ROBERT ADHI KSP
Suasana panggung musik di The Breeze di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, Minggu (10/5), meriah dengan kostum merah. Malam itu komunitas “country line dance” berdansa bersama menikmati musik country yang dimainkan grup band The Old Friends pimpinan Yunus Hidayat.
Lagu-lagu bernuansa country, baik yang khas Amerika maupun Indonesia, dinyanyikan Yunus, Pingky Warouw dan Vera. Lalu-lagu itu mulai dari “Living on Love”, “Achy Breaky Heart”, “Jambalaya”, hingga “Bengawan Solo” dan “Balada Pelaut”. Lagu-lagu berirama cepat ataupun lambat itu mengiringi langkah-langkah para pedansa.
Salah satu pedansa yang aktif adalah Tanto Juk (65). Pengusaha ini bersama istrinya selalu tampil dengan kostum khas country, topi koboi, kemeja kotak-kotak jins, dan sepatu bot. Tanto berkeliling ke tempat-tempat yang menggelar dansa di Serpong dan Jakarta.
Sejak aktif dalam komunitas line dance tahun 2006, Tanto mengaku mendapat sejumlah manfaat, tubuhnya lebih sehat bugar karena sering bergerak dan daya ingatnya lebih baik karena melakukan line dance melatih daya ingat. “Itu membuat saya lebih segar dan merasa awet muda,” katanya.
Dia mengajak siapa pun juga yang senang berdansa untuk bergabung dalam komunitas line dance. Kegiatan ini tidak hanya terbatas untuk mereka yang berusia di atas 50 tahun, tetapi juga yang berusia di bawah 50 tahun bisa ikut bergabung.

Komunitas Country Line Dance sudah terbentuk sejak tahun 2001. Komunitas ini berawal dari Country Music Club of Indonesia (CMCI) yang tampil di TVRI. Kini komunitas ini sudah berkembang ke sejumlah kota di Indonesia dengan 33 cabang.
Saat diberi kesempatan tampil di TVRI tahun 2001, kata Tanto, komunitas ini mendapat respons positif dari publik. Sejak itu makin banyak yang menggemari komunitas ini.
“Bedanya dengan line dance lainnya, Country Line Dance memiliki entakan yang lebih keras,” kata Pingky Warouw (63), yang awalnya bermain di The Cowboys.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam line dance sama dengan berolahraga tanpa ada rasa jenuh. Hal ini berbeda jika kita masuk ke ruang pusat kebugaran. Artinya, sambil berdansa, kita menikmati lagu sekaligus berolahraga.
PINGKY WAROUW
Saat itu, seiring dengan maraknya lagu “Achy Breaky Heart”, komunitas ini makin diminati. Kini jumlah anggota CMCI di Jakarta dan Bodetabek mencapai 2.000 orang.
“Kenapa komunitas ini digemari? Karena seperti saya yang sudah ber-KTP seumur hidup, ber-line dance itu enak banget. Apalagi dengan musik country karena komunitas country memang sudah ada. Kita bisa bersosialisasi dan punya banyak teman,” kata Pingky.
Gerakan-gerakan yang dilakukan, kata Pingky, sama dengan berolahraga tanpa ada rasa jenuh. Hal ini berbeda jika kita masuk ke ruang pusat kebugaran. “Artinya, sambil berdansa, kita menikmati lagu sekaligus berolahraga,” katanya.
Selain itu, melakukan line dance tidak membutuhkan pasangan. Meskipun suami Pingky tidak senang berdansa, dia tetap bisa memuaskan hobinya berdansa.
Bahkan, tambah Daisy (52), salah satu anggota komunitas yang memiliki murid 50 orang ini, mengajar langkah-langkah line dance mendapat dua manfaat sekaligus. Pertama berbagi ilmu, sekaligus meningkatkan kelenturan dan tetap mengingat gerakan-gerakan yang ada.
“Saya sudah membuktikan, ber-line dance bermanfaat bagi kesehatan, kebugaran tubuh, dan daya ingat otak. Ditambah lagi menambah teman dan sahabat. Pedansa itu dituntut menghafal langkah-langkah dengan benar,” kata Daisy.
Hal itu juga dirasakan Elfrida yang mendalami line dance sejak 2007. Menurut Elfrida, dansa ini merupakan olahraga yang murah meriah. “Kita tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk berdansa. Jika ikut country line dance, kita cukup mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana jins, sama dengan pakaian sehari-hari,” katanya.
Selain sering mendatangi tempat-tempat yang menggelar acara dansa, saya juga membuka kelas untuk mereka yang berminat belajar. Saya meningkatkan pengetahuan dalam line dance dengan rutin mengikuti acara workshop internasional yang menghadirkan koreografer dansa kelas dunia.
ULI ELFRIDA
Selain sering mendatangi tempat-tempat yang menggelar acara dansa, Elfrida juga membuka kelas untuk mereka yang berminat belajar. Dia meningkatkan pengetahuan dalam line dance dengan rutin mengikuti acara workshop internasional yang menghadirkan koreografer dansa kelas dunia.
Risikonya kecil
Di mal TransMart di kawasan Cikokol, Kota Tangerang, Jumat (8/5) malam, pedansa-pedansa yang tergabung dalam Ikatan Langkah Dansa Indonesia (ILDI) tengah asyik berdansa mengikuti irama lagu yang dimainkan grup band G-Pro pimpinan Gerard.
Sebagai pemimpin band yang selalu mengiringi komunitas dance ini, Gerard tahu persis perkembangan komunitas ini dari waktu ke waktu. Komunitas ini bukan hanya dominasi kaum perempuan, melainkan juga para pria.
Minat masyarakat ber-line dance sangat besar, apalagi di Tangerang. Daripada mengikuti senam aerobik yang high impact, banyak yang memilih ber-line dance karena low impact. Selain mudah, happy, fun, dan melatih motorik
ATIT SRI
Pengurus ILDI Tangerang, Atit Sri, mengakui, minat masyarakat ber-line dance sangat besar, apalagi di Tangerang. “Daripada mengikuti senam aerobik yang high impact, banyak yang memilih ber-line dance karena low impact. Selain mudah, happy, fun, dan melatih motorik,” katanya.
Sri Mei Lestari, Kepala Bidang Diklat dan Pengembangan ILDI, mengatakan, perkembangan line dance di Indonesia diiringi juga perkembangan koreografer tarian lagu-lagu tradisional. Sri menciptakan beberapa koreografi dansa lagu-lagu daerah, seperti “Lenggang Kangkung”, “Ayam den Lapeh”, dan “Bareh Solok”.
Selain country, musik lain yang juga biasa menjadi wahana bagi komunitas line dance berkumpul adalah oldies (evergreen). Sejak 2007, grup band Abadi Soesman yang tampil setiap Minggu mulai pukul 21.30 hingga tengah malam di Downtown Walk Summarecon Mal Serpong ramai dikunjungi sejumlah komunitas.
Abadi Soesman dan grup bandnya juga tampil di The Breeze setiap Kamis malam. Penikmat musik masa lalu itu selalu menyempatkan datang. Mereka tampaknya tak pernah bosan meski lagu-lagu yang dinyanyikan Abadi Soesman selalu sama. Sejumlah komunitas line dance datang meramaikan suasana, tidak hanya dari Tangerang, tetapi juga khusus datang dari Jakarta.
“Kepedulian pemilik tempat-tempat nongkrong seperti SMS juga ikut membantu menggairahkan musik di kawasan ini,” kata Abadi.
Berkat dansa, banyak orang menjadi lebih sehat, lebih bugar, dan makin awet muda. Happy, healthy, fun.
Hingga menjelang tengah malam, Abadi Soesman dan kawan-kawannya menghibur penikmat musik “jadul”.
Berkat dansa, banyak orang menjadi lebih sehat, lebih bugar, dan makin awet muda. Happy, healthy, fun. Nah, Anda berminat bergabung?
SUMBER: GAYA HIDUP, KOMUNITAS, HARIAN KOMPAS, SELASA 19 MEI 2015