruh wilayah Indonesia hingga ke pelosok desa. Petani di pegunungan dan nelayan di pesisir menjual hasil kebun dan ikan mereka melalui transaksi ”online” dengan harga bersaing. Pelajar di pelosok desa tidak lagi ”buta” ilmu pengetahuan dan teknologi karena dapat belajar jarak jauh. Pemilu tingkat kabupaten, kota, dan provinsi, serta pemilu presiden dilakukan melalui ”e-vote”.
Impian itu tampaknya bakal terwujud. Pekan lalu, Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengeluarkan pernyataan bahwa Pemerintah Indonesia menyusun rencana induk jangka menengah-panjang pengembangan broadband di Indonesia agar jaringan internet masuk ke pelosok desa.
Jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2013, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mencapai 71,19 juta atau naik sekitar 12 persen dibandingkan dengan tahun 2012 (sekitar 63 juta). Penetrasi internet di Indonesia saat ini 28 persen dari jumlah penduduk Indonesia 248 juta.
Data Internet World Stats menunjukkan, apabila dibandingkan dengan negara-negara yang berpenduduk di atas 100 juta jiwa, penetrasi internet di Indonesia masih relatif rendah. Penetrasi internet Tiongkok 40,1 persen (dari 1,3 miliar penduduk), Amerika Serikat 78,1 persen (dari 313,8 juta penduduk), Brasil 45,6 persen (dari 193,9 juta penduduk), Jepang 79,5 persen (dari 127,3 juta penduduk), Meksiko 36,5 persen (dari 114,9 juta penduduk), dan Filipina 32,4 persen (dari 103,7 juta penduduk).
Namun, penetrasi internet di Indonesia masih lebih baik dibandingkan India 11,4 persen (dari 1,2 miliar penduduk), Pakistan 15,3 persen (dari 190,2 juta penduduk), dan Banglades 5 persen (dari 161 juta penduduk).
Ini lompatan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2000. Pada waktu itu, jumlah pengguna internet di Indonesia 2 juta orang. Dalam waktu dua windu, situasi sudah berubah drastis.
Yang masih menjadi persoalan di Indonesia adalah kecepatan internet yang kadang bikin frustrasi pengguna. Ini tantangan bagi provider dan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mewujudkan internet supercepat.
Publik juga berharap semakin banyak kota di Indonesia menyediakan akses internet gratis di ruang publik mereka, bukan hanya kota di Jawa, melainkan juga di seluruh Indonesia.
Pemanfaatan
Perkembangan teknologi yang begitu cepat kini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Bayangkan bila e-KTP terkoneksi dengan data-data lain, termasuk data kartu Indonesia Pintar dan Indonesia Sehat. Perawat dan dokter dengan mudah mengecek rekam medis pasien lewat internet.
Bayangkan pula jika pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten, kota, dan provinsi, serta pemilihan umum presiden dilakukan dengan e-vote. Semua dilakukan dengan cepat dan mudah.
Bayangkan apabila usaha kecil dan menengah di Indonesia diperkuat dengan e-commerce. Petani di pegunungan dan nelayan di pesisir memasarkan hasil kebun dan tangkapan laut mereka tanpa harus terjerat tengkulak. Usaha jasa bank dan distribusi semakin berkembang hingga ke pelosok Nusantara.
Bayangkan pula pelajar di desa-desa nun jauh di sana dapat mengakses e-book yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan mereka. Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik apabila akses internet menjangkau semua wilayah negeri.
Impian ini tampaknya akan terwujud karena presiden terpilih Indonesia Joko Widodo akan memanfaatkan internet dalam berbagai pekerjaannya.
Belum lama ini, Joko Widodo menyatakan akan melakukan blusukan di dunia maya atau ”e-blusukan”. Joko Widodo akan melibatkan masyarakat, termasuk relawan, untuk mengumpulkan data persoalan nyata yang dihadapi rakyat, misalnya informasi tentang sekolah rusak, jalan hancur, dan pungutan liar oleh oknum aparat. Laporan masyarakat itu dilengkapi dengan data lokasi (lewat global positioning system) dan menjadi masukan bagi pemerintah untuk ditindaklanjuti.
Joko Widodo juga merencanakan memanfaatkan teknologi internet dengan menerapkan e-budgeting (penyusunan anggaran secara online) di seluruh daerah di Indonesia untuk menghindari terjadinya penyelewengan anggaran. Presiden terpilih itu bahkan menginginkan semua pegawai pemerintah tidak bersentuhan dengan uang tunai. Transaksi dilakukan dengan e-payment. Ini semua untuk mencegah terjadinya suap dan korupsi.
Namun, yang harus diingat adalah wilayah Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Apabila mengacu pada data APJII, penetrasi internet di Indonesia baru 28 persen. Artinya, masih ada 62 persen rakyat Indonesia yang belum terjangkau jaringan internet.
Sungguh tantangan yang tidak mudah bagi pemerintah untuk menghubungkan semua wilayah Indonesia dengan internet. Langkah pemerintah membangun infrastruktur jaringan internet di Indonesia patut didukung.
Solusi
Belum terjangkaunya jaringan internet di wilayah seluruh dunia membuat sejumlah perusahaan global mencoba mengatasi problem ini.
Pemilik Facebook Mark Zuckenberg mengungkapkan rencana ambisiusnya menghubungkan dua pertiga dunia yang belum memiliki akses internet.
Facebook memiliki Connectivity Lab yang bekerja menggunakan pesawat nirawak, pesawat bertenaga surya dan satelit, yang bertujuan menghubungkan seluruh dunia dengan internet. Facebook sudah membeli Ascenta, pembuat pesawat nirawak di Inggris.
Google tak mau kalah dengan membeli Titan Aerospace, pembuat pesawat nirawak yang bisa terbang selama setahun tanpa harus mendapat energi baru.
Langkah Facebook dan Google ini untuk membantu agar semakin banyak warga dunia, termasuk penduduk Indonesia, dapat mengakses internet.
SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 11 AGUSTUS 2014