Kekalahan Manchester United 0-5 dari Liverpool hari Minggu (24/10/2021) malam lalu menjadi “hari tergelap” bagi manajer asal Norwegia itu. Pelatih berusia 48 tahun ini — seperti diungkap sumber ESPN— telah kehilangan kepercayaan dari sejumlah besar pasukannya sebelum kebobolan lima gol tanpa balas. Para petinggi Manchester United mengincar Antonio Conte — yang pernah melatih Juventus, Chelsea, dan Internazionale Milano — untuk menggantikan Solskjaer. Apakah Solskjaer masih diberi kesempatan untuk menjadi manajer MU atau bakal segera diganti Conte? Mengapa Solskjaer hanya korban erosi standar tinggi Manchester United yang kini berubah menjadi “budaya biasa-biasa saja”?

Solskjaer yang awalnya ditunjuk sebagai manajer sementara pasca-pemecatan Jose Mourinho pada Desember 2018 silam, telah kehilangan lima dari sembilan pertandingan terakhirnya. Dukungan terhadap Solskjaer di ruang ganti sebagian besar terbatas pada pemain inti Inggris dan sebagian kecil pemain dari luar Inggris. 

Antonio Conte. Sumber: Facebook

Meskipun ESPN mendapatkan informasi bahwa suasana dan atmosfer di sekitar klub sama sekali tidak “beracun seperti di bawah Mourinho”, kekalahan dari Liverpool telah memunculkan rumor tentang pengunduran diri dan masa depan Solskjaer di Old Trafford. 

ESPN memperoleh informasi bahwa ketidakmampuan Solskjaer memecahkan masalah pertahanan tim, “favoritisme” para pemain yang jelas berkinerja buruk, dan keengganannya memberi peluang kepada Jesse Lingard, Donny van de Beek, dan Nemanja Matic telah menyebabkan beberapa pemain secara terbuka mengeritik manajer itu.

Sumber ESPN juga menyebutkan, beberapa pemain senior jengkel dengan kegagalan Solskjaer memaksakan otoritasnya pada penyerang Manchester United yang gagal. Salah satu sumber mengutip kurangnya kerja sama antara Cristiano Ronaldo dan Mason Greenwood akibat ketidakmampuan Solskjaer memaksa Cristiano-Greenwood untuk terhubung dengan lebih meyakinkan. Pasangan ini jarang saling mengoper dalam posisi menyerang, dan Cristiano Ronaldo tampak kesal dengan keputusan rekan satu tim yang masih muda untuk menembak daripada mengoper bola kepada pemain yang dalam posisi mencetak gol. 

Meskipun sumber itu mengatakan Solskjaer bukan sosok yang tidak populer dalam skuad (tidak seperti Jose Mourinho dan pendahulunya, Louis van Gaal), ada keyakinan bahwa mantan manajer klub Molde ini tidak memiliki pengalaman, mentalitas, dan kredensial dibandingkan Pep Guardiola, Juergen Klopp, dan Thomas Tuchel. Para pemain senior menginginkan arahan yang lebih taktis dari Solskjaer dan pelatihnya, tetapi dia dinilai kurang dalam hal ini. 

Adapun Antonio Conte yang mengundurkan diri sebagai pelatih Internazionale Milano setelah membawa klub itu meraih gelar Serie A musim 2020/2021, memiliki rekam jejak memaksakan tuntutan taktis terhadap timnya, dan memenangkan gelar domestik bersama Juventus, Chelsea, dan Inter, dan ini mendukung kredensialnnya sebagai pelatih yang sukses. 

Namun sumber ESPN mengatakan, ada keengganan dalam tubuh Manchester United untuk beralih ke Antonio Conte yang dianggap memiliki karakter yang kasar dan menuntut, tetapi ada kesadaran di Old Trafford bahwa Conte adalah pilihan terbaik jika mereka harus menemukan pengganti Solskjaer. 

Menurut Alfredo Pedulla dari La Gazzetta dello Sport, petinggi Manchester United telah membuat kontak pertama dengan perwakilan pelatih asal Italia tersebut. Conte dilaporkan membuka peluangnya untuk melatih di Old Trafford meskipun ada kekhawatirannya tentang cara klub ini dioperasikan oleh pemilik yang berasal dari Amerika Serikat.

Ada keengganan dalam tubuh Manchester United untuk beralih ke Antonio Conte yang dianggap memiliki karakter yang kasar dan menuntut, tetapi ada kesadaran di Old Trafford bahwa Conte adalah pilihan terbaik jika mereka harus menemukan pengganti Solskjaer.

Awalnya Mauricio Pochettino menjadi target jangka panjang MU, tetapi mantan pelatih Tottenham Hotspur itu kini sudah bertanggung jawab di Paris Saint-Germain. 

Apakah Solskjaer Dipecat?

Pertanyaan berikutnya adalah apakah Ole Gunnar Solskjaer dipecat sebagai Manajer Manchester United? BBC Sport menulis, David Moyes dan Jose Mourinho dipecat setelah kekalahan yang diderita MU pada hari Minggu sore. Dalam kasus Moyes, MU kalah 0-2 dari Everton sehingga menyebabkan klub itu tak bisa finish di empat besar. Adapun dalam kasus Mourinho, kekalahan MU 1-3 dari Liverpool menjadi pertandingan terakhir Mou sebagai pelatih MU. Dalam dua kasus tersebut, pemecatan Moyes dan Mourinho terjadi tak sampai hari Selasa.

Sedangkan pejabat ManUnited selama berbulan-bulan mengatakan Solskjaer telah membawa klub ke arah yang benar. Solskjaer diberi kontrak baru berdurasi tiga tahun pada musim panas. Asistennya, Mike Phelan, pelatih Michael Carrick dan Kieran McKenna juga mendapatkan kontrak baru.

Keputusan untuk mencopot Solskjaer hanya akan diambil setelah banyak pemikiran dan bukan sebagai reaksi spontan.  MU hanya mengoleksi satu poin dari empat pertandingan terakhir, dan akan menghadapi tiga pertandingan sulit vs Tottenham Hotspur, Manchester City, Chelsea. 

BBC Sport memahami semakin banyak pemain yang mulai kehilangan kepercayaan pada Solskjaer. Mereka tidak memercayai taktiknya dan merasa dia jauh di luar kemampuannya dibandingkan dengan manajer klub besar lainnya, yaitu Pep Guardiola, Juergen Klopp, dan Thomas Tuchel. Ini bisa dilihat sebagai upaya para pemain yang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab atas kekacauan kolektif yang terjadi. Namun banyak mantan pemain MU yang mengecam Solskjaer atas cara MU tampil melawan Liverpool, baik pendekatan individu dan cara mereka setengah hati menekan tim Klopp, maupun ketidakmampuan atau keengganan mereka untuk mengejar dan menghadang pemain lawan. 

Setelah kemenangan atas Atalanta pertengahan pekan lalu —sebelumnya tertinggal 0-2 di babak pertama, mantan gelandang MU Paul Scholes menyatakan kekhawatirannya dengan apa yang akan terjadi jika MU berhadapan dengan Liverpool jika cara bermain sama dengan saat berhadapan dengan Atalanta. Mereka melakukan dengan susunan pemain yang sama dan hasilnya memalukan.  

BBC Sport menilai ada perbedaan di antara pelatih klub papan atas di Liga Premier ini. Kehadiran pelatih asal Spanyol dan dua asal Jerman itu hampir selalu hadir di pinggir lapangan selama pertandingan. MU cenderung merotasi staf mereka untuk memberikan nasihat. 

Lalu apa opsi yang akan diambil? Keputusan termudah adalah meninggalkan Solskjaer. Kekalahan 0-5 dari Liverpool telah merusak kepercayaan para pendukung, yang sebagian di antaranya meminta MU harus bertindak tegas. Namun itu akan menciptakan masalah lain. Ketika Moyes meninggalkan MU pada pertengahan musim, MU dilatih Ryan Giggs — yang sebelumnya sudah menjadi bagian dari tim pelatih; dan ketika Mourinho meninggalkan MU, Solskjaer dipanggil dari Norwegia — tempat dia melatih klub Molde. 

Gagasan untuk mengganti Solskjaer dengan legenda MU, tidak tepat. Dua kandidat pelatih potensial yang menganggur saat ini adalah Antonio Conte dan Zinedine Zidane. 

Conte tampak bertentangan dengan pendekatan jangka panjang MU dan kepribadiannya yang bersemangat mungkin tidak menarik bagi hierarki klub, tetapi keberhasilan Conte mengantarkan Inter Milan juara Serie A membuktikan bahwa dia mempertahankan kemampuannya untuk memenangkan hadiah utama. 

Zidane memenangkan setiap penghargaan dalam pertandingan di Real Madrid, tetapi Zidane tidak berpengalaman di Liga Premier dan tidak bisa berbahasa Inggris meskipun Marcelo Bielsa dari Leeds membuktikan bahwa bahasa bukan penghalang untuk sukses. 

Eric ten Hag dari Ajax menolak meninggalkan klub pada pertengahan musim ketika Bayern Muenchen menawarinya posisi sebagai manajer pada 2019. Lalu apakah Brendan Rodgers dari Leicester City akan dipertimbangkan mengingat pernah melatih Liverpool?

Kurangnya kandidat pengganti mungkin bisa menyelamatkan Solskjaer sementara waktu sehingga dia dapat menebus “hari tergelapnya” saat kalah lima gol tanpa balas dari Liverpool.

Kurangnya kandidat pengganti mungkin bisa menyelamatkan Solskjaer sementara waktu untuk menebus “hari tergelapnya” saat kalah lima gol tanpa balas dari Liverpool. 

Solskjaer Korban Erosi Standar Tinggi MU yang Kini Menjadi “Budaya Biasa-biasa Saja”

Budaya “biasa-biasa saja” di Manchester United terbentuk terjadi karena sikap apatis pemilik klub, keluarga Glazer dan eksekutif senior mereka di Old Trafford, Ed Woodward. Dalam banyak hal, Solskjaer hanyalah korban dari erosi standar dan harapan para pendukung. Jika pemilik klub atau orang yang sehari-hari bertanggung jawab menjalankan klub tidak meluangkan waktu untuk menonton Manchester United berhadapan dengan Liverpool, apakah mereka benar-benar fokus dengan klaim bahwa MU akan kembali ke posisi seperti Sir Alex Ferguson melatih klub tersebut? 

Dalam banyak hal, Solskjaer hanyalah korban dari erosi standar tinggi dan harapan jutaan pendukung Manchester United.

Sejak Ferguson mengundurkan diri delapan tahun yang lalu (2013) dan keluarga Glazer dan Woodward mengambil alih kendali penuh atas klub MU — Ferguson adalah manajer terakhir MU yang menjalankan klub dari atas ke bawah —, Manchester United hanya memenangkan tiga trofi utama yaitu Piala FA, Piala Carabao, dan Liga Europa, dengan dua kali finish sebagai runner-up  di Liga Premier. Dalam periode 8 tahun itu, MU tidak pernah finish di atas Manchester City di klasemen.

Ole Gunnar Solskjaer mengakui hari ketika MU kalah 0-5 dari Liverpool hari tergelap baginya. Sumber foto: ManUtd.com

Sejak Solskjaer menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018 — yang awalnya hanya sementara sebelum dikonfirmasi sebagai manajer permanen pada Maret 2019, MU tidak memenangkan trofi apa pun. Mereka hanya menjadi tim yang “hampir menang” karena kalah di empat semifinal dan final Liga Europa. Sementara jutaan penggemar MU menginginkan trofi.

Pemilik MU mengukur kesuksesan Solskjaer secara berbeda dengan mengatakan pelatih asal Norwegia itu telah membuat kemajuan bertahap semasa dia menjadi manajer, meningkatkan posisi di liga pada setiap musim, dan membentuk kembali skuad dengan tambahan pemain “mahal”, sambil mempertahankan bintang-bintang klub. 

Setiap kali tekanan muncul dan MU dihadapkan pada permainan yang harus mereka menangkan, Solskjaer dan para pemainnya secara konsisten gagal. Namun pada akhir musim lalu, ketika pelatih pemenang Liga Premier, Pep Guardiola dan pemenang Liga Champions Thomas Tuchel masing-masing diberi perpanjangan kontrak dua tahun masing-masing oleh Manchester City dan Chelsea, keluarga Glazer dan Woodward menganggap Solskjaer layak mendapatkan kontrak baru tiga tahun di Manchester United. 

Mengapa? Karena MU tidak lagi beroperasi dengan standar tinggi yang sama yang ditetapkan klub di bawah kepemimpinan Ferguson. “Biasa-biasa saja” sekarang sudah cukup mengesankan bagi keluarga Glazer. 

Manchester United tidak lagi beroperasi dengan standar tinggi yang sama yang ditetapkan klub di era kepemimpinan Sir Alex Ferguson. Budaya “biasa-biasa saja” sekarang sudah cukup mengesankan bagi keluarga Glazer, pemilik klub Manchester United.

Chelsea dan ManCity menjadi klub Inggris paling sukses dalam dekade terakhir, dan dukungan finansial para pemilik di belakangnya, Roman Abramovich dan Sheikh Mansour bin Zayed al Nahyan. Selain itu juga karena para pemilik kedua klub ini memiliki nafsu tak terpuaskan untuk meraih trofi sehingga pemilik ikut terlibat.

Pendekatan Chelsea adalah menuntut dengan kejam. Jika seorang manajer gagal, dia diganti. Bahkan legenda klub Chelsea, Frank Lampard, dipecat oleh Abramovich, yang melakukan perubahan pada musim lalu, dan kemudian melihat Tuchel mengubah tim dan membimbing mereka meraih trofi Liga Champions.

Di Manchester City, Sheikh Mansour di Abu Dhabi telah lama bekerja dengan kebijakan untuk menunjuk pemain terbaik di setiap posisi kunci. Mansour mempekerjakan Guardiola sebagai pelatih, mantan direktur Barcelona Ferran Soriano sebagai kepala eksekutif, dan memberi Txiki Begiristain, mantan direktur olahraga Barcelona tanggung jawab untuk perekrutan pemain sebagai direktur sepakbola.

Liverpool juga telah melakukan. yang terbaik dengan menunjuk Juergen Klopp sebagai manajer, memercayai direktur olahraga Michael Edwards menjadikan klub sebagai operator yang tangguh di pasar transfer. 

Manchester United “Kurang” Kejam

Komentator sepakbola dan mantan pesepakbola profesional, Don Hutchison, mengatakan tidak tahu bagaimana Solskjaer selamat dari kekalahan 0-5 dari Liverpool karena waktu Solskjaer di MU hampir habis. “Di bawah Glazer, bagaimanapun, MU tidak kejam atau terpaku pada penunjukan orang-orang terbaik. Di ruang rapat, Woodward, wakil Richard Arnold, dan direktur negosiasi sepakbola Matt Judge, semua berakhir di posisi senior di Old Trafford setelah kuliah di Universitas Bristol pada saat yang sama sebelum maju ke dunia perbankan investasi. Mungkin mereka terbaik di bidangnya di mana pun di dunia, tetapi itu akan menjadi penghargaan bagi kualitas Universitas Bristol sebagai tempat berkembang biak bagi para direktur sepakbola yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya di bidang sepakbola,” katanya.

Woodward sebelumnya mengumumkan akan mengundurkan diri dari perannya pada bulan April menyusul kegagalan MU di Liga. Enam bulan kemudian dia masih di Old Trafford, dan sumber ESPN mengatakan, dia akan tetap di sana hingga April 2022. 

Sementara posisi MU dipenuhi dengan mantan pemain, yaitu manajer Ole Gunnar Solskjaer, pelatih tim utama Michael Carrick, asisten manajer Mike Phelan, dan direktur teknis Darren Fletcher. Jika keluarga Glazer mengikuti cetak biru keunggulan yang sama yang dibuat Chelsea dan ManCity, mereka tampaknya tidak akan mencetak gol terlalu jauh di luar Old Trafford. Bahkan ketika Glazer mempekerjakan Mourinho dengan menggantikan Louis van Gaal pada 2016, itu langkah reaktif yang didorong oleh kebutuhan untuk menyamai ambisi yang ditunjukkan ManCity saat menunjuk Guardiola pada musim panas yang sama. 

Ketika City, Chelsea, dan Liverpool telah menunjuk manajer yang sedang naik atau di puncak kekuasaan mereka, keluarga Glazer malah menunjuk “orang-orang kemarin” seperti David Moyes dan Louis van Gaal, ataupun pelatih yang perlu kembali membangun reputasinya seperti Jose Mourinho atau Ole Gunnar Solskjaer — yang satu-satunya kredensial untuk pekerjaan itu adalah status legendarisnya sebagai mantan pemain Manchester United. 

Solskjaer tidak siap membawa Manchester United di atas Chelsea, Manchester City, dan Liverpool. Tak ada yang bisa menyalahkan Solskjaer untuk itu. Standar tinggi, status, dan harapan Manchester United yang berkurang memang sangat tergantung pada sang pemilik klub.

Solskjaer telah memberikan hasil untuk Glazer karena mereka menetapkan standar yang sangat rendah. Kualifikasi Liga Champions tampaknya cukup untuk memenuhi tuntutan mereka. Solskjaer tidak siap membawa MU di atas Chelsea, ManCity, dan Liverpool. Jika dia bisa finish di posisi keempat dan menikmati piala yang layak, itu akan membuatnya bertahan di posisinya sebagai manajer MU. Tak ada yang bisa menyalahkan Solskjaer untuk itu. Standar tinggi, status dan harapan MU yang berkurang memang tergantung pada sang pemilik klub. 

ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA, pendukung sejati Manchester United. Tulisan ini bersumber dari situs ESPN, BBC Sport, Manchester Live, Facebook

Sumber: ManUtd.com