
ROBERT ADHI KSP
Marcus Rashford kembali menjadi pahlawan Manchester United setelah mencetak gol kedua The Red Devils pada menit ke-87 dan memastikan Setan Merah menang 2-1 atas Paris Saint-Germain dalam laga perdana Liga Champions (Grup H) di Stadion Parc Des Princes, Paris, Rabu (21/10/2020) dinihari WIB.
Delepan belas bulan yang lalu, pada Maret 2019, Rashford juga menjadi pahlawan MU ketika mencetak gol dari titik penalti ke gawang PSG di Parc Des Princes pada injury time, yang membuat The Red Devils menang 3-1 atas PSG dalam babak 16 besar Liga Champions musim 2018/2019. Padahal dalam laga pertama di Old Trafford, MU menderita kekalahan 0-2 dari PSG. Kemenangan 3-1 atas PSG di Paris membuat Setan Merah menyingkirkan PSG dan melaju ke babak Delapan Besar (perempat final).
“Tentu saja kemenangan kali ini (Oktober 2020) berbeda dengan kemenangan sebelumnya karena pertandingan ini dilakukan pada awal babak penyisihan grup. Kemenangan MU atas PSG pada Maret 2019 berbeda euforianya dengan kemenangan saat ini, di mana tak ada fans yang datang ke Paris, dan tak ada yang melakukan selebrasi di sini. Tapi yang pasti, kami menang atas tim yang fantastis,” ungkap Ole Gunnar Solskjaer seusai pertandingan dalam wawancara dengan MUTV, Rabu WIB.

Bagi MU, kemenangan atas PSG merupakan kemenangan tandang ke-10 dalam semua kompetisi sepanjang tahun 2020, dan ini sejarah baru bagi The Red Devils.
Sebaliknya, bagi PSG, kekalahan 1-2 dari MU merupakan kekalahan pertama Paris St-Germain dari 25 pertandingan pada babak penyisihan grup di Liga Champions, sejak kalah 1-3 dari CSKA Moskow, Desember 2004 silam.
Sejak PSG kembali bermain di Liga Champions pada 2012, tim ini hanya empat kali kalah dalam laga kandang, dua di antaranya kalah dari MU di bawah Ole Gunnar Solskjaer (Maret 2019 dan Oktober 2020). Dua kekalahan lain yang diderita PSG di Parc des Princes adalah saat menjamu Barcelona (2015) dan Read Madrid (2018). Sejauh ini, belum pernah ada klub lain yang mengalahkan PSG dua kali di Paris seperti yang dilakukan ManUnited di bawah Ole.
Fokus dan Berkonsentrasi
Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer memuji anak-anak asuhannya yang bermain excellent. “Saya harus mengatakan, mereka sungguh-sungguh fokus dan berkonsentrasi pada tugas dan tanggung jawab masing-masing, dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Saya pikir kami memang pantas menang,” kata Ole.
Ole menilai anak-anak asuhannya dapat bermain dengan baik dan mereka menikmati permainan. “Mereka bermain sesuai dengan apa yang diharapkan. Semua kredit diberikan kepada mereka semua. Sikap, kerja keras. Anda tahu, semangat tim menjadi fantastis sejak mereka kembali dari jeda internasional. Saya bahagia sekali,” katanya.
Untuk mengalahkan PSG, Ole mengatakan, “Tak ada rahasia. Anda harus bermain baik dan bertahan dengan baik. PSG adalah tim yang fantastis, salah satu yang terbaik di Eropa, didukung para pemain top.”
Performa pemain belakang MU, Axel Tuanzebe dan Alex Telles, dinilai sangat mengesankan.
“Kita tahu Axel Tuanzebe mampu berlari dan menjaga Kylian Mbappe. Padahal Tuanzebe tidak bermain dalam 10 bulan terakhir ini. Pertandingan terakhirnya saat MU menang atas Colchester. Sungguh performa yang tak dapat dipercaya. Dia hanya berlatih beberapa minggu terakhir tapi dia cepat menyesuaikan diri. Dia memulai ini dari Akademi MU, dan kita tahu dia akan menjadi pemain top MU. Dia menemukan karakter dan sikap apa yang seharusnya pemain MU miliki. Jelas ini menunjukkan kualitas yang dimiliki Axel Tuanzebe,” ungkap Ole.
“Axel Tuanzebe unbelievable. Dia sungguh luar biasa. Dia melewati masa sulit (akibat cedera) tetapi kini dia menunjukkan dia kapabel bermain dalam pertandingan penting dan besar,” kata kiper MU, David De Gea, yang juga memuji para pemain belakang MU lainnya. “Mereka menghadapi pemain-pemain hebat PSG. Ini bukan hal yang mudah, tetapi mereka menjaga pertahanan MU dengan sangat baik,” papar De Gea.
Ketika MU dilatih Jose Mourinho, Axel Tuanzebe kurang dilirik, malah ditawarkan sebagai pemain pinjaman ke beberapa klub. Tetapi setelah MU dilatih Ole Gunnar Solskjaer, Tuanzebe menjadi pilihan utama. Ole mempercayainya dan kepercayaan itu dibayar Tuanzebe dengan penampilan heroiknya saat bertandang ke kandang PSG.
“Ole meyakini Tuanzebe dapat menjadi pemain yang diharapkannya. Dia sangat potensial menjadi pemain berkelas seperti Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic (asal Serbia),” tulis The Athletic.
Tentang debut Alex Telles bersama Manchester United, Ole menilai, penampilan pemain asal Brasil ini sangat mengesankan. Telles bermain pada posisi sayap kiri belakang, bersama tiga pemain belakang MU lainnya.
Telles juga bertugas melakukan sepak pojok dan mengoper bola ke dalam kotak penalti. Telles bisa jadi salah satu pemain terbaik yang ditransfer tepat pada batas tenggat waktu.
“Anda tahu ketika Anda berhadapan dengan tim yang didukung pemain top dan berkualitas seperti Neymar dan Mbappe, Anda harus memiliki pertahanan yang kuat. David De Gea beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang,” ungkap Ole.
Pada menit ke-11 misalnya, De Gea menyelamatkan gawang MU dari tendangan Angel Di Maria. Beberapa detik kemudian, gawang MU diteror PSG dan De Gea kembali menyelamatkan gawangnya dari Layvin Kurzawa. De Gea juga menyalamatkan gawangnya dari serangan Kylian Mbappe.
Penalti Bruno
Pada menit ke-20, Anthony Martial meliuk-liuk di dalam kotak penalti. Pemain PSG asal Portugal, Danilo Pereira, mendorong Martial hingga terjatuh. Wasit memberi hadiah penalti untuk MU. Awalnya Bruno gagal mengeksekusi tendangan penalti karena bola ditepis Keylor Navas. Wasit kemudian meminta tendangan diulangi karena menurut VAR, Navas, melakukan pergerakan lebih dahulu, Bruno akhirnya berhasil mengeksekusi tendangan penalti ulangan. Bruno Fernandes membuktikan bahwa dia pantas menggunakan tanda kapten.
Kegagalan mengeksekusi penalti (dua kali dalam sepekan terakhir ini) tidak membuat Bruno Fernandes terhenti. “Dia harus tetap fokus, berkonsentrasi, dan berkarakter. Bruno menunjukkan kembali kualitasnya ketika mengeksekusi ulang tendangan penalti,” papar Ole.
Sejak debutnya bersama MU pada Februari 2020 lalu, Bruno Fernandes terlibat dalam 27 gol (16 gol dan 11 asis), jumlah ini terbanyak dibandingkan pemain Liga Inggris mana pun juga.
Bruno Fernandes mencetak 11 dari 12 penalti untuk MU, terbanyak dibandingkan pemain yang bermain di liga-liga di Eropa pada waktu yang sama.
Sejak awal musim lalu, MU mendapat 27 hadiah penalti, dan 22 di antaranya berbuah gol. Ini jumlah tertinggi dalam liga-liga di Eropa (Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Spanyol).
Gol Bunuh Diri Martial
Pada menit ke-55, Anthony Martial melakukan blunder setelah bola yang ditanduk dengan kepalanya dari sepak pojok, malah masuk ke gawang MU, tanpa bisa dicegah De Gea. Skor berubah menjadi imbang 1-1.
Anthony Martial menjadi pemain kedua Perancis yang mencetak gol bunuh diri dalam Liga Champions, saat berhadapan dengan klub Perancis. Sebelumnya, Jeremy Mathieu yang bermain untuk Barcelona juga mencetak gol bunuh diri pada April 2015 saat Barca berhadapan dengan PSG.
Gol bunuh diri Martial merupakan gol bunuh diri ke-9 Manchester United dalam Liga Champions, terbanyak dibandingkan klub-klub lainnya.
Gol Rashford Penentu Kemenangan MU
MU tidak patah semangat. Anak-anak asuhan Ole terus melakukan serangan ke gawang PSG, dan juga mematahkan serangan Neymar dan Mbappe. Pada menit ke-87, Paul Pogba —yang masuk menggantikan Alex Telles, memberi asis ke Marcus Rashford. Bola digiring Rashford dan tepat dari garis kotak penalti, Rashford menendang bola mendatar dengan kaki kanannya ke sudut kanan gawang, tanpa dapat dijangkau Keylor Navas. Skor berubah 2-1.
“Saya pikir MU menciptakan banyak peluang. Dan salah satu peluang itu dijadikan gol oleh Rashford menjelang pertandingan usai,” kata Ole.
Ole mengungkapkan, kemenangan 2-1 atas PSG dalam pertandingan pertama di Grup H merupakan awal yang baik bagi MU. The Red Devils membutuhkan minimal 10 poin untuk bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions, dan kemenangan atas PSG telah menyumbang tiga poin untuk MU. “Pertandingan pekan depan melawan Leipzig akan menjadi laga sangat, sangat penting bagi kami. Kami yakin sudah kembali dalam bentuk permainan MU sesungguhnya,” ujar Ole.

Pelatih MU asal Norwegia ini berani melakukan perubahan pada laga perdana Liga Champions, Ole membangkucadangkan Paul Pogba dan memasang Fred dan Scott McTominay. Ole tidak salah. Fred, pemain asal Brasil, dan McTominay, pemain asal Skotlandia ini bermain cantik di lapangan tengah dan selalu mementahkan serangan gelandang dan penyerang PSG.
Menurut Ole, “Jika Anda memiliki talenta dengan fisik dan teknik yang sedang-sedang saja, tapi para pemain itu fokus dan berkonsentrasi dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, maka Anda akan mendapatkan performa seperti ini.”
Ole sangat jeli melihat para pemain yang energik, berdedikasi, berkomitmen, dan mampu berlari cepat, karena mereka sanggup menahan pemain-pemain top PSG. Fred dan McTominay adalah tackler terbaik. McTominay seperti juga Fred memiliki kemampuan pass yang baik. Keduanya bekerja keras, bergerak sangat cepat untuk menutup serangan PSG.
Ole mengakui, penampilan MU kali ini lebih baik dibandingkan ketika MU menang 3-1 atas PSG pada Maret 2019 lalu. “Penampilan MU kali ini menunjukkan MU telah berkembang. Scott (McTominay) dan Fred tampil prima. Mereka dalam performa terbaik saat ini. Mereka bermain dengan sangat baik saat MU bertandang ke kandang Newcastle dan saat bermain di Paris,” papar Ole.
Kecepatan berlari para pemain MU saat berhadapan dengan PSG dinilai blogger pencinta MU, Debo Adeoye, sangat excellent. Luke Shaw, Axel Tuanzebe bergerak lebih cepat untuk mengejar pemain-pemain PSG. Demikian juga Marcus Rashford, Alex Telles, dan Bruno Fernandes. “Pertahanan MU relatif kuat karena gelandang dan penyerang bekerja sama dengan baik, kecuali Anthony Martial yang cenderung ‘malas’,” komentar Adeoye.

Rio Ferdinand: Performa “First Class” MU
Mengomentari kemenangan Manchester United atas PSG, mantan pemain belakang Manchester United, Rio Ferdinand mengatakan, “Ini sungguh kemenangan fantastis. Banyak hal negatif di seputar Manchester United. Tapi ini sungguh performa first class. Para pemain tampil dengan kepercayaan diri yang besar.”
Berbicara di BT Sport usai laga PSG vs MU di Paris, Rio menilai, “Para pemain Setan Merah bertanggung jawab atas posisi masing-masing, menutupi posisi, mengisi celah, ingin berada di daerah pertahanan, membantu pertahanan. Ini yang belum banyak kita lihat pada awal musim.”
Sementara itu mantan pemain MU, Darren Fletcher dalam wawancara dengan BT Sport, menilai Bruno Fernandes yang berperan sebagai kapten MU saat berhadapan dengan PSG, dapat menjadi ‘Eric Cantona’ atau ‘Cristiano Ronaldo’ di masa depan. Bruno tetap tenang ketika tendangan penalti ditepis kiper lawan — penalti itu kemudian diputuskan wasit untuk diulang akibat kesalahan kiper PSG. Pada tendangan penalti ulangan, Bruno menendang bola ke arah yang sama dengan tendangan pertama, tetapi kali ini kiper Navas bergerak ke arah sebaliknya.
Ketika akhir pekan lalu, tendangan penaltinya ditahan oleh kiper Newcastle United, Karl Darlow, dalam Liga Inggris, Bruno Fernandes memberi selamat kepada kiper tersebut. Tetapi Bruno tak berhenti berupaya mencetak gol. Dan upaya itu akhirnya berbuah gol pada menit ke-86, setelah Bruno menerima asis dari Marcus Rashford.
Mentalitas dan sikap seperti ini dibutuhkan pemain MU agar bisa tumbuh menjadi pemain besar.
Peter Schmeichel: Strategi dan Taktik Ole di Jalan yang Benar
Pemain legendaris MU, Peter Schmeichel memuji taktik Ole Gunnar Solskjaer saat bertandang ke kandang PSG dan melukiskan kemenangan 2-1 atas finalis Liga Champions musim lalu itu sebagai “langkah raksasa dalam arah yang benar”.
Pertandingan di stadion Parc des Princes itu tertutup menyusul larangan berkumpul akibat pandemi Covid-19. Kiper legendaris MU asal Denmark itu salah satu yang beruntung dapat menyaksikan langsung laga tersebut sebagai bagian dari pekerjaanya sebagai reporter TV Denmark.
Schmeichel terkesan dengan keputusan Ole yang memainkan tiga bek Axel Tuanzebe, Victor Lindelof, dan Luke Shaw, bersama Aaron Wan-Bissaka dan Alex Telles yang berperan penuh sebagai pemain belakang. Schmeichel menilai Ole pantas mendapatkan kredit atas upayanya mengelola pemain MU di Paris.
Ole tak hanya berhasil saat memulai pertandingan, tetapi juga memanfaatkan waktu 20 menit tersisa dengan mengubah sistem dan kinerja kepelatihannya menjadi benar-benar tepat. Ini terlihat seperti tiga pemain di belakang, kemudian lima pemain di lini tengah. Tetapi kenyataannya, lima pemain berada di belakang dan dua tepat di depan mereka yaitu Fred dan McTominay.
“Dalam dua puluh menit tersisa, Ole menempatkan Paul Pogba untuk menjaga bola, dan memang MU yang mengendalikan permainan dalam 20 menit terakhir. Saya pikir Ole melakukan ini dengan sangat baik,” ungkap Schmeichel.
Tulang punggung kemenangan ManUnited atas PSG adalah pertahanan yang solid. “Sungguh performa yang fantastis. Penjaga gawang David De Gea bermain dengan luar biasa. Wan-Bissaka dan Tuanzebe pun menyulitkan penyerang-penyerang terbaik di dunia yang dimiliki PSG. Di depan, MU memiliki Marcus Rashford yang mampu membuktikan dia penyerang terbaik The Red Devils,” katanya.
Schmeichel bersemangat melihat pemain-pemain muda yang dipercaya Solskjaer dan berharap mereka bermain konsisten. “Anda berharap kemenangan ini akan memberi kepercayaan diri para pemain. Saya tidak berpikir, anak-anak muda ini akan terbawa suasana. Ini skuad pemain yang sangat, sangat muda, dengan manajer yang sangat berpengalaman, yang akan memberi tahu mereka bahwa malam ini malam yang baik. Dan ini harus dapat diulangi saat MU menjamu Chelsea dalam empat hari ke depan, dan saat MU ke kandang Leipzig dalam satu pekan ke depan,” papar Schmeichel.
Peter Schmeichel yang pernah bersama Ole Gunnar Solskjaer, Teddy Sheringham, Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes dll saat MU dilatih Alex Ferguson meraih juara Liga Champions musim 1998/1999 ini percaya MU terus berproses dan masih ada beberapa cara untuk membuat tim ini maju di semua kompetisi. “Yang pasti, malam ini performa MU sangat fantastis dan langkah Ole sudah berada di jalan yang benar,” tandasnya.
Editor United We Stand, Andy Mitten, yang menulis untuk The Athletic dan beberapa media lainnya mengatakan, “Saya paham tim MU dalam masa transisi. MU berada di kandang salah satu tim terbaik di dunia untuk menyerang mereka, dan sistem MU berfungsi dengan baik. Saya baru saja menyaksikan Axel Tuanzebe mengejar Neymar dan memenangkan bola, padahal kita tahu dia tidak memainkan bola hampir satu tahun terakhir. Ini luar biasa,” kata Andy Mitten.
“Sungguh menggembirakan menyaksikan ManUnited bermain dengan penuh percaya diri, dan sepertinya mereka sangat menikmatinya. Alex Telles tampaknya pemain sayap yang dibeli untuk bermain di Liga Champions. Dia tahu bagaimana mengalirkan bola. Kita harus memberi Telles waktu untuk beradaptasi. Tapi saya melihat dia menguasainya hanya dalam beberapa menit,” ungkapnya.
Manchester United dalam pertandingan berikutnya pada babak penyisihan grup Liga Champions, akan menjamu RB Leipzig di Old Trafford, Kamis 29 Oktober. Setelah itu akan bertandang ke Istanbul, pada Kamis 5 November, untuk menghadapi juara Liga Turki musim lalu, Istanbul Basaksehir. MU akan kembali menghadapi Istanbul Basaksehir di Old Trafford pada Rabu 25 November, menjamu PSG di Old Trafford pada Kamis 3 Desember, bertandang ke kandang Leipzig pada Rabu 9 Desember.
Apakah Ole Gunnar Solskjaer mampu membawa Manchester United kembali ke masa kejayaan seperti pada Liga Champions musim 1998-1999 dan musim 2007-2008 di mana MU meraih juara? Perjalanan masih panjang. Waktu yang akan membuktikannya.
ROBERT ADHI KSP, pendukung sejati Manchester United. Diolah dari berbagai sumber: manutd.com, Manchester Live, BBC Sport, OneFootball, YouTube Manchester United, Instagram @ManchesterUnited, Twitter @ManUtd
Catatan: Tulisan ini diperbarui, Kamis 22 Oktober 2020