ROBERT ADHI KSP
Kerusuhan melanda kota Baltimore di Negara Bagian Maryland, Amerika Serikat. Ratusan orang menjarah toko-toko, membakar gedung dan kendaraan bermotor, hari Senin (27/4) waktu setempat, menyebabkan sedikitnya 15 anggota kepolisian setempat terluka.
Kerusuhan menyebar dalam waktu singkat ke bagian lain kota berpenduduk 662.104 jiwa yang berjarak 64 kilometer dari ibu kota Amerika Serikat, Washington DC. Kerusuhan itu memaksa aktivitas semua sekolah, stasiun kereta, dan perdagangan di Baltimore barat terhenti, juga membatalkan pertandingan bisbol Orioles yang seharusnya berlangsung hari Senin.
Kerusuhan pecah sekitar pukul 16.30 ET (waktu zona timur Amerika) beberapa saat setelah acara pemakaman Freddie Gray (25), seorang pemuda berkulit hitam yang meninggal dunia hari Minggu, 19 April, di tahanan polisi dengan luka pada tulang belakang. Pemakaman Gray dihadiri ribuan orang, termasuk di antaranya pejabat Gedung Putih. Presiden AS Barack Obama, seperti dilaporkan Baltimore Sun, mengirim tiga utusannya untuk menghadiri pemakaman Gray. Gray ditangkap pada 12 April pagi ketika sedang berjalan di Presbury Street di wilayah Sandtown di Baltimore.
Setelah kematian Gray, massa melakukan aksi protes damai. Massa meminta polisi melakukan investigasi dan menjelaskan hasilnya secara transparan kepada publik.
Komisioner kepolisian Baltimore, Anthony Batts, Jumat (24/4) pekan lalu, menjelaskan, Gray seharusnya menerima perawatan medis sebelum ditangkap polisi. Batts menegaskan, tak satu anggotanya pun melakukan kekerasan terhadap Gray. Enam polisi sudah diperiksa dalam kasus ini.
Kematian Gray memang menyisakan misteri. Tak jelas mengapa polisi menangkap Gray. Menurut otoritas kota, seorang polisi melakukan kontak mata dengan Gray dan saat itu Gray berusaha lari. Polisi menangkap Gray dan menemukan sebilah pisau Namun, ”Kita tahu bahwa memiliki pisau bukanlah sebuah kejahatan serius,” kata Wali Kota Baltimore Stephanie Rawlings-Blake, seperti dikutip The Atlantic, ”The Mysterious Death of Freddie Gray” (22/4).
Stephanie Rawlings-Blake dan Dewan Kota mengecam aksi perusuh dan penjarah yang mengaitkan peristiwa itu dengan aksi protes damai mendukung Gray sebelumnya. Kerusuhan ini, kata Rawlings-Blake, tidak diinginkan keluarga Gray.
”Saya lahir di Baltimore,” kata Rawlings-Blake dalam jumpa pers hari Selasa. ”Sudah banyak yang dihabiskan warga dari setiap generasi untuk membangun kota ini, lalu dihancurkan begitu saja oleh preman-preman dengan cara yang tidak masuk akal,” ujarnya. ”Sungguh bodoh apabila ada yang beranggapan bahwa dengan menghancurkan kota Anda sendiri, kalian akan membuat hidup siapa pun menjadi lebih baik,” ujar Rawlings-Blake, wali kota perempuan berkulit hitam.
Wali Kota Baltimore itu mengumumkan jam malam sejak Selasa (28/4) selama sepekan ke depan, dari pukul 22.00 hingga pukul 05.00. Yang mendapat pengecualian hanyalah petugas medis dan orang-orang yang bekerja.
Gubernur Negara Bagian Maryland Larry Hogan mengumumkan bahwa wilayah itu dalam keadaan darurat dan mengaktifkan Garda Nasional (National Guard) untuk memadamkan api serta menghadapi para perusuh dan penjarah. Beberapa perusuh dengan menggunakan tongkat bisbol menghancurkan jendela mobil-mobil yang diparkir di sejumlah hotel di kota itu.
https://twitter.com/LarryHogan/status/593118987069829120
Topik tren dunia
Kerusuhan Baltimore mendapat perhatian dari pengguna jejaring sosial, Twitter. Tagar #BaltimoreRiots berada di puncak topik tren sejak Selasa pagi WIB. Sampai siang ini, tercatat 708.172 cuitan di Twitter yang memasang tagar #BaltimoreRiots.
Sebagian besar pengguna Twitter mengecam aksi kerusuhan dan penjarahan di kota tersebut. Chris Rock, misalnya, memasang foto hitam putih ketika tokoh anti diskriminasi Martin Luther King berjalan kaki melakukan aksi protes damai.
https://twitter.com/Know/status/593165538706132992
Kepolisian Baltimore meminta bantuan media untuk mengingatkan para orangtua agar membawa kembali anak-anak mereka ke rumah. Sebagian besar pelaku berusia remaja. ”Kami tidak ingin ada yang menjadi korban,” demikian cuitan Twitter kepolisian Baltimore @BaltimorePolice.
https://twitter.com/BaltimorePolice/status/593189564468097025
Konflik antara polisi dan warga berkulit hitam sering menjadi topik bahasan di AS. Hubungan bermasalah yang sering terjadi antara masyarakat Baltimore berkulit hitam dan kepolisian setempat—meskipun wali kota dan komisioner polisi adalah keturunan Amerika-Afrika—menunjukkan betapa rasisme merupakan problem sistemik. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana sistem peradilan di AS secara keseluruhan memperlakukan orang berkulit hitam. Sering kali polisi mencari setiap orang berkulit hitam dengan celana menggantung dan menganggap mereka tersangka. Polisi menghentikan mereka tanpa alasan.
https://twitter.com/rmarmstrong88/status/593132729199370240
Angka yang dirilis Bureau of Justice Statistics, sedikitnya 400 orang tewas setiap tahun ketika ditangkap polisi dan 6 dari 10 kematian itu karena pembunuhan. Tidak sedikit kasus yang menyisakan pertanyaan. Pada 2013, misalnya, seorang remaja asal Durham, North Carolina, AS, bernama Jesus Huerta meninggal dunia akibat luka tembak di kepala saat sedang diborgol di belakang mobil polisi.
Pada 9 Agustus 2014, polisi menembak mati remaja berkulit hitam, Michael Brown (18), di kota Ferguson berpenduduk 21.000 jiwa di Negara Bagian Missouri. Brown disebutkan ditembak beberapa kali setelah berkelahi di sebuah mobil polisi. Namun, seorang saksi mengatakan, Brown ditembak dalam keadaan mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Penembakan itu memicu aksi kekerasan dan kerusuhan. Setelah polisi penembak dinyatakan tidak akan didakwa, kerusuhan di Ferguson pecah lagi.
Kasus-kasus rasial antara warga berkulit putih dan berkulit hitam masih terus terjadi di AS meskipun negara demokrasi ini dipimpin seorang presiden berkulit hitam. Kondisi ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminasi masih belum dapat dihapuskan dari negeri ini.
https://twitter.com/ConspiringWorld/status/593226455158521857
Namun, seperti kata pejuang hak asasi manusia Martin Luther King, ”kekerasan bukanlah jalan untuk mencapai keadilan rasial karena kekerasan merupakan perbuatan tak bermoral dan tak berguna, yang pada akhirnya merusak semuanya. Hukum lama yang menyebutkan mata diganti dengan mata menyebabkan banyak orang menjadi buta. Itu hanya mempermalukan lawan daripada memahami lawan. Kekerasan merupakan perbuatan tak bermoral karena hanya menebar kebencian dan menghancurkan masyarakat.”
Kekerasan di Baltimore, Ferguson, dan di mana pun tidak akan menyelesaikan masalah apa pun, selain hanya menyisakan kehancuran dan kebencian.
SUMBER: SUDUT PANDANG, KOMPAS SIANG DIGITAL, KOMPAS PRINT.COM, SELASA 28 APRIL 2015