ROBERT ADHI KSP

Jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat drastis dari 74 juta orang pada 2013 menjadi 111 juta orang pada 2014. Angka yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika ini menunjukkan semakin luasnya penetrasi internet di Indonesia.

Penetrasi internet di Pulau Jawa 75 persen, sedangkan di Sumatera 67 persen. Kementerian Kominfo menargetkan 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia dapat mengakses internet pada 2015 ini (Kompas, 10 Maret 2015).

Penetrasi Internet

Situs eMarketer.com menyebutkan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia pada 2015 mencapai angka 3 miliar, atau naik sekitar 6,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini berarti 42,4 persen populasi penduduk dunia dapat mengakses internet. Sampai 2018, hampir setengah dari populasi dunia atau sekitar 3,6 miliar orang mengakses internet minimal satu kali dalam satu bulan.

Pada 2014, Brasil menyalip Jepang sebagai pengguna internet terbesar keempat di dunia. Pada 2015, Meksiko akan berada di posisi kedelapan, mengalahkan Jerman. Pada 2016, India akan melompat ke posisi kedua dalam jumlah pengguna internet terbanyak, mengalahkan Amerika Serikat. Pada 2017, Indonesia akan berada di posisi kelima, menyalip Jepang. Pada 2018, jumlah pengguna internet terbanyak di dunia, Tiongkok, akan mencapai 777 juta orang!

Meluasnya penetrasi internet di dunia berkaitan erat dengan membanjirnya telepon seluler (ponsel) murah dan terjangkau. Mobile Factbook menyebutkan, jumlah pengguna ponsel pada 2014 mencapai 7,5 miliar dan akan menjadi 8,5 miliar pada 2016. Dari jumlah itu, 54,3 persen jumlahnya berada di kawasan Asia Pasifik pada 2016.

Indonesia termasuk salah satu dari 100 negara yang jumlah ponselnya melebihi jumlah penduduknya. Posisi Indonesia pada akhir 2012 berada di tempat keempat dalam jumlah pengguna ponsel terbanyak di dunia. Namun, pengguna 3G/3,5G hanya 19 persen. Ini wajar karena jumlah ponsel pintar, termasuk tablet, yang memiliki akses broadband hanya sekitar 1,1 miliar. Selebihnya ponsel murah, yang dapat dimiliki orang dengan pendapatan beberapa dollar AS sehari.

Meluasnya penetrasi internet dan meningkatnya penjualan ponsel juga berkaitan dengan pesatnya pertumbuhan pengguna media sosial, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, Path, hingga lainnya. Hampir semua ponsel pintar memiliki aplikasi-aplikasi media sosial tersebut. Ini memudahkan pemilik ponsel dan pengguna media sosial mengunggah foto-foto selfie, memperbarui status dan lokasi mereka, serta membaca berbagai informasi yang tersedia.

Komunikasi dengan teman juga semakin mudah melalui aplikasi-aplikasi ngobrol online (chatting) di ponsel pintar, seperti WhatsApp, WeChat, Telegram, KakaoTalk, Line, dan Jongla. Pengguna ponsel sudah jarang memanfaatkan pesan singkat lewat ponsel (SMS).

Manfaat

Apa makna dari fenomena meluasnya penetrasi internet ini? Berselancar dengan ponsel pintar dan tablet menjadi bagian dari gaya hidup. Tidak hanya di kota-kota besar, fenomena ini juga terlihat di kota-kota lapis kedua dan ketiga. Makin banyak orang mencari informasi terkini dari perangkat bergerak mereka.

Jika kita datang ke kafe dan restoran di mana pun berada, salah satu kebutuhan utama adalah tempat pengisi daya listrik dan akses Wi-Fi gratis. Banyak pemilik kafe dan resto paham dengan kebutuhan itu dan mereka menyediakan tempat-tempat pengisi daya listrik cukup banyak di bawah meja atau kursi. Demikian pula fasilitas Wi-Fi gratis yang kencang makin mudah ditemukan karena menjadi daya tarik pengunjung.

Yang juga menarik dicermati adalah berkembangnya bisnis online. Toko-toko online bertaburan dan diminati. Pembeli tinggal memilih barang dan memesannya secara online, kemudian barang diantar ke alamat, dan pembeli tinggal membayarnya belakangan. Kondisi ini tentu berbeda ketika LippoShop terjun ke bisnis online untuk kali pertama tahun 2000. LippoShop gagal karena saat itu mereka tidak memperhitungkan infrastruktur internet dan perangkatnya serta penetrasi yang masih rendah.

Tidak hanya toko online yang berkembang pesat, tetapi juga pemesanan tiket dan hotel untuk kebutuhan wisata juga diminati pengguna internet. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melahirkan kelas menengah baru membuat cukup banyak orang Indonesia berlibur di dalam negeri dan luar negeri. Mereka memanfaatkan internet untuk memesan tiket pesawat dan kamar hotel untuk memudahkan perjalanan wisata.

Dalam bidang pendidikan, perkembangan internet membuat perusahaan Intel berkolaborasi dengan Microsoft, Grasindo, PesonaEdu, dan Saratech International pada Februari 2015 meluncurkan tablet edukasi inovatif bernama Gramedia Book. Tablet 8,9 inci berprosesor Intel®Baytrail dan sistem operasi terbaru Windows 8.1 Bing yang kaya fitur ini menggabungkan perpustakaan digital yang kaya dan interaktif. Tablet layar sentuh ini dilengkapi dengan Microsoft Office365.

Meluasnya penetrasi internet di Indonesia harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan bangsa ini. Pengusaha kecil dan menengah, misalnya, harus dapat memasarkan dagangan mereka secara online. Petani-petani sayuran dan buah-buahan di pelosok Indonesia juga harus dapat menikmati manfaat meluasnya penetrasi internet ini. Bagaimana mereka memasarkan hasil kebunnya dengan mudah. Ini berarti berdampak pula pada perluasan usaha jasa distribusi dan perbankan hingga ke pelosok desa.

Kita berharap meluasnya penetrasi internet di Indonesia memberi manfaat positif sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Selain mampu menghidupkan usaha kecil dan menengah, penetrasi internet juga harus mampu memudahkan proses belajar-mengajar di pelosok-pelosok desa.

robert.adhiksp@kompas.com

SUMBER: SUDUT PANDANG – OPINI, HARIAN KOMPAS DIGITAL, KOMPAS PRINT.COM, SELASA 10 MARET 2015