Jackie Chan

ROBERT ADHI KSP

Jackie Chan adalah salah satu legenda film Hongkong yang sukses menembus Hollywood. Melalui film-film ”action” yang menonjolkan seni bela diri, Jackie membius penonton dunia. Dia lebih suka melakukan sendiri aksi ”stunt” dalam film-filmnya, yang sering kali menyebabkan dirinya cedera.

Sukses yang diraih Jackie Chan tidak dicapai dengan mudah. Sebelum berhasil menembus Hollywood, Jackie beberapa kali gagal. Film Battle Creek Brawl (1980), The Cannonball Run (1981) yang dibintanginya bersama Burt Reynolds, Roger Moore, dan Dean Martin, serta The Protector (1985) yang dibintanginya bersama Danny Aiello tidak terlalu direspons penonton Amerika Serikat. Namun, Jackie tidak pernah menyerah. Dia mencoba dan mencoba lagi sampai akhirnya filmnya, Police Story (1985), mulai diterima. Kuncinya adalah kombinasi antara action dan komedi.

”Hollywood peduli tentang komedi, hubungan dengan orang lain, dan banyak hal lain, bukan sekadar adegan action. Sementara dalam industri film Hongkong, kami langsung masuk pada adegan stunt dan action. Jadi, ketika membuat film agar sukses di AS dan Hongkong, saya menyerap hal baik dari Hollywood setengahnya dan mengambil hal baik dari Hongkong setengahnya,” kata Jackie.

Film-filmnya sering dibumbui humor dengan aksen Tiongkok. Dia lebih suka bermain film action dengan bumbu humor. Selain berkat kerja kerasnya, kesuksesan film-film Jackie di AS juga karena kombinasi action dan humor. Film Hung fan kui (1995) atau Rumble in the Bronx, misalnya. Meski lokasi shooting-nya di Kanada, film itu tetap sukses di AS. Inilah formula sukses film Jackie di AS.

Siapa bintang film yang menjadi role model Jackie? ”Charles Chaplin, Buster Keaton, dan Harold Lloyd sangat besar artinya bagi saya. Mereka idola saya ketika saya masih kecil. Mereka lebih berarti dibandingkan bintang bela diri mana pun,” ungkap Jackie. Film-film favoritnya antara lain Gone with the Wind (1939), Singin’ in the Rain (1952), dan The Matrix (1999).

Jackie lebih sering bermain sebagai orang baik kecuali dalam Ru jing cha (1974) atau Rumble in Hongkong.

Dia sering berperan sebagai anggota polisi. ”Kalau tidak menjadi aktor, saya menjadi seorang anggota polisi,” katanya.

Jackie Chan lahir pada 7 April 1954 di Victoria Peak, Hongkong, dari pasangan Charles dan Lee-Lee Chan. Namanya waktu lahir adalah Kong-san Chan. Dia juga memiliki nama panggilan Y’uen Lo, Sing Lung, dan Pao Pao. Kong San berarti ’lahir di Hongkong’.

Nenek moyangnya berasal dari kota pelabuhan Ningbo di Teluk Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Pada awal 1960-an, ayah dan ibu Jackie pindah ke Canberra, Australia, untuk bekerja di Kedutaan Besar AS di Canberra. Di kota itulah, dia pertama kali dipanggil dengan nama Jackie oleh para pekerja konstruksi yang tidak bisa mengucapkan nama aslinya. Nama Jackie kemudian digunakannya sampai sekarang.

Ketika tinggal di Canberra, Jackie muda tidak terlalu berhasil dalam pendidikannya sehingga ayahnya mengirimnya kembali ke Hongkong untuk belajar di China Drama Academy, salah satu sekolah Opera Beijing.

Di sana, Jackie unggul dalam bidang akrobatik, menyanyi, dan seni bela diri, bahkan menjadi anggota Seven Little Fortunes. Jackie memulai persahabatan panjang dengan teman bela dirinya, yaitu aktor Sammo Kam-Bo Hung dan Biao Yuen, juga dengan Corey Yuen, Wah Yuen, dan Yuen Man Meng.

Jackie kembali ke Canberra untuk mengunjungi orangtuanya dan sempat bekerja di sana. Namun, kemudian dia kembali ke Hongkong karena cita-citanya adalah menjadi bintang film action. Di kota kelahirannya itulah, Jackie mulai terjun dalam dunia film pada awal 1970-an.

Bruce Lee

Dia memulainya dengan peran kecil dalam dua film yang dibintangi Bruce Lee, yaitu Jing wu men (1972) atau dikenal dengan judul Fist of Fury atau The Chinese Connection serta film produksi Warner Bros, Enter the Dragon (1973).

Karier Jackie cepat melesat di tengah film-film bela diri beranggaran rendah yang lahir dari studio-studio film Hongkong. Pada masa itu, terjadi booming film bela diri yang mengisi bioskop di banyak kota di Asia.

Saya tidak pernah ingin menjadi Bruce Lee. Saya hanya ingin menjadi Jackie Chan pertama

JACKIE CHAN

Tak lama setelah kematian Bruce Lee, Jackie bermain dalam sejumlah film yang judulnya menggunakan kata-kata fist, fury, dan dragon pada film-film yang dirilis di AS. ”Saya tidak pernah ingin menjadi Bruce Lee. Saya hanya ingin menjadi Jackie Chan pertama,” ujarnya. Jackie keluar dari bayang-bayang Bruce Lee, seseorang yang sering menjadi bandingannya pada awal karier Jackie.

Jackie membintangi Shao Lin mu ren xian (1976) alias Shaolin Wooden Men, Jian hua yan yu Jiang Nan (1977) atau To Kill with Intrigue, Dian zhi gong fu gan chian chan (1980) atau Half a Loaf of Kung Fu dan Fei du juan yun shan (1978) atau Magnificent Bodyguards, yang semuanya berjaya di bioskop.

Jackie membuat terobosan besar setelah film Jui kuen (1978) atau Drunken Master menjadi film favorit penggemar film bela diri.

Jackie membuat debutnya sebagai sutradara dalam film Shi di chu ma (1980) atau The Young Master.

Produser film Enter the Dragon, Robert Clouse, terpikat membawa Jackie ke pasar AS. Film Battle Creek Brawl (1980) menampilkan Jackie berkompetisi dalam kontes street fighter terbesar yang di-setting di Texas pada tahun 1940. Namun, film itu gagal memikat penonton AS.

Dalam film The Cannonball Run (1981), Jackie berperan sebagai pebalap Jepang. Sayangnya, keterampilan seni bela diri hanya sedikit ditampilkan. Demikian pula film The Protector (1985) yang dibintangi Jackie masih gagal berjaya.

”Stunt”

Jackie Chan tidak terpengaruh dengan kegagalannya di Hollywood. Dia kembali ke Hongkong dan melakukan yang terbaik, di antaranya melakukan akting stunt menakjubkan. Kemampuan Jackie dan tim stunt legendarisnya tidak tertandingi dalam aksi dalam film action.

Jackie pernah bekerja sebagai koordinator stunt dalam film-film Bruce Lee. Dia juga stuntman dalam film-film yang disutradarai John Woo.

Jackie sangat mengusai kungfu dengan berbagai gaya, juga seni bela diri lain, seperti taekwondo, karate, judo, jiu-jitsu, dan hapkido. Jackie juga menguasai jeet kune do yang dipelajarinya ketika menjadi stuntman dalam film-film Bruce Lee.

Jackie sangat mengusai kungfu dengan berbagai gaya, juga seni bela diri lain, seperti taekwondo, karate, judo, jiu-jitsu, dan hapkido. Jackie juga menguasai jeet kune do yang dipelajarinya ketika menjadi stuntman dalam film-film Bruce Lee.

Jackie sering melakukan sendiri aksi stunt-nya di sejumlah film meski sering mengalami cedera. Dia menggunakan seni bela diri dan tangan kosong dalam aksi perkelahian di film. Dia pernah mengalami cedera pada hidung (tiga kali), pergelangan kaki satu kali, banyak jari tangannya, juga tulang pipi dan tengkorak. Jackie tidak hanya melakukan sendiri aksi-aksi berbahaya dalam film, tetapi juga satu dari sedikit bintang film yang seperti itu.

Dalam film-film Hongkong, Jackie berpasangan dengan bintang Sammo Hung Kam-Bo yang dinamis dalam Qi mou miao ji: Wu fu xing (1983) atau Winners & Sinners, A’ gai wak (1983) atau Project A, Kuai can che (1984) atau Wheels on Meals, Fuk sing go jiu (1985) atau Winners & Sinners 2, Xia ri fu xing (1985) atau My Lucky Stars 2, serta Winners & Sinners 3.

Dalam film Ging chat goo si (1985) atau Police Story, Jackie berhasil membuat penggemar film bela diri menyukai film itu. Sejak itulah, film-film yang dibintangi Jackie sukses di pasaran AS, di antaranya The Raiders of the Lost Ark (1981) dan Long xiong hu di (1986) atau The Armour of God.

Film-film A gai wak 2 (1987) atau Project A: Part 2, Ging chaat goo si 2 (1988) atau Police Story 2, Ji ji (1989) atau Mr Canton and Lady Rose, Fei ying gai wak (1991) atau Armour of God 2 dan Ging chat goo si 3: Chiu kup ging chat (1992)atau Police Story 3 membuat nama Jackie populer di seluruh dunia.

Jackie langsung mengerjakan film-film lain, Ging chaat goo si 4: Ji gaan daan yam mo (1996) atau Police Story 4, Yat goh ho yan (1997) atau Mr Nice Guy, Ngo si seoi (1998) atau Who Am I, dan semuanya menembus box office internasional.

Jackie kemudian membuat film yang diproduksi di AS dengan anggaran terbesar dan mengajak serta komedian Chris Tucker bermain dalam film action-komedi Rush Hour (1998). Film itu mencetak sukses lebih besar dibandingkan Rumble in the Bronx serta mengukuhkan Jackie Chan sebagai bintang film sejati dan dapat dipercaya di AS.

Jackie kemudian membuat film yang diproduksi di AS dengan anggaran terbesar dan mengajak serta komedian Chris Tucker bermain dalam film action-komedi Rush Hour (1998)

Jackie berpasangan dengan bintang yang bersinar waktu itu, Owen Wilson, dalam Shanghai Noon (2000) dan sekuelnya, Shanghai Knights (2003). Jackie kembali bermain bersama Chris Tucker dalam sekuel Rush Hour 2 (2001), The Tuxedo (2002), The Medallion (2003), dan Around the World in 80 Days (2004).

SUMBER: DI MANA DIA SEKARANG, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 16 FEBRUARI 2015