ROBERT ADHI KSP
Perkembangan internet telah melahirkan banyak peluang bisnis baru dan media baru dengan berbagai kreativitas baru. Bukan hanya mengubah dunia media ”mainstream”, tetapi juga dunia periklanan. Suka tidak suka, itulah yang terjadi. Perubahan di depan mata harus dihadapi, baik oleh pelaku media maupun pelaku periklanan dan bidang terkait lainnya.
”Apa yang terjadi pada masa depan sangat bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang,” kata Anand Tilak, Country Head of Facebook Indonesia saat berbicara dalam Asia Pacific Media Forum (APMF) 2014 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 19-20 September.
Ucapan Tilak seakan ingin menegaskan, bila pada saat ini kita tidak mempersiapkan diri, kita akan digilas zaman. Facebook sendiri sudah memanfaatkan perkembangan secara cerdas. Dengan jumlah pengguna Facebook di dunia yang sudah mencapai 1,23 miliar, Facebook menjadi salah satu media baru yang digemari pengguna internet. Iklan-iklan yang dipasang di Facebook termasuk yang disukai pengguna media sosial. Potensi pengguna Facebook asal Indonesia yang jumlahnya 70 jutaan, membuat perusahaan ini membuka kantor cabangnya di Jakarta.
Langkah serupa diambil media sosial Twitter, yang juga membuka kantor cabangnya di Jakarta. Pengguna Twitter di Indonesia meningkat sangat pesat, sudah mencapai 30-an juta dan jumlahnya terus bertambah.
Twitter dimanfaatkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebagai alat untuk menyapa warga kota. Ridwan bahkan meminta semua pejabat di jajaran pemerintah kota, memiliki akun Twitter. Mereka harus menyerap keluhan warga kota dan menyelesaikan persoalan yang timbul. ”Sebelum warga menyampaikan terima kasih lewat Twitter, saya menganggap masalah belum selesai,” kata Ridwan dalam sesi hari ketiga APMF.
Media sosial lainnya, LinkedIn, juga makin diminati. Nelli Chan, Director of Marketing Solutions, Southeast Asia and North Asia LinkedIn, mengungkapkan, anggota media sosial ini pada umumnya kalangan profesional. Direktur sumber daya manusia (human resources department/HRD) berbagai perusahaan sering mencari karyawan melalui media sosial ini. Sebaliknya, banyak karyawan mencari pekerjaan setelah mencantumkan riwayat pekerjaannya di media sosial ini.
Nellie memberi contoh dirinya sendiri, yang sebelumnya bekerja di sejumlah perusahaan di Hongkong.
Anggota LinkedIn di seluruh dunia saat ini 313 juta. Pemilik akun LinkedIn di Indonesia meningkat pesat menjadi 3 jutaan, masih di bawah India dan Tiongkok.
Perkembangan media baru ini seiring dengan perkembangan internet dan penggunaan perangkat bergerak di Indonesia. Paul Fischer, Managing Director Media, Nielsen APMEA memberi fakta menarik.
Menurut Fischer, konsumen media baru makin meningkat dan sebagian besar menggunakan gadget. Sebanyak 80 persen pengakses internet memiliki telepon seluler sendiri, 50 persen memiliki tablet, dan hampir 8 dari 10 orang memiliki personal computer (PC).
Di Asia Tenggara, kata Fischer, orang tidak cukup memiliki satu perangkat. Sebanyak delapan dari 10 orang di Vietnam dan Filipina memiliki tiga perangkat. Dan angka tersebut tertinggi di Asia Tenggara.
Fischer mengungkapkan fakta bahwa pengguna internet tidak lagi sekadar membaca dan mengirim teks, tetapi juga menonton video. Fenomena ini terjadi di hampir seluruh pengguna internet di Asia Tenggara. Warga Filipina paling banyak menghabiskan waktu untuk menonton video melalui internet.
Hal yang menarik, berdasar data Nielsen, 75 persen pengguna internet yang menonton video, terhubung dengan media sosial yang menyediakan tautan video tersebut.
Perkembangan media baru juga membuat banyak perusahaan mulai peduli pada media sosial. Chief Executive Officer Kompas Gramedia (KG) Agung Adiprasetyo misalnya, menyatakan dalam rapat perencanaan tahunan, semua pimpinan unit harus melibatkan media sosial. Artinya media baru ini menjadi salah satu acuan dalam perencanaan. Agung juga akan memfokuskan diri pada sumber daya manusia yang andal yang mampu mengantisipasi perkembangan ini.
KG sejak beberapa tahun terakhir sudah memulai konvergensi media dengan multiplatform,multichannel, dan multimedia. Pembaca tidak hanya membaca media cetak, tetapi juga dapat menikmatinya melalui platform digital (e-paper), online, dan video atau televisi.
”Tugas kita mengoptimalkan masing-masing platform karena memulai saja tidak cukup. Kita berkewajiban menjadikan masing-masing platform bagus. Bila sudah diminati, uang akan datang dengan sendirinya. Saat ini kita menabur, pada saatnya kita akan menuai,” kata Direktur Digital KG Edi Taslim.
Perkembangan media baru melahirkan bisnis baru yang berkaitan dengan era digital. Perusahaan-perusahaan startup baru didirikan anak-anak muda Indonesia dan sukses. Ambil contoh PicMix yang didirikan Calvin Kizana, pemuda dari Indonesia. Aplikasi yang berfungsi di aneka sistem operasi, dangadget dari low-end hingga high-end ini dalam dua tahun sudah diunduh oleh lebih 20 juta dari seluruh dunia. PicMix hanya salah satu contoh.
Media baru terbukti melahirkan peluang baru dan bisnis baru. Kini semua bergantung pada kita, apakah mampu berubah atau tetap bersikukuh, perubahan belum terjadi. Apakah kita mampu mentransformasikan diri dengan perubahan yang sedang terjadi atau kita memilih punah menjadi fosil.
SUMBER: KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SABTU 27 SEPTEMBER 2014