ROBERT ADHI KSP
ADA yang menarik dari para menteri di Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sebagian besar para menteri memiliki akun Twitter dan Facebook. Mereka memanfaatkannya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan rakyat. Namun, tidak semua akun menteri diperbarui. Jika menteri tidak bisa dihubungi lewat akun media sosial, perlu dicari cara yang pas untuk menyerap suara rakyat.
Beberapa menteri langsung membuat akun, tetapi sebagian lainnya sejak sebelum menjabat menteri sudah memiliki akun-akun media sosial.
Menteri Agraria dan Tata Ruang merangkap Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan, misalnya, memiliki akun Twitter @ferrymbaldan sejak Maret 2009 dengan 52.700 pengikut. Sebelum menjabat menteri, Ferry cukup aktif ngetwit, terutama yang berkaitan dengan klub sepak bola favoritnya, Manchester United.
Lalu, bagaimana dengan kicauan yang berkaitan dengan tugasnya sebagai menteri? Ferry tetap tanggap menjawab pertanyaan seputar intimidasi yang dilakukan pegawai BPN di Jawa Barat. ”Di mana dan kapan, tegur saja,” kata alumnus FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung, itu dalam kicauannya pada 31 Oktober.
Ferry mengajak semua pihak membantunya agar institusi kementeriannya bisa menjadi lebih baik dengan memberi informasi, kritik, dan masukan melalui akun Twitter resmi @atr_bpn.
Demikian juga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang memiliki akun Twitter @LukmanSaifuddin. Lukman termasuk aktif berkicau di Twitter, termasuk menjawab pertanyaan dan komentar para pengikutnya yang masuk ke lini masa Twitter. Bahkan, pertanyaan kocak @kikipramitha, ”Pak, boleh gak kalo pasfoto di buku nikah pake foto gaya? Terlalu formal mah kayak di ijazah.” Lukman menjawab, ”Ide menarik nih.”
Menteri lain yang aktif ngetwit adalah Yuddy Chrisnandi @YuddyChrisnandi. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara ini pada 28 Oktober ngetwit dia menjadi inspektur upacara Sumpah Pemuda di Kemenpan. ”Saya menggunakan baju Korpri, yang sudah tak pernah dipakai sejak 20 tahun lalu saat kerja di BBD,” ungkapnya.
Pada 29 Oktober, Yuddy berkicau, ”Kepada teman-teman, terima kasih atas sarannya terkait Kemenpan. Staf kementerian akan follow-up. Jangan ragu memberikan saran dan kritik.”
Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Andrinof A Chaniago @andrinof_a_ch juga termasuk sering berkicau di Twitter. Pada 28 Oktober, Andrinof menyampaikan tiga poin penting hasil sidang kabinet, yaitu pembangunan itu untuk manusia dan masyarakat, pertumbuhan ekonomi harus untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat, dan pembangunan jangan menambah ketimpangan sosial dan antarwilayah.
Ferry, Lukman, Yuddy, dan Andrinof, aktif ngetwit sebelum menjadi menteri. Tampaknya mereka tetap berkicau serta menyerap informasi dan saran dari para pengikutnya di Twitter.
Menteri Pemberdayaan Perempuan Yohana Yambise juga memiliki akun Twitter @YohanaYambise. Perempuan Papua pertama yang menjadi menteri ini mengungkapkan, ”Di wilayah timur, khususnya Papua, perempuan diperlakukan di luar batas kewajaran. Di daerah lain juga. Ini tidak boleh dibiarkan,” tulis Yohana. Dia minta maaf hanya punya waktu berkicau di Twitter pada pagi hari sebelum bekerja.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang banyak disoroti media sejak awal namanya diumumkan memiliki akun Facebook dan Twitter. Akun Facebook Susi lebih aktif. Berbagai pendapat Susi tentang perikanan dan kelautan dimuat dalam Facebook yang di-like 35.444 orang. Akun Twitter Susi baru menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap dia mampu mengemban amanah dengan baik.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memiliki akun @Ryamizard_R. Pada 31 Oktober, Ryamizard menyapa 9.484 pengikutnya, ”Selamat pagi tweeps, awali pagi ini dengan berdoa. Selamat beraktivitas dan terus berkarya untuk Indonesia.”
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel memperbarui kicauan di Twitter pada 31 Oktober seputar pertemuannya bersama Menteri Perindustrian serta Menteri Koperasi dan UKM dengan pengurus Kadin pusat dan daerah serta pelaku usaha dan asosiasi di Jakarta.
Tidak diperbaruiTidak semua menteri yang memiliki akun Twitter memperbarui status-status mereka. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, misalnya, belum memperbarui kicauan di Twitter. Kicauan terakhir yang dipublikasikan tertanggal 3 Juli. Status Tjahjo pada waktu itu masih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Demikian juga Twitter Menteri Perhubungan Ignasius Jonan @IgnasiusJonan belum diperbarui. Kicauan terakhir pada 18 November 2013 me-retweet @SwedenJakarta soal kunjungan Jonan ke Swedia.
Hal sama terjadi pada akun Twitter Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan @AniesBaswedan. Kicauan terakhir pada Agustus 2014 dan mention terakhir pada September 2014 oleh beberapa peserta Asia Pasific Media Forum (APMF) di Bali.
Demikian pula akun Twitter Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani @Puan_Maharani lama tidak diperbarui. Kicauan terakhir pada 2 Juli seputar kampanye pilpres.
Harapan kepada Kabinet Kerja sangat tinggi. Tak lama setelah nama-nama menteri diumumkan, muncul daftar akun Twitter para menteri, juga daftar nomor telepon mereka. Fenomena ini pertanda betapa rakyat berharap banyak kepada Kabinet Kerja dalam memperbaiki negeri ini.
Jika ternyata akun-akun media sosial beberapa menteri tidak aktif, perlu dicari cara bagaimana suara rakyat tetap didengar.
Presiden Joko Widodo perlu memberi kesempatan kepada rakyat untuk memberi pendapat, saran, dan informasi tentang segala hal berkaitan dengan kinerja pemerintahan, misalnya dengan membuka nomor khusus atau kotak pos. Suara rakyat tetap harus didengar Presiden rakyat.
SUMBER: DUDUK PERKARA, KOMPAS SIANG DIGITAL EPAPER, SENIN 3 NOVEMBER 2014